Arsip untuk Mei 31, 2011

Terjebak Pelukan PSK

Posted: Mei 31, 2011 in cerita dewasa

Kehidupan ekonomi yang mebuat aku diperbudak nafsu, sehingga diriku terjerumus dilingkungan yang nista tanpa menghiraukan kebatilan dalam hukum agama itu sendiri. Karena goadaan dan hasutan dari nafsu terus aku ikuti dalam perjalan yang penuh dengan dosa dan kenistaan, yang akhirnya kenyataan ini baru kusadari dengan bujukan dan rayuan seorang gadis yang penuh misteri dipelukan mimpiku.
Semulanya Cs kita sebut namanya, anak yang lugu dan sopan, rajin beribadah serta suka membantu teman-temannya yang kesulitan, walaupun sebatas solusi dan arahan yang sopan dalam penyampaian berwibawa. Teman-temannya sangat suka padanya karena suka bercanda, periang, suka senyum membuat kawan dan sahabatnya sangat rindu padanya. Tapi perubahan kerisis ekonomi yang membawa dia jadi sangat mudah emosi. Saat itu Cs masih duduk di bangku perguruan tinggi negeri salah satu di Medan, ianya masih semester dua cobaan yang pahit menimpahnya. Cs melanjutkan kuliah di Medan hanya berbekal dengan semangat juang dan dukungan kedua orangtuanya. Beliau kuliah hanya biaya sendiri, itupun tidak pernah jadi hambatan buatnya. Apa saja dia kerjakan di Medan, mulai dari penarik becak, jualan rokok, jualan monjan di salah satu perbelanjaan di Medan yang tidak asing lagi pada masyarakat luas, sering disebut sarang manusia buas (SAMBU).

Dianya tidak pernah ketinggalan dengan kawan-kawanya walaupun dibidang pendidikan. Orangnya ramah sopan dan bertanggungjawab, dengan tipenya mendukung dia diangkat kawan kelasnya untuk di jadikan Komisaris Mahasiswa (Kosma). Mulai dari semester tiga beliau menjabat Kosma sampai akhir dianya wisudah. Cs juga sangat sering bergabung dengan dunia aktifis pada tahun 1998 dalam hal menuntu agar pemerintahan Orde Baru dibubarkan, saat itupula Presiden RI di jabat Suharto yang menjadi bulan-bulanan aktifis mahasiswa untuk melengserkan pejabat teras nomor satu di RI. Saat itupula Cs mulai di kenal di kalangan mahasiswa yang agak arogan, tapi sopan dalam menyampaikan aspirasinya serta bertanggungjawab pada anggotanya bila ada kendala dan hambatan pihak keamanan. Saat itu juga Cs sangat benci yang namanya pihak keamanan kerena beliau di pukuli saat ia tak berdaya terkena gas airmata saat menyelamatkan wanita seorang pengunjukrasa sedanga di kejar-kejar pihak keamanan di Simpang Majestik. Dari pukulan pihak keamanan tersebut mengakibatkan Cs. demam selama seminggu.

Dianya sangat gigih, dan tidak ada rasa takut sedikitpun dengan isu adanya aktifis yang diculik, tetap ia menjalankan ektifitasnya jam 3 pagi mendayung becak mencari uang kuliah, bayar kos, bayar makan, serta beli buku. Saat yang tidak diinginkan ada telepon dari kampung halamannya “mengatakan orangtuanya sakit keras” . membuat Cs tidak bisa tidur semalaman langsung kemas barang-barang terus menjegat angkot Morina 81 tujuan Amplas. Tanpa pikir panjang beliau terus membayar tiket tujuan Tapanuli Selatan (Tapsel) dengan menaiki bus Barumun Setia. Sesampainya di kampong halaman Bapaknya sudah tidak kenal dengannya lagi, saat itulah ia pasra apapun yang terjadi karena kondisinya sangat mengerihkan, rumah sakit jaraknya puluhan kilo meter, melihat kondisi orangtua tidak sadar diri, hanya dukun kampung yang ada.

Dia peluk ibunya, adek-adeknya, Kakaknya dengan mengatakan sabar dan ihklaskan kepergian ayah kita penuh dengan genangan air mata. Padahal penulis sangat membutuhkan dukungan dari ayah tercintanya. Setiap Cs pulang kampung ayahnya di peluk dan saat ia mau pulang ke Medan tidak mau menerima duit dari ayahnya ” Cuma dia berpesan agar duit tersebut di berikan sama adek-adeknya untuk sekolah“. menurutnya dia bisa membiayai hidupnya sendiri tanpa ada mengharap agar dibantu oarangtuanya. Ayah dan ibunya menangis kalau dia pamit mau pulang ke Medan. Tapi yang paling tidak di lupakannya setiap ia melangkah dari pintu rumahnya selalu “mengingatkan kedua orangtuanya agar jangan lupa mendoakannya agar tercapai tujuannya.” Cs juga mengajar mengaji di Medan yang membantu biaya hidupnya.

Saat masuk semester tiga biaya hidupnya sudah mulai melonjak baik itu biaya rumah kos, biaya buku, tapi terus dianya bisa bertahan sampai semester lima. Masuk semester enam mulai ia menggantikan profesinya menjual sepatu, sandal keluar kota seperti Bandar Baru, tiga Binanga, Tebing tinggi yang hampir rata-rata langganannya wanita pekerja sex komersial yang menjajakan kemolekan tubuhnya untuk mencari uang kebutuhan sehari-harinya.

Perofesi yang di lakoninya sangat beruntung banyak, karena dia mengansurkan pada WTS tersebut. Setiap penagihan bulan muda Cs. mengantongi diuit minimal dari keuntungan Rp. 500.000,- pada tahun 2001 dilain keuntungan perharinya bisa dia kumpulkan uang Rp 800 ribu/bulan, dikeluarkan uang Kos, uang makan, beli buku, ongkos masih bisa menyimpan tabungan Rp.200 ribu/bulannya. Tapi keuntungan yang ia dapat selama ini mulai turun karena saingan mulai banyak dan bahkan langganannya juga sering mengulah alasannya tidak ada tamu. Selama 5 bulan ia berpropesi jualan sepatu, sandal di tempat PSK khususnya di Bandar Baru Cs punya mama angkat boru Nasution dan bapak angkat marga Sembiring. Setiap hari sabtu pulang kuliah di bukan berjualan tapi langsung ke Bandar Baru kerumah Mama angkatnya yang kebetulan anaknya laki-laki tidak ada makanya mama angkatnya sangat suka padanya. Mama angkatnya juga menyewakan kamar dan (bungalawo) yang mempunyai anggota (wanita Tuna Susila) WTS 8 orang masih muda-mudah pada umumnya umur masing-masing 17-25 tahun asalnya dari pulau jawa yang di bawa salah satu kemplotan germo yang sering berhasil menjerat mangsanya.

Cs. sangat mudah menyesuaikan diri dibandar baru kerena, dianya sangat ramah, suka bercanda. Saat senggang WTS sering mengajaknya makan-makan di keliling Bandar Baru, soalnya PSK tersebut dilarang keluar dari lingkungan Bandar Baru. Para PSK juga sering curhat padanya, serta mengeluh dengan keadaannya. Saat Cs sering datang tiap hari Sabtu pulang hari Senin pagi jam 6 merasakan kebahagiaan tersendiri wanita PSK tersebut. Karena menurut mereka dengan kehadiran Cs membuat mama dan bapak tidak suka emosi dan marah-marah lagi.

Setiap Cs pulang ke Medan selalu di kasih duit oleh mama angkatnya Rp 50.000 dan WTS juga mengasihkan duit kumpul-kumpulan Rp.100 ribu jadi jumlahnya Rp. 150 ribu/minggu. Cs mulai mencari pekerjaan yang lain dengan menjual kaset CD ke tempat-tempat yang biasa dia jalani. Kaset CD lagu-lagu, kaset CD flim horror, dan semi serta CD porno. Usahanya juga menguras keuntungan yang banyak. Tapi profesinya itu tidak berjalan lama karena Cs di jebak kibus sendiri waktu membawa kaset CD Porno 1000 keping di tangkap di Jalan Pandan Sambu oleh salah satu oknum Polsek di Medan. Karena jaringan dan keramahan Cs juga beliau hanya dapat peringatan dari oknum Polsek sendiri, karena menimbang Cs masih Kuliah dan sangat dekat sekali sama oknum Polsek tersebut maka diberikan kebebasan untuk melanjutkan kulianya.

Dari pengalam yang di rasakan Cs sangat jarang di temui orang sepertinya. Cs terus berkunjung setiap hari Sabtu ke Bandar Baru yang akhirnya dia terjebak dengan cinta seorang WTS yang satu tempat tinggal dengannya dibandarbaru. Wanita yang berhasil menaklukkan cinta Cs. asal dari Jawa Barat yang sering di panggil Wiwik cirri-ciri orangnya masih mudah umur 17 tahun, putih cantik berparas mungil tinggi badan 160 Cm. saat itu mama angkatnya sangat marah padanya karena menjalin hubungan sepesial dengan pekerjanya. Tapi lama kelamahan mama angkatnya juga menyetujuinya. Tanpa terasa perjalanan hubungan sudah berjalan tiga bulan. Awalnya dikasih mama bepergian di keliling Bandarbaru itu sendiri, Cs pun setuju. Tapai lama-kelamaan Cs dengan Wi di bolehkan untuk belanja ke Medan salah satu pusat perbelanjaan (Medan Moll). Dengan kepercayaan itu wi sangat beruntung sekali bisa jalan-jalan dan keluar ke Medan. Akhirnya suatu saat malam Minggu wi tidak kerja untuk melayani tamu dianya permisi pada Mama untuk naik kepuncak Bandar baru bersama Cs. malam semakin larut hujan sangat deras menghalangi perjalanan untuk pulang. Ke bungalawo yang mereka tempati. Cs dengan lugunya gelisa takut mama angkatnya marah, untung bunganlawo tempat kawannya wiwi punya telepon, Cs meminjam telepon membilangkan sama mama angkatnya tidak bisa pulang karena hujan. Mamanya mengiakan tapi dengan syarat besok pagi jam 6 musti ada di rumah, Cs menyetujuinya. Wiwi langsung nanya “apa kata mama ?” boleh katanya Cs jawab. Cs langsung di peluk wiwi dengan penuh kemesrahan dan rasa senang serta terharu sambil meneteskan air mata yang membuat Cs merasa kasihan dan sanyang. Kawan Wi, Dewi meninggalkan kami berdua didalam kamar. Cs tidak pernah mendapat kasih sayang yang penuh perhatian seperti diberikan Wi padanya walaupun ianya sudah pernah menjalin cinta dengan wanita seseorang semasa di bangku SMA. Wiwi berterus terang sangat senang mendapatkan Cs sebagai kekasihnya baru pertamanya. Saat itu wiwi bercerita panjang leber sama Cs atas pengalamannya yang pahit hingga terjerumus seperti ini. Yang mana keperawanan wiwi di jual germo sebesar Rp.5 juta pada om-om yang notabenya pejabat salah satu intansi pemerintah di Jakarta. Wiwi tanpa bisa melawan hanya pasrah dirinya dijilati seperti anak kecil tanpa di halangi sehelai benangpun oleh om-om yang sebaya dengan orang tua wiwi. Malam itu juga keaslian wiwi kandas sudah direnggut lelaki jahannan yang tidak ada rasa kasihan. Dengan buasnya om tersebut menjilati seluruh tubuh wiwi seperti harimau yang kehausan mangsanya. Akhirnya lelaki hidung belang tadi terkulai lemas, wiwi menangis dengan merasakan sangat sakit sekali di selangkangannya untuk berdiri. Saat itu pula wiwi di bawah germo jahannam itu tanpa tahu tujuan menaiki pesawat yang baru di ketahui wiwi tujuan ke Medan. Sesampai di bandara Polonia Medan wi dengan germo tadi langsung di sambut lelaki separuh baya yang mengemudikan mobil kijang warnah hitam. Menuju salah satu hotel yang tidak saya ketahui apa namanya, yang jelas tempat tidurnya seperti hotel berbintang. Sayapun di suruh untuk mandi dan di gantikan pakaian seksi dan di suruh untuk menunggu sebentar. Wiwipun pasrah apa selanjutnya yang terjadi kelang beberapa menit pintu kamarnya terbuka, dilihatnya om-om yang bermata sipit sepertinya layak dipanggil kakek. Laki-laki jahannan menutup sambil mengunci pintu dengan senyum melihat tubuh wiwi yang hanya di balut rok diatas lutut, “sambil mengatakan kamu sudah saya bayar Rp.3 juta tadi sama tante yang rambut pirang” dengan berat dan rasanya mau bunuh diri saja wiwi menahankan pedihnya penderitaan tersebut. Tanpa panjang lebar tua bangka tadi membuka seluruh pakaiannya tanpa di balu sehelai benangpun. Wiwi sangat jijik dan melihat tubuhnya yang keriputan dengan napasnya sangat bau. Wiwi dipeluk dan dipaksa untuk membuka pakaiannya, berkelang 15 menit pakainya sudah lepas sepertinya lelaki tua itu sudah berpengalaman membuka pakaian mangsanya. Dengan rakus menikmati tubuh wiwi hanya 15 menit sudah mengerang dan terkulai lemas. Wiwi dikamar hotel tersebut selama satu minggu dan tidak ingat berapa orang yang sudah dilayaninya lelaki hidung belang yang pastinya bisa 8 orang satu hari satu malam, kadang lebih yang sempat membuat wiwi pingsan tanpa sadar diri. Akhirnya wiwi di bawah keluar menaiki mobil kijang yang menjempunya, keliling-kelinga sambil membeli pakaian 5 sitel di salah satu plaza, maka dan langsung pergi meninggalkan plaza tersebut. Wiwipun tidak tahu kemana ianya dibawah hari menjelang jam 20 wib baru sampai tujuan juga langsung dijemput ibu-ibu, yang tidak tahu dimana tempatnya. Tante-tante yang membawahnya berbisik-bisik dengan ibu yang menjemputnya itu dengan senyum dan tertawak diatas penderitaan Wiwi. Tante (germo) jahannam tadi langsung pamitan mau pulang sambil mengatakan “kau jangan main-main kalau tidak mau mati” ancaman itu membuat wiwi nyiut dan ketakutan. Yang paling jahannamnya duit penghasilan selama satu minggu penuh di Medan hanya di beli pakaian 5 sitel selebihnya habis dikuras manusia laknat (germo) tersebut.

Satu minggu di tempat yang dititipkannya baru wiwi tahu, karena di kasih tahu teman-temannya yang senasib dengannya. Dengan sangat sayang Cs mendengar cerita Wi sempat mengeluarkan airmata, karena mengingat penderitaan Wiwi yang saat itu sudah hancur masa depannya. Padahal ia di jebak germo tadi masih di bangku SMA kelas 3. saat itu dia wiwi menanyakan langsung sama Cs “apa betul abang sayang ama Wiwi sambil mengeluarkan air mata ?”. Cs. termenung sejenak untuk menjawab pertanyaan Wiwi. Wiwi langsung merasa terkucilkan di muka Cs, atas tingkah Cs yang tidak menjawab pertanyaannya. Wiwi langsung mengatakan “memang Wiwi tahu abang tidak mungkin sayang sama wiwi dengan kondisi wiwi seperti ini, saya sadar bang wiwi yang sangat sayang ama abang, karena wiwi butuh kasih sayang bang itu saja, sambil menangis.

Cs menarik napas dalam-dalam sambil menarik tangan wiwi dengan penuh kasih sayang, turus membersikan air mata wiwi dengan sapu tangan yang ada di kantongnya. Sambil dia cium kening wiwi. Saat Cs mencium kening, wiwi meneteskan air mata yang menandakan kasih sayang dan terharu atas belaian yang lebut, selamanya ini dinantikannya tidak kunjung di dapat. Jam sudah menunjukan pukul 4.30 pagi, ayam jantan mulai berkokok untuk mengingatkan para ummat Islam untuk mengerjakan kewajibannya. Kami berduapun terlelap tidur dengan kondisi berpelukan, terdengar ketukan pintu pada pukul 6 pagi. Cs teringat dengan janjinya sama mama angkatnya tadi malam, langsung di bangunkannya Wiwi untuk pulang ke bungalawo mama. Dengan berat untuk membukan mata karena kurang lebih satu jam kami tidur. Wiwi minta di peluk dan di cium dulu baru ia akan bangun. Cs mengokekan persyaratan Wiwi, langsung memeluk dan mencium kening dan bibirnya Wiwi. Wiwi memang manja sekali sambil minta Cs untuk mengangkatnya, tapi Cs sangat suka sekali dengan sifat Wiwi yang cuek dan manja.

Keduanya pamitan sama Dewi untuk pulang kerumah, Dewi mengiakan sambil mengatakan “hati-hati, kalian kurang tidur, awas motor saat menyeberangi jalan ya ? ” di jawab Wiwi “iya Kaka“, terimakasih tumpangannya Kaka ? di jawab Dewi iya ade. Kami berduapun langsung jalan menuju rumah mama dengan kondisi masih kepayang, karena kekurangan tidur tadi malam. Hubungan Cs dengan Wiwi terus berjalan dengan mulus sampai-sampai ada yang cemburu kawan Wiwi sendiri. Setiap aku ke Bandar baru tidurnya tetap satu kamar dengan Wiwi yang menjadikan Cs lupa atas larangan agama berhubungan intim seperti suami istri. Dari situ Cs ketagihan dan kebiasaan dengan perbuatan yang dilarang agama tersebut, bahkan Cs pernah juga melakukan hubungan badan dengan kawan-kawan wiwi sendiri atas ajakan kawannya. Tapi Cs tetap lebih sayang pada Wiwi. Sampai-sampai Cs mengajak Wiwi untuk melanjutkan hubungan ini sampai pelaminan. Dengan halus wiwi menjawab “bang sayang, aku sangat suka dan sayang ama abang, tapi hubungan ini tidak mungkin akan kita lanjutkan sampai kejenjang pernikahan sementara kerjaan aku seperti ini. Bagaimana nantinya bang ibu abang mengetahuinya ! Wiwi tidak mau abang dikucilkan orang” jawaban. Ini membuat hati Cs sangat sayang sama wiwi dan merasa berdosa sekali atas kejadian yang menimpahnya menghianati Wiwi dengan melakukan hubungan badan sama kawan Wiwi sendiri.

Suatu waktu yang tidak saya ingat persis kapan, mama memanggil kami berdua, sambil menanyakan pada kami “apakah kalian betul-betul pacaran atau hanya kamuflase saja untuk menutupi segala hal ? ” pertanyaan ini membuat Wiwi nangis dan memeluk mama sambil mengatakan “mama aku baru kali ini diberikan kasih sayang dari seorang laki-laki yang kucintai”. Tanpa terasa mama meneteskan air mata. Sambil menanyakan pada Wiwi “apa kau mau pulang kekampungmu ?” jawab aja kamu tidak usah takut karena aku sudah menganggap kau sama dengan Cs, katanya. Dengan penuh terharu juga Wiwi menjawab, mama mengijinkan Wiwi pulang kampong ? kenapa tidak mengijinkan wiwi pulang ?, Wiwi pun tidak memperpanjangnya sambil berterimakasih sebanyak-banyaknya sama mama. Satu bulan menjelang bulan Suci Ramadhan Wiwi pulang kampung meninggalkan Medan dan Cs sendiri.

Sebelum pulang kampung wiwik mengajak Cs untuk menginap di Medan salah satu hotel selama satu minggu. Megingat pengahasilan dan tabungan Wiwi selama melacurkan badan kurang lebih Rp. 30 juta. Wiwi saat berpamitan dengan kawan-kawannya dan mama sangat penuh dengan air mata dan kasih sayang diantara sesama PSK. Saat ia diatas bus Sinabung bersama Cs menuju ke Medan seperti burung yang terbebas dari sangkarnya. Tanpa sadar Wiwi memeluk dan mencium Cs juga tanpa mengiraukan kalau dibus itu banyak penumpang.

Sesampainya di Medan ianya meminta kepada Cs untuk menginap bersamanya selama satu minggu. semulanya Cs menolak karena ia mau kuliah dan tidak mau menambah beban lagi bagidirinya. Persoalannya kepulangan Wiwi akan membuat Cs terasa sedih dan sayang tanpa tahu kemana harus mengadu. Hal ini membuat Wiwi menangis karena penolakan Cs “menurutnya Cs tidak sayang sama dia dan menyuruh Wiwi pulang langsung”. Akhirnya Cs mengabulkan permintaan wiwi untuk menginab di Medan selama satu Minggu. Cs menyetop langsung Taxi ke Sumatera Villa dengan memesan kamar nomor 105. di hotel tersebut kami menginap selama 3 hari selebihnya kami menginab di Hotel Garuda Plaza selama 3 hari, sabtu pagi kami sudah memesan tiket pesawat Wiwi tujuan Jakarta, berangkat pukul 9.30 Wib pagi hari Minggu.

Saat malam Minggu Wiwi meminta saya masuk kekamar mandi sambil memeluk aku. Seterusnya memukul-mukul dadaku dengan kondisi masih di balut celana dalam. Wiwi saat itu menangis dan menjerit sambil mengatakan “aku tidak mau pulang sendiri bang…! abang harus ikut sama wiwi…. Sambil menjerit dikamar mandi. Langsung dia bilang, kami masih keluarga yang lumayan di kampong itu bang. Soal duit yang ditas Wiwi bukan membuat aku bahagia bang…hanya akau tidak bisa membalas kebaikan abang sama wiwi. Makanya wiwi mau mengenalkan abang dengan orangtua wiwi.

Akhirnya Cs mempertimbangkan permintaan wiwi, tidak mungking saat ini aku kabulkan, karena itu membuat aku Cs. jadi tersangka nantinya terhadap hilangnya Wiwi.hal ini ianya takut terjebak di kota orang lain yang terlintas dalam benaknya. Cs menjawab apa kemauan wiwi. Selanjutnya dengan kondisi tenang seperti tidak ada beban, padahal dihatinya sangat sedih perpisahan yang akan terjadi besoknya. Sambil mengatakan “Wi kalau kita jodoh akan jumpa kembali nantinya sayang’ dengan kondisi menahan airmatanya, alamat abangkan ada ama Wiwi, nanti kalau rindu ama abang hubungi saja dan abangpun kalau rindu ama wiwi abang akan hubungi Wiwi, Oke sayang….? jangan menangis lagi ya ? terus mengajaknya keluar dari kamar mandi sambil mengambil handuk membalut tubuh yang mulai kedinginan selama 3 jam di dalam bak mandi.

Cs mulai lega sesudah mengganti pakainya dengan mengenakan celana pendek sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang di ikuti Wiwi untuk merebahkan tubuhnya juga pas di samping Cs. terus memeluk tubuh Cs dengan penuh rasa sayang dan takut pertemuan hanya yang terakhirkalinya. Wiwi tidak berpaling mukanya dari tatapannya yang sedu pada Cs penuh dengan rasa sedih, sayang. Sesekali Cs menciumnya untuk menghilangkan kegelisaan tersebut. Kemudian dengan akhir pertemuan itu berdua melakukan cubuan yang berlanjut hubungan badan dalam menghilangkan kesedihan dimata kekasihnya, sampai akhirnya mereka terkulai lemas dan tertidur. Bangun jam 7 pagi sambil Cs meminta syarapan pada Office Boy untuk diantar ke kamar mereka. Sementara Wiwi mandi yang juga saat itu pula Cs masuk kekamar mandi untuk mandi bersama. Saat berdua didalam kamar pelayan hotel mengetuk pintu kamar untuk mengantar sarapan.

Dengan tubuh masih di balut handuk Cs langsung membuka pintu tersebut. Menyuruh para pelayan kamar untuk meletakkan sarapannya di atas meja. Cs memanggil Wiwi cepatan dari kamar mandinya sayang, waktu sudah menunjukkan jam 8.50 wib. Ade berangkat jam 9.30 Wib sayang, nanti yayang terlambat. Wiwi langsung keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk sambil mengipas-ngipaskan rambutnya agar kering. Terusnya mereka menuju receftion untuk cekaut dari hotel menuju bandara Polonia Medan. Sesampainya disana hampir terlambat nama Wiwi di pangil-panggil para operator pesawat untuk menuju langsung ke pesawat. Perpisah ini membut Wiwi histreis menjerit sambil mengatakan “banga jangan lupa ama wiwi…!” wiwi akan menelepon abang bila wiwi sudah sampai ke Jakarta natinya. sambil memberikan ciuman terakhir di bibir Cs.

Jam 1 siang ada telepon dari wiwi untuk Cs. kata pemilik Kos, saat itu Cs dikamarnya termenung dengan kisah yang menjalin kasih sayang, mendengar ada nama wiwi langsung melompat dari tempat tidurnya menuju ruangan telepon ” hampir setengah jam wiwi menelepon dari Jakarta yang mengatakan ia sudah sampai ke Jakarta sekarang ia mau menuju kegambir untuk mencari bus kekampungnya, teleponpun dimatikan. Sesampai di kampung halaman Wiwik dengan merasa terharu Orangtuanya memeluk dan menyambut wiwi dengan sayang, akhirnya rumah mereka di kerumuni warga kampungnya. Jam 11 malam suara telepon berdering Cs langsung melompat dari tempat tidurnya mengangkat telepon tersebut. Apa yang di perkirakan Cs ternyata tidak meleset wiwi yang menelepon dari rumahnya.mengatakan Wiwi sudah sampai di rumah banga papa mau ngomong bang katanya, aku mulai gemetar mendengar Papanya wiwi ngomong “nak papa ucapin terimakasih banyak, kalau mau ke Jakarta dan kemarin telepon saja kemarin ya nak ? yang di jawab Cs “ia pa”. yang maungomongpun berganti-gantian seluruh keluarganya. Akhirnya Wiwi yang ngomong dengan kondisi menangis, sambil mengatakan papa akan mengadukan germo tersebut besok bang. Soalnya Wiwi masih ingat wajah dan kawan-kawannya bang. Wiwi berpesan agar Cs menjaga kesehatan dan menyelesaikan kuliahnya. Nanti kalau ada waktu, abang datang kekampung Wiwi ya bang ? soal ongkos abang wiwi yang menanggung. Selam satu bulan penuh hubungan melalui telepon terus. Tapi bulan keduanya hari yang tidak disangka Cs. pindah Kos setelah 5 hari pindah kos dompetnya hilang beserta catatan alamat dan No. telpon hilang semuanya bersama dompet tersebut. Pada hari ke 10 Wiwi rupanya nelepon ke tempat kos lama, yang menerima bukan pemilik kos tapi anak kos sendiri mengatakan Cs sudah pindah tanpa mengasitahu alamat Cs pindah. Dari situ awalnya putus hubungan langsung, yang membuat Cs kembali pada perilaku pasaran. Tapi Cs sangat bersyukur bahwa kuliahnya bisa terselesaikan dengan kegigihannya, walaupun dia mengalami suka duka yang pahit dan senang.

Atas kejadian itu pula membayangi dirinya untuk bisa berjumpa kembali, tapi apa hendak dikata kalau tuhan tidak merestui dan mengijinkan sangat tidak masuk akal lagi untuk ketemu. Cs pun mulai terjun dan bergabung dengan salah satu OKP (organisasi kepemudaan) yang juga sangat di segani dan di takuti diMedan karena kearoganannya serta uangnya yang banyak. Cs juga terjerumus dengan pergaulan bebas apalagi kondisi perekonomian sampai saat ini mencekik leher. Lapangan kerja sangat minim menjadikan para serjana banyak sekali pengangguran.

Toh suatu saat Cs membaca Koran terbitan Medan, melihat adanya rubrik jodoh menjadikan ianya ikut bergabung serta mencantumkan namanya. Suatu malam tidak tahu persis malam apa yang jelas pada bulan Juli 2005 ada seorang cewek yang meneleponnya mengatasnakan Dina Olivia masih mahasiwa di perguruan tinggi negeri di Medan, saat ini masih semester 7 yang mengingatkanku pada wiwi.

Yang menjadi penasaran buat ku ini orang sangat mistris bagiku, kerena sampai saat ini dianya tidak mau jupa dengan ku karena sebuah penghalang pacarnya yang sangat premitif yang mengekang kebebasan orang lain yang bukan istrinya ini jelas pemerkosa Hak Azasi Dina sendiri.

Padahal dari suaranyan, sifatnya yang suka bercanda sangat mirip sekali dengan Wiwi yang membimbing akau pada jalan yang di ridhoi tuhan yang maha esa. Ini saatnya aku dibikin berpikir tanpa batas hanya karena telepon seorang gadis yang tidak tahu persis rimbanya. Adakah tuhan akan mengabulkan permintaanku ini untuk bertemu dengan sidia. Aku (CS) ingin sekali berjumpa dengannya, tapi (Dina) selalu menolaknya, bahkan ia bilang untuk melupakannya tanpa sebab dan tujuan yang jelas. Ini membuatku jadi makin penasaran. Bila Koran ini ia baca mudah-mudahan akan terbuka pintu hatinya untuk berjumpa tanpa meminta hal-hal lainya.

Ibuku Binal

Posted: Mei 31, 2011 in sedarah

Nama aku vera(samaran), umurku 20th dan aku kuliah di salah satu universitas swasta di jakarta. Apa yang akan aku ceritakan ini adalah kisah yang sangat memukul sekaligus menyedihkan buat aku, kisah ini NYATA dan sengaja saya tidak mengganti nama2 yang terlibat dalam cerita ini kecuali nama aku yang aku samarkan, dan ini ada salah satu foto ibuku saat mau bersetubuh dan sedang di foto arman waktu itu. Aku sama sekali tidak menyangka kalau ternyata ibuku orang yang sangat suka selingkuh dengan para pemuda di sekitar rumahku, ini ku ketahui setelah aku benar2 melihat apa yang ibuku lakukkan dengan Arman pemuda karang taruna di lingkungan rumahku. Ibuku bernama Tarmi, dan orang2 biasanya memanggil ibuku dengan sebutan bu nasrul(nama ayahku). Ibuku aktif dalam kegiatan ibu-ibu pkk, senam dan arisan yang sering di adakan oleh sekitar ibu-ibu rumah tangga di sekitar lingkungan tempatku tinggal. Umur beliau sudah cukup tua karena sudah berumur 45th, tapi memang ku akui kalau bentuk tubuh ibuku masih cukup menggoda di usia yang hampir setengah abad itu. Tinggi badan ibuku kira2 166cm, berat badannya sekitar 48kg, kulitnya putih dan inilah yang membuat penampilan ibuku masih sangat menggoda yaitu payudara yang berukuran 38c mungkin karena kalau ibuku sedang memakai baju yang pas di badannya sangatlah menantang bentuk payudara ibuku, apalagi pinggul dan pantat ibu yang sangat sexy sekali bentuknya. Oke aku akan mulai ceritaku saat aku memergoki ibuku dengan pemuda bernama Arman sedang bersetubuh.

Hari senin seperti biasa aku kuliah, tapi karena pagi itu aku hanya ada 1 mata kuliah maka aku pun sudah bisa pulang jam 10 pagi. Nah pada saat tiba di rumah aku melihat pintu depan dan korden pun tertutup, aku pikir ibu pasti sedang keluar maka akupun mencari kunci di bawah pot tanaman yang biasa ibu taruh jika dia sedang pergi. Tapi setelah aku mencari kunci rumah aku tidak menemukan kunci rumahku di bawah pot, pada saat aku melirik ke bawah maka aku agak sedikit bingung kok ada sendal laki-laki yang jelas2 aku ketahui bahwa itu bukanlah sendal ayah karena ketiga anak ibuku semua perempuan dan aku anak pertama. Lalu aku berjalan menuju pintu belakang, loh kok pintu belakang tidak di kunci oleh ibu kalo memang benar dia pergi. Begitu aku masuk ke dapur, aku mendengar suara ibuku sedang ngobrol dengan laki-laki di dalam kamarnya. Lalu aku pun mengambil kursi untuk mengintip dari lobang ventilasi kamar, aku sangat kaget ternyata yang aku lihat adalah arman pemuda karang taruna yang berusia 28th. Kemudian saya putuskan untuk melihat terus apa yang akan mereka lakukkan selanjutnya.

“ihh aku tuh semalem puas banged lho dik pas maen di sumur belakang sama kamu semalam.”kata ibuku
“aku juga bu, punya ibu masih legit,,hiks,hiks,hiks..ihh gemes deh.”kata arman sambil mencubit payudara ibu
“aow geli tahu, kapan mainnya kalo ngomong terus kaya gini.”tanya ibu
“ibu udah nggak sabar yah, ya sudah ayo bu kita telanjang dulu supaya leluasa.”kata arman
“la iya tho telanjang masa pake pakaian, nanti masukkin dari mana.”kata ibuku sambil tertawa genit

Kemudian mereka membuka pakaian mereka satu per satu, dan akhirnya bugil lah ibuku dan arman di dalam kamar. Kasihan betul bapak andaikan dia tahu apa yang selama ini ibu lakukkan dengan arman yang juga kenal dengan bapak, lalu mereka berpelukan dan berciuman di atas ranjang, saya melihat ibu begitu menikmati permainan yang di berikan oleh arman kepadanya.

“mmphh,mmmphhmm,,cupp,sluppp..”bunyi peraduan mulut mereka

Lalu arman mulai menjilati leher ibu dan tangannya mulai meremas-remas payudara ibu yang besar, ibu seolah tak mau kalah dengannya ,maka tangan ibu mengocok2 penis arman yang lumayan besar. Akupun terangsang melihat ukuran penis arman, oh andaikan penis itu masuk ke dalam vaginaku pasti sangat nikmat, semakin lama serangan2 yang di berikan oleh arman terhadap ibu makin meningkat.

“ohhh,,teruuss dik arman sayangg,,ohhhh.”desah ibu

Arman semakin beringas mendengar rintihan ibu seperti itu, akhirnya dia berlutut di ranjang menghadap ke ibu dan penisnya tepat berada di depan wajah ibu. Ibupun langung meraih penis arman dan mengocoknya, lalu yang membuat saya kaget adalah ibu melakukkan oral kepada arman dan aku lihat ibu sangat lihai melakukkan oral. Arman menjambak rambut ibu sehingga rambut ibu berantakkan tak karuan, tanpa sadar tanganku pun masuk ke dalam celana dalam dan mulai memainkan vaginaku sendiri. Sambil masturbasi akupun tetap melihat adegan2 panas yang di lakukkan ibu dan arman.

“dik arman ayo masukkan dik, aku sudah nggak tahan nih.”ajak ibuku
“iya.”jawab arman

Ibu mengambil posisi telentang dan kedua kaki ibu mengangkang dengan lebar, kemudian arman mengarahkan penisnya ke vagina ibu yang di tumbuhi jembut yang lebat.

“ohhh.,,,masukkin yang dalem dik arman..ahhhhh,,ssstt,,aahhh..”desis ibuku saat penis arman mulai masuk setengahnya kedalam vaginanya
“ohhh…”desah arman ketika dengan perlahan memasukkan penisnya ke lubang vagina ibu

bleess……aku melihat penis arman telah amblas ke dalam vagina ibu, badan ibu bergetar merasakan tusukkan penis arman. Aku pun semakin mempercepat tempo masturbasiku.

“sssttt,,mmmpphh,,ahhh..”desah ibu sambil menggigit bibirnya untuk menahan rasa nikmat yang di rasakannya.
“ohh,,memiaw ibu enak banged.”kata arman
“iyah,,ohh,ohh,ssttssttt,,tongkolmu juga uenakk tenan kok dik arman.”balas ibuku

Arman mulai menggoyangkan penisnya keluar masuk, dan ibu mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya.

“ahhh,,,tongkolku kaya di sodot bu..ohh…”desah arman
“ahh,ahh,,ahh,.,aduuh,ahh,,”desah ibuku saat arman makin mempercepat goyangannya
“plokkk,plokkk,clekkk,clekk,clekk,slebbb,sleebbb,,plokkk,,plokkk..”kencang sekali suara kemaluan mereka dan suara desahan mereka yang terdengar sampai ke luar kamar.

bahkan ranjang pun sampai berderit sangat keras.

“kriittt,krittt,kriittt..”suara deritan ranjang begitu jelas pagi itu

Tak terasa mereka telah bermain selama 10 menit, wow hebat juga ibuku bisa bertahan sampai 10menit.

“ohhh,,ohhh,,ahh,,aku mau keluar dik.”desah ibuku
“iya aku juga,,ohh,,ohh,ohh..”desah arman yang semakin cepat menggoyang penisnya

Dan akhirnya mereka orgasme bersama, akupun juga mencapai orgasme yang begitu nikmat.

“arrrgghhhh..”desah mereka bersama

Kemudian aku lansug turun dari kursi dan pergi keluar rumah, sejak saat itu aku sering melihat ibu keluar malam menuju sumur belakang dan menuntaskan birahi bersama arman.

Ibu Dosen Hanizah

Posted: Mei 31, 2011 in cerita dewasa

Aku teringat akan kisah yang terjadi 18 tahun yang lalu, ketika aku masih di alam persekolahan. Kisah yang akan kuceritakan ini mendatangkan kesan yang mendalam terhadap kehidupanku. Umurku sekarang 30 tahun lebih.

Sewaktu berada di tingkat 5, di salah satu sekolah di Malaysia ini, aku terkenal dengan sifatku yang pemalu dan takut terhadap wanita. Ketakutanku itu bukan kerena takut seperti selayaknya orang melihat hantu, tetapi adalah karena tidak adanya kekuatan dalam diriku untuk berhadapan dan bergaul dengan mereka. Walau bagaimanapun, aku seorang yang happy go lucky, suka bersenda gurau. Sekolahku tu pulak, sekolah laki-laki. Semua pelajarnya laki-laki, wanita yang ada hanyalah Dosen saja. Jadi semakin bertambahlah ketakutanku pada kaum hawa itu.

Walaupun aku tidak berani berhadapan dengan wanita, keinginanku untuk bergaul dengan mereka sangat tinggi. Aku sering berangan-angan memiliki pacar, dan aku juga suka cemburu melihat teman-temanku yang punya pacar dan sering keluar bersama pacar mereka. Aku juga memilki tabiat yang lain, yaitu gemas jika melihat wanita dewasa dan seksi, terutama yang keturunan Cina. Bila aku pergi ke tempat renang, aku sering onani setelah melihat cewek-cewek Cina yang seksi dan menggairahkan itu. Akibatnya aku jarang sekali berenang. Di sekolahku, dosen wanitanya lebih banyak dari pada dosen pria. Ada yang Cina, India, dan yang Melayu pun ada. Di antara dosen perempuan tersebut, ada tiga orang yang setengah baya dan seksi. Dua orang Cina dan seorang lagi Melayu. Dosen Cina yang dua orang ini mengajar di semester 6, selalu menggunakan kaos saja jika datang ke sekolah. Yang pertama namanya Miss Wong dan satunya lagi Madam Chong. Madam Chong walaupun sudah memiliki tiga orang anak dan umurnya sudah dekat 40 tahun, tetapi badannya masih seksi. Sedangkan Miss Wong masih belum menikah, tetapi umurnya sudah cukup matang, kurang lebih 30 tahun. Tubuhnya masih montok. seperti biasa, cewek Cina memang punya bentuk badan yang menarik. Sedangkan dosen wanita satunya itu adalah dosen Melayu yang baru saja dipindahkan ke sekolah ini, dengar kabar dia berasal dari Trengganu. Dia pindah sebab ikut suaminya yang pindah kerja ke sini. Kami memanggilnya Dosen Hanizah yang berusia sekitar 25 tahun. Beliau baru saja menikah dan mempunyai seorang anak yang baru berumur setahun lebih. Kabarnya, setelah lulus kuliahnya, dia terus menikah. Tinggal di Kuala Trengganu selama setahun, terus pindah ke sini. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Pemerintahan.

Aku sangat suka melihat ketiga orang dosen ini, wajah mereka dan badan mereka sungguh menawan, terutama dosen Hanizah. Walaupun dia tidak berpakaian seksi, apalagi bertudung tetapi tetap mengairahkan. Jika Miss Wong atau Madam Chong ingin pulang, atau baru sampai, aku pasti mendekati ke arah mobil mereka. Bukannya mau menolong membawakan buku mereka, tetapi ingin melihat paha seksi mereka ketika sedang duduk di dalam mobil. Kemaluanku pun terangsang saat itu. Kalau Dosen Hanizah agak susah dilihat keseksiannya, sebab dia bertudung dan berbaju kurung ke sekolah. Jika dia memakai kebarung, baru kelihatan sedikit bentuk tubuhnya yang montok dan molek itu. Apa yang aku sangat suka pada Dosen Hanizah adalah wajahnya yang lembut dan menawan, suaranya manja bila berbicara. Dengan bentuk badan yang kecil molek, kulit yang putih akan memukau mata siapa saja yang memandang. Tetapi sayang seribu kali sayang karena ketiga dari mereka tidak ditakdirkan mengajar di kelasku. Aku hanya dapat melihat mereka pada waktu istirahat, waktu rapat bersama ataupun di ruang guru saja. Jarang sekali kesempatan yang mengijinkanku bersama dengan mereka.

Entah bulan berapa, aku tidak ingat, kalau tidak salah dalam bulan Maret, dosen metematikaku pindah ke sekolah lain, alasan pindahnya aku tidak ingat. Jadi, selama 2 minggu kami tidak belajar matematika. Memasuki minggu yang ketiga, waktu pelajaran matematika, Dosen Hanizah masuk ke kelas kami. Kami semua keheranan, apakah dia masuk untuk mengganti sementara atau mengajar mata pelajaran ini untuk menggantikan dosen lama. Dosen Hanizah yang melihat kami keheranan, menjelaskan bahwa dia akan mengajar matematika untuk kelas ini menggantikan dosen lama. Dengan tidak disangka, semua siswa dalam kelas bersorak gembira termasuk aku. Aku tidak tahu mereka gembira karena mendapat dosen baru atau gembira karena hal lain. Yang pasti, aku gembira sebab dosen yang paling cantik, yang selalu kudambakan akan masuk mengajar di kelas ini. Ini berarti aku dapat melihat dia lebih sering.

Mulai hari itu, Dosen Hanizah yang mengajar matematika. Aku pun jadi menyukai pelajaran ini, walaupun aku tidak pernah lulus matematika sebelumnya. Aku sering tanya dan menemui dia, bertanya masalah matematika. Dari situ, pengetahuan matematikaku bertambah, aku lulus juga akhirnya dalam ujian bulanan walaupun hanya mendapatkan nilai yang cukup. Oleh kerena terlalu menyukai Dosen Hanizah, aku jadi sedikit banyak mengetahui latar belakangnya. Kapan tanggal lahirnya, tinggal dimana dan bagaimana keadaan keluarganya.

Dalam bulan Juni, Dosen Hanizah ulang tahun, aku mengajak teman satu kelas untuk mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun” bila dia masuk nanti. Ketika Dosen Hanizah masuk ke kelas, ketua kelas mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun Dosen” dan diikuti oleh kami semua. Dia terperanjat, dan bertanya dari mana kami semua tahu tanggal ulang tahunnya. Anak-anak yang lain menunjuk aku, mereka bilang kalau aku yang memberitahu.
Dosen Hanizah bertanya, “Dari mana kamu mengetahuinya..?”
“Ada lah…” jawabku, setelah itu dia tidak bertanya lagi.

Dosen Hanizah tinggal di rumah teres yang bersebelahan dengan komplek dekat tempat tinggalku, kurang lebih 2 km jaraknya dari rumahku. Waktu liburan, aku selalu berkeliling dengan sepeda ke komplek perumahan tempat tinggalnya. Aku tahu rumahnya dan selalu mampir di situ. Pernah sekali itu, waktu sedang bersepeda, Dosen Hanizah sedang memasukkan sampah ke dalam tong di luar rumah. Dia melihatku, dan terus memanggilku. Aku pun segera pergi ke arahnya. Dia tidak memakai tudung, terurailah rambutnya yang lurus sebahu itu. Sungguh ayu aku melihatnya sore itu.

“Azlan, rumahmu dekat sini ya..?” tanyanya dalam logat Kedah.
“Tidak juga.” balasku, “Tapi memang tidak terlalu jauh sih.”
“Anda tinggal di sini..?” aku tanya padanya meskipun aku sudah tahu.
“Iya..”
“Sendirian aja? Mana suaminya?”
“Ada di dalam, dengan anak saya.”
Ketika kami asyik berbicara, suaminya keluar, menggendong anak perempuan mereka. Terus aku diperkenalkan kepada suaminya. Aku berjabat tangan dan menegur anaknya, sekedar menunjukkan rasa hormatku. Suaminya tidak terlalu ganteng, tetapi terlihat bergaya, maklumlah pegawai. Setelah agak lama, aku minta diri untuk pulang.

Sudah 6 bulan Dosen Hanizah mengajar kami, aku bertambah pandai dalam matematika. Dan selama itulah aku sering berada di kelasnya. Aku sering membayangkan keadaan Dosen Hanizah tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, pasti indah sekali. Dengan bentuk tubuh yang montok, kecil, pinggang yang ramping serta kulit yang cerah, jika telanjang pasti membuat orang yang melihatnya ingin segera menerkam tanpa berpikir dua kali. Tetapi, aku hanya dapat melihat rambutnya saja di sore itu.

Hari ini libur, libur karena memperingati peristiwa Sukan Tahunan. Aku tidak tahu hendak kemana, aku lelah bersepeda dan mengayuh tanpa arah tujuan. Agak jauh kali ini aku berkeliling, ketika ingin pulang aku melewati kawasan perumahan Dosen Hanizah, waktu itu langit gelap dan kelihatannya ingin hujan. Aku berharap bisa tiba di rumah sebelum kehujanan. Tetapi belum sampai di kawasan rumah Dosen Hanizah, hujan mulai turun, dan lama-lama semakin lebat. Pakaianku basah kuyup. Aku tidak berhenti, terus saja mengayuh sepedaku. Aku tidak sadar ternyata ban sepedaku semakin kempes, seharusnya aku memompa dulu sebelum keluar tadi. walaupun sebentar lagi akan tiba di kawasan rumah Dosen Hanizah, aku tidak boleh menaiki sepedaku lagi, karena kalau dinaiki juga, akan semakin rusak ban sepedaku. Kemudian aku menuntun sepeda sampai ke rumah Dosen Hanizah. Niatnya aku akan meminjam pompa sepeda kepadanya.

Ketika tiba di depan pintu pagar rumahnya, aku tekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian, pintu rumah dibuka, dari jauh terlihat Dosen Hanizah menggunakan kain batik dan berbaju T-Shirt sedang memperhatikanku.
“Dosen..!” jeritku.
“Ada apa Azlan..?” tanyanya keheranan melihat aku yang basah kuyup dalam hujan lebat dengan kilat yang sabung menyabung.
“Saya mau pinjam pompam, ban sepeda saya kempes.”
“Tunggu sebentar..!” jeritnya.
Dosen Hanizah masuk kembali ke rumah dan keluar membawa payung. Dia membukakan kunci pintu pagar dan memintaku untuk masuk. Ketika menuntun sepeda masuk, mataku memperhatikan Dosen Hanizah yang berada di depan, melenggang-lenggok berjalan menuju ke dalam. Dari belakang, kerampingannya terlihat jelas, dengan t-shirt yang agak ketat dan kain batik yang dililit memperlihatkan bentuk badannya yang menarik. Punggungnya yang montok dan pejal itu membangkitkan gairahku ketika dia berjalan. Kemaluanku langsung menegak dalam kebasahan.

“Memangnya dari mana saja kamu, kok naik sepeda hujan-hujanan?” tanyanya ketika tiba di depan pintu.
“Jalan-jalan saja, sudah mau pulang tetapi ban sepeda saya kurang angin,” jelasku. “Anda punya pompa ngga..?”
“Saya lihat dulu di gudang. Masuklah dulu.” menawarkan kepadaku.
“Ngga apa-apa kok, nanti malah basah pula rumah Anda.”
“Tunggu dulu…” Dosen Hanizah pun meninggalkanku kedinginan di situ, dia terus pergi ke dalam. Sebentar kemudian dia keluar membawakan pompa dan handuk.
“Nah… ini…” diulurkannya pompa itu ke arahku.
Meskipun aku lelah tetapi langsung terus memompa angin ke dalam ban sepedaku.

“Ingin lansung pulang habis ini?”
“Yaa.. habis mompa terus pulang.”
“Hujan selebat ini mau nekat pulang?”
“Tak apa-apa, sudah basah kuyup juga kok,” jawabku lalu terbersin.
“Nah.., kan kelihatannya kamu mau kena selsema tuh.”
“Hanya sedikit bersin kok,” kataku lalu menyerahkan pompa kepadanya, “Terima kasih Bu..”
“Ada-ada saja kamu, handuk nih, handuki sampai kering dulu badanmu..” katanya sambil memberikan aku handuk yang dipegangnya sejak tadi.
Aku mengambil handuk itu dan mengelap rambut dan mukaku yang basah. Aku dengan santainya berhandukan seperti di rumah sendiri, aku buka baju di depan dia. Setelah itu, baru aku ingat kalau aku berada di depan dosenku.

“Sori Bu…” kataku perlahan.
Dosen Hanizah pergi ke dalam. Kukira dia marah sebab aku buka baju di depan dia, tetapi dia datang sambil membawakan sarung, T-Shirt dan sebuah bakul.
“Nah, ganti bajumu pakai ini..!” katanya sambil memberikannya kepadaku, “Baju basahnya taruh dalam bakul ini.”
Kulemparkan bajuku ke dalam bakul. Kubuka celanaku langsung di depannya, tetapi dengan kusarungkan dulu tubuhku dengan sarung pemberiannya. Setelah mengeluarkan dompetku, kumasukkan celana panjangku yang basah itu ke dalam bakul, dan yang terakhir celana dalamku.

“Masuk dulu, tunggu sampai hujan berhenti baru kau pulang..” sambung Dosen Hanizah sambil mengambil bakul berisi pakaian basahku.
“Nanti dulu, saya keringkan baju ini dulu yah..?”
Aku pun mengikuti dia masuk. Setelah pintu dikunci, aku disuruh duduk di ruang tamu dan Dosen Hanizah terus pergi ke dapur. Aku melihat-lihat perhiasan rumahnya, agak mewah juga perabotan dan perhiasannya. Ketika asyik melihat-lihat, Dosen Hanizah datang dengan membawakan segelas minuman dan meletakkannya di atas meja, lalu dia duduk berhadapan denganku.

“Minumlah. Bajumu lagi Saya keringkan di belakang.”
Aku pun mengambil nescafe itu dan menghirupnya.
“Mana suami Anda?” tanyaku memulai pembicaraan.
“Kerja..”
“Oh ya, hari ini kan hari kerja,” balasku. “Anak..?””Sedang tidur. Kamu duduklah dulu, saya ada kerjaan di belakang.” katanya sambil berdiri dan meninggalkanku.
“Oke…” ringkas jawabku.

Hujan di luar masih turun dengan lebat dan diikuti dengan bunyi guruh yang memekakkan telinga. Aku melihat-lihat kalau ada buku yang bisa kubaca dan ternyata ada. Aku ambil sebuah novel dan mulai melihat-lihat. Sehelai demi sehelai kubuka isi novel itu, walaupun tidak kubaca. Aku sebenarnya sedang tidak ingin membaca, tetapi daripada tidak ada yang dapat kuperbuat, lihat-lihat saja juga lumayan. Aku tidak tahu apa yang sedang Dosen Hanizah perbuat di belakang. Ketika membaca halaman demi halaman, pikiranku jauh melayang membayangkan gambaran fantasiku bersama Dosen Hanizah. Aku teringat akan cerita-cerita X dan blue film yang kutonton dulu, bila kejadiannya seperti ini, pasti akan berakhir dengan adegan asmara. Aku membayangkan diriku akan berasmara dengan Dosen Hanizah, seperti di dalam film yang pernah kutonton.

Sudah hampir 20 menit, hujan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Aku menjadi ingin buang air kecil, maklumlah udaranya dingin. Aku bangun dan terus menuju ke belakang untuk mencari kamar mandi. Ketika aku hampir sampai di kamar mandi, aku sekilas melihat Dosen Hanizah sedang masuk ke kamarnya, hanya dalam keadaan menggunakan handuk saja, mungkin baru keluar dari kamar mandi. Pada saat melihat tadi, aku tidak sempat melihat apa-apa kecuali tubuhnya yang hanya tertutup oleh handuk dan hanya sebentar aku melihatnya. Aku teruskan ke dapur, dan ketika melewati kamarnya, kudapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat.

Aku beranikan diri untuk pergi ke arah pintu dan mulai mengintip Dosen Hanizah yang ada di dalam, sedang berbuat apa aku pun tidak tahu. Minta ampun.., berdesir darahku, seperti tercabut jantungku rasanya melihat Dosen Hanizah yang dalam keadaan telanjang di dalam kamarnya. Serta merta kemaluanku menegak. Aku hanya dapat melihat bagian belakangnya saja, dari ujung rambut sampai ke tumit, semuanya jelas terlihat. Saat itu Dosen Hanizah sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk yang tadi dipakainya. Inilah pertama kalinya aku melihat perempuan telanjang secara langsung, biasanya hanya dari video saja. Terpatung-patung aku di muka pintu melihat bentuk badan Dosen Hanizah yang seksi, pinggang ramping, punggung yang montok serta kulit yang putih mulus sedang mengeringkan rambutnya. Hampir timbul niatku untuk segera masuk dan meraba tubuhnya saat itu, tetapi aku takut nanti dia malah tidak mau dan menuduhku ingin berbuat cabul terhadapnya.

Apa yang sedang dilakukan Dosen Hanizah terus memukau mataku. Kadang handuk itu digosokkan ke celah selangkangannya, lalu dilapkan. Kemudian handuk itu dilemparkan ke atas gantungan. Secara tidak disadari, Dosen Hanizah membalikkan badannya ke arah pintu, tempat aku berdiri. Dia jongkok untuk membuka pintu lemari dan terlihatlah sekujur tubuh tanpa sehelai benang pun yang hanya selama ini menjadi khayalanku saja. Buah dada Dosen Hanizah yang menonjol segar kemerah-merahan itu sempat kuperhatikan, begitu juga dengan segitiga emas miliknya yang dijaga rapih dengan bulu yang tersusun indah, semuanya sempat kulihat.

Bersamaan dengan itu, Dosen Hanizah menengok ke arah pintu dan melihat aku sedang memperhatikannya, dan, “Hei..!” sergahnya.
Lalu dia menutup bagian tubuhnya dengan kain yang sempat diambilnya dari dalam lemari. Aku terkejut, terus lari meninggalkan tempat itu. Aku terus ke kamar mandi. Aku diam di situ hingga kemaluanku mengedur, sebelum kencing. Mana bisa aku kencing saat kemaluanku berdiri tegak dan keras.

Ketika selesai, perlahan-lahan aku keluar, kudapati pintu kamarnya tertutup rapat. Mungkin Dosen Hanizah ada di dalam. Mungkin dia malu, aku pun malu kalau ketahuan dia saat aku mengintipnya. Aku terus ke ruang tamu. Sebenarnya setelah itu aku mau langsung pulang saja meskipun hujan belum reda, karena takut Dosen Hanizah marah sebab kuintip dia tadi. Tetapi, baju basahku ada padanya dan belum kering lagi. Aku tidak tahu dimana dia meletakkannya, kalau tahu pasti kuambil dan terus pulang. Meskipun perasaanku tidak tentram tetapi aku tetap menunggu di ruang tamu sambil menduga-duga apa yang akan terjadi nantinya.

Tidak lama kemudian, Dosen Hanizah pun datang. Dia menggunakan kain batik dengan kemeja lengan pendek. Wajahnya tidak menunjukkan senyumnya, tidak juga memperlihatkan tanda akan marah. Dia duduk di depanku, sempat juga aku sekilas memperhatikan pangkal buah dadanya yang putih itu. Dia menatap tepat ke arah mataku. Aku takut, lalu mengalihkan pandanganku.

“Azlan..!” tegurnya dengan nada yang agak tinggi.
Aku menoleh menantikan ucapan yang akan keluar dari mulut yang kecil berbibir munggil itu.
“Sudah lama Azlan ada di dekat pintu tadi..?”
“Minta maaf Bu..” balasku lemah, tunduk mengakui kesalahan.
“Saya tanya, sudah lama Kamu lihat Saya sewaktu di dalam kamar tadi..?” dia mengulangi kata-katanya itu.
“Lama juga…”
“Kamu melihat apa yang saya perbuat..?”
Aku mengangguk lemah dan berkata, “Maafkan Saya Bu…”
“Azlan..! Azlan..! Kenapa kamu mengintip Saya..?” nada suara Dosen Hanizah kembali lembut.
“Saya tak sengaja, bukannya mau mengintip, tapi pintu kamarnya yang tak rapat…”
“Salah Saya juga, sebab tidak menutup pintu tadi.” balasnya.

Dosen Hanizah sepertinya tidak marah, kupandangi wajahnya yang ayu itu, terpancar kejernihan di wajahnya. Aku hanya mampu tersenyum dalam hati saja bila dia senyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Kenapa kamu kelihatan pucat..?”
“Takut, takut Anda marah…”
“Sudahlah, Saya tidak marah. Saya juga yang salah, bukan hanya Kamu. Sebenarnya siapa pun yang punya kesempatan seperti itu pasti akan melakukan yang Kamu lakukan tadi…” jelasnya.
Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tidak disangka Dosen Hanizah begitu sportif, walaupun dalam kasus begini seharusnya dia marah.
“Aaa, tak tahu sopan juga Kamu…” katanya sambil mencubirkan bibir.
Aku tertawa kecil mengenang peristiwa yang terjadi tadi.

Sesungguhnya aku memang sudah bertindak yang tidak sopan sebab dengan sengaja melihat Dosen Hanizah yang bertelanjang bulat. Kemaluanku menegang di dalam sarung membayangkan tubuh montoknya Dosen Hanizah yang tidak dilindungi sehelai benang pun. Cepat-cepat kututupi dengan meletakkan bantal kecil ke atas kemaluanku. Jika terlihat Dosen Hanizah, bisa malu aku dibuatnya.
“Lho, belum turun juga..?” tegurnya manja karena rupanya dia sempat melihat sarungku.
Aku menjadi malu dan posisi dudukku menjadi tidak nyaman lagi. Aku tidak mampu lagi untuk berkata-kata bila ditegur seperti itu.

Agak lama suasana hening menyelubungi ruang tamu rumah yang dihias indah itu.
“Bu..?” aku mula bersuara, “Sungguh hebat..!”
“Apa yang hebat..?”
“Pemandangan yang tadi kulihat.”
“Apa yang Kamu lihat..?”
“Perempuan telanjang.”
“Heh..! Tak sopan betul Kamu ini..!”
“Betul, Anda lihat saja ini..!” kataku sambil memindahkan bantal dari perutku.
Menimbullah batang kemaluanku ditutupi sarung milik suaminya.
“Tidak mau turun lagi dia..,” sambungku sambil menunjuk ke arah tonjolan di bawah pusarku yang bersarung milik suaminya.

Dosen Hanizah tebengong-bengong dengan tindakanku, namun matanya terpaku di tonjolan pada sarung yang kupakai.
“Hei..! Sopanlah sedikit..!” tegurnya.
Aku membiarkan kemaluanku mencuat tinggi di sarung yang kupakai, aku tidak menutupnya, aku biarkan saja ia tersembul. Kubiarkan Dosen Hanizah menatapnya, tetapi Dosen Hanizah merasa malu, matanya dialihkan ke arah lain, sesekali matanya memandang ke arah tonjolan itu.
“Bu..?” sambungku lagi.
Dia terdiam menantikan kata-kata yang lain, sekali-kali dia memandang ke bawah.
“Anda tahu tidak..? Anda lah orang yang paling cantik di sekolah kita…”
“Mana mungkin..?” balasnya manja malu-malu.
“Betul. Semua teman saya bilang seperti itu. Dosen lelaki pun bilang hal yang sama.”
“Alah, bohong…”
“Betul, saya tidak membual…”
“Apa buktinya..?”
“Buktinya, tadi. Saya sudah melihat seluruh lekuk tubuh anda ketika anda tidak memakai baju tadi. Itulah buktinya.” jawabku dengan berani.

Aku kira dia akan marah, tetapi Dosen Hanizah terdiam, dia tertunduk malu. Melihat gelagatnya itu, aku semakin berani mengucapkan kata-kata yang lebih sensual.
“Badan Anda kecil dan molek, kulit Anda putih, pinggang ramping, punggung montok…”
“Ah, sudah, sudah..!” dia memotong perkataanku.
Terlihat wajahnya menjadi merah menahan malu, tetapi aku tidak peduli, kemudian aku meneruskan rayuanku, “Punggung Anda tadi Saya lihat padat dan montok. Itu dari belakang. Ketika Anda berbalik ke depan, kemaluan Anda yang cantik itu membuat batang Saya hampir patah. Tetek Anda membuat Saya ingin langsung menghisapnya, terlihat sedap.” sambungku.
Terlihat saat itu Dosen Hanizah tidak membantah, dia masih tetap tertunduk malu.

Masa aku akan bilang seperti ini padanya, “Penisku jangan berontak, kayak mau tercabut, punyaku tegang tak tahu kalau aku lagi berusaha.” tapi itu hanya dalam hati saja.
Dosen Hanizah masih tunduk membisu, perlahan-lahan aku bangun menghampiri dan duduk di sebelah kirinya. Aku rasa dia merasakan niatku, tapi dia seakan-akan tidak tahu. Aku rangkulkan tangan dan memegang belakang badannya.
“Rilek Bu.., Saya hanya main-main saja..!”

Dia terkejut ketika kupegang punggungnya. Lalu dia goyangkan badan, aku pun segera menurunkan tanganku itu. Aku masih tetap di sebelahnya, bahu kami bersentuhan, paha kami juga bergesekan. Hujan makin lebat, tiba-tiba terdengar bunyi petir yang agak kuat. Dosen Hanizah terkejut dan dengan spontan dia memeluk diriku. Aku pun terkejut, turut mendekap kepalanya yang berada di dadaku. Sempat juga aku belai rambutnya.
Entah karena apa, dia sadar dan, “Sori…” katanya ringkas lalu membetulkan posisi duduknya.
Aku melepaskan tanganku yang melingkari badannya, wajahnya kupandang, Dosen Hanizah menoleh ke arahku, tetapi setelah itu dia kembali terdiam dan tunduk ke bawah.

Kaget juga kurasa tadi, mula-mula dapat melihat tubuhnya yang telanjang, setelah itu dapat memeluk sebentar. Puas, aku puas walaupun hanya sebentar. Entah bagaimana membayangkannya, saat itu petir berbunyi lagi dan saat itu seakan-akan menyambar dekat bangunan rumah dosenku. Terperanjat karena bunyi yang lebih dahsyat itu, sekali lagi Dosen Hanizah berpaling dan memeluk tubuhku. Aku tidak melepaskan peluang untuk memeluknya kembali. Kulingkarkan tangan kiriku ke pinggangnya yang ramping dan tangan kananku membelai rambut dan kepalanya. Kali ini aku rapatkan badanku ke arahnya, terasa buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku.

Dosen Hanizah mendongakkan kepalanya menatap wajahku. Aku masih tidak melepaskan dia dari rangkulanku, belakang badannya kuusap dari rambut sampai ke pinggang. Dia menatapku seolah-olah memintaku untuk melepaskannya, tapi aku menatap tepat ke dalam anak matanya. Mata kami bertemu, perlahan-lahan aku rapatkan wajahku ke arah wajahnya, bibirku kuarahkan ke bibirnya yang munggil dan separuh terbuka itu. Makin rapat, dan hampir menyentuh bibirnya, dan bersentuhanlah bibirku dengan bibir dosen yang mengajarku matematika itu. Belum sempat aku mencium bibirnya, hanya terkena sedikit, Dosen Hanizah memalingkan wajahnya sambil tangannya mendorong badanku minta agar dilepaskan.

Aku tetap tidak melepaskan dia, peluang seperti ini tidak mudah kudapatkan. Kutarik dia lagi lebih rapat. Terkejut Dosen Hanizah dengan tindakanku.
“Azlan… tidak enak ahh…” Dosen Hanizah menolak sambil meronta lemah.
Aku tidak peduli, kueratkan lagi pelukanku, dada kami bertemu, terasa denyut dadanya naik turun dengan nafas yang agak kencang.
“Please Bu…” rayuku.
“Tidak etis ahh.., Saya ini isteri orang..!” rontanya lagi.
“Tenanglah Anda.., pleasseee…” balasku lagi sambil mencium lehernya dengan lembut. Sempat juga aku menjilat cuping telinganya.
“Ja.. ja.. ngan.. lah..!” bantahnya lagi dengan suara yang terputus-putus.

Dia memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan, mengelakkan ciumanku. Aku terus mencium lehernya sambil mengeratkan pelukan, karena tak ingin terlepas.
“A.. a… zzlaaan.. ja…” belum sempat Dosen Hanizah menghabiskan kata-katanya, bibirku berpautan pada bibirnya, kali ini aku cium sekuat-kuatnya.
“Mmmppphhh… mmmppphh…” Dosen Hanizah tidak bersuara lagi saat mulutnya kukecup.
Dia meronta semakin kuat. Aku terus mencium dan mengecup bibir dan mulutnya sambil tangan kiri menggosok ke seluruh bagian belakang badan dan tangan kananku memegang kepalanya agar kecupanku tidak putus dari mulutnya. Diselingi dengan punggungnya yang pejal itu kuremas, kupecet semauku.

Agak lama mulutku berpaut di bibirnya, hingga rontaannya semakin lemah, suaranya tidak lagi berbunyi, lama-kelamaan tidak ada lagi rontaan, sebaliknya tangan Dosen Hanizah memeluk erat leherku. Aku merasakan bibirnya mulai membalas ciumanku. Apa lagi, aku pun mula menciumnya dengan penuh mesra dan kelembutan, dia membalas sambil mengeratkan pelukannya. Terasa lidahnya dijulurkan. Aku menyambut dan lalu menghisap lidahnya, saling bergantian kami berhisap lidah. Pada waktu itu, hanya terdengar bunyi air hujan yang jatuh membasahi bumi dan bunyi kecupan mulut kami berdua.

Agak lama kami berciuman, bertautan bibir dan lidah sambil berpelukan mesra. Kemudian, Dosen Hanizah meleraikan tautan itu diikuti dengusan birahi, “Mmmm…”
Kami bertatapan mata, tanganku masih dilingkarkan pada tubuhnya, badan kami masih saling rapat, nafasnya semakin kencang, nafsuku semakin meningkat diikuti dengan kemaluanku yang semakin menegang. Tatapan matanya yang redup itu bagaikan meminta sesuatu, sehingga kutambatkan sekali lagi bibirku ke bibirnya. Kami saling berciuman mesra, sesekali ciuman ditujukan ke arah leher yang putih itu, kucium, kugigit dan kujilat batang lehernya. Dosen Hanizah hanya menggeliat kegelian diperlakukan seperti itu.

“Ooohhh… A.. zzlannn…” suara manjanya menusuk ke dalam lubang telingaku.
Sambil berciuman, tangan kananku kugeser ke arah depan, buah dadanya kupegang, kuremas lembut. Terasa ketegangan buah dadanya, pejal dan montok. Dosen Hanizah hanya dapat mendesis menahan keenakan yang dirasakannya. Ciumanku bergerak juga ke pangkal dadanya yang putih itu. Aku cium ke seluruh permukaan pangkal dadanya, kemejanya kutarik sedikit ke bawah, hingga menampakkan BH berwarna hitam yang dipakainya. Kepala dan rambutku diremas dan dipeluk erat oleh Dosen Hanizah ketika dadanya kucium dan payudaranya kuremas.
“Aaahhh… mmmppphhh…” rintihannya membangkitkan nafsuku.

Aku semakin berani, kancing kemejanya kubuka satu persatu sambil tetap aku mencium dan mengecup wajahnya. Mulut kami bertautan lagi ketika jari-jari tanganku sibuk menanggalkan kancing kemejanya, dan akhirnya habis juga kancingnya kubuka. Perlahan-lahan sambil mencium mulutnya, aku melucutkan kemejanya ke belakang. Seperti dalam film, Dosen Hanizah meluruskan tangan agar kemeja itu dapat dilucutkan dari tubuhnya. Kini, bagian atas tubuh Dosen Hanizah hanya terbalut BH saja. Aku leraikan ciuman mulut, lalu mencium pangkal buah dada di atas BH-nya. Aku cium, aku jilat seluruh pangkal buah dadanya sambil meremas-remas. Suara rintihan Dosen Hanizah semakin kuat apabila kupencet putingnya yang masih berada di dalam BH. Dosen Hanizah merangkul erat dan meremas-remas rambutku. Sambil mencium dan meremas buah dadanya, kulingkarkan tanganku ke belakang dan mulai mencari kancing penyangkut BH yang dipakai Dosen Hanizah. Ketemu, dan terus kulepaskan kancing itu. Perlahan-lahan aku menarik turun BH hitamnya ke bawah dan terus kulempar ke atas sofa.

Terpukau mataku ketika bertatapan dengan payudaranya yang putih kemerahan yang tadi hanya dapat kulihat dari jauh saja. Aku puntir dan main-mainkan putingnya sambil mulutku mencium dan menjilat yang sebelahnya lagi. Suara desisan Dosen Hanizah semakin manja, semakin bergairah kudengar. Habis kedua belah payudaranya kujilat dan kuhisap semauku, putingnya kujilat, aku gigit mesra dengan diikuti rangkulan erat oleh Dosen Hanizah ke kepalaku.

Sambil mengulum puting payudaranya, aku membuka t-shirt yang kupakai tadi, lalu melemparkannya ke bawah. Aku tidak berbaju, begitu juga Dosen Hanizah, kami berdua hanya bersarung dan memakai kain batik saja. Suasana dingin terasa oleh desiran hujan di luar, namun kehangatan tubuh Dosen Hanizah
membangkitkan nafsu birahi kami. Aku terus memeluk Dosen Hanizah erat-erat sambil berkecupan mulut. Buah dadanya terasa hangat bergesekan dengan dadaku. Inilah perasaan yang sukar digambarkan, berpelukan dengan perempuan dalam keadaan tidak berbaju, buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan nafsu.

Setelah agak lama berciuman dan berpelukan, kubaringkan Dosen Hanizah ke atas sofa itu. Dia merelakannya. Aku menatap sekujur tubuh yang separuh telanjang itu di depan mata. Saat aku berdiri, Dosen Hanizah hanya memandang sayu melihatku melucutkan sarungku dan bertelanjang di hadapannya. Kemaluan yang sudah menegang itu memerlukan sesuatu untuk dijinakkan. Aku duduk kembali di sisinya, terus membelai buah dadanya yang menegang itu. Aku kembali mengulum puting payudaranya sambil tangan kananku turun ke arah lembah, lalu merabanya untuk mencari puncak kebirahian wanita yang begitu dipelihara. Segitiga emas milik Dosen Hanizah akan kuraba, aku mulai mengusap dan menggosok di bagian bawah lembah itu. Terangkat-angkat punggung Dosen Hanizah menahan keenakan dan kenikmatan yang sukar digambarkan oleh kata-kata. Yang kedengaran hanyalah rintihan dan desisan manja yang mempesonakan birahiku, “Mmmpphhhmm… aaahhh…”

Aku mulai melepaskan ikatan kain batiknya, dengan lembut aku menarik kain itu ke bawah untuk melucutkan terus dari tubuhnya. Segitiga emasnya hanya ditutupi secarik kain berwarna hitam yang juga harus kulucutkan. Kuusap kemaluannya dari luar, terasa basah dan lengket pada ujung lembah yang subur itu. Pahanya kuraba dan kuusap sambil lidahku menjilat dan mencium pusatnya. Bergelinjang badan Dosen Hanizah diperlakukan seperti itu. Kedua tanganku memegang celana dalamnya dan mulai melorotkan ke bawah, kutarik tubuhnya dengan punggung Dosen Hanizah diangkatnya sedikit, dan terlucutlah benteng terakhir yang ada pada tubuh Dosen Hanizah. Aku tidak melepaskan peluang untuk menatap sekujur tubuh lemah yang tidak dibaluti sehelai benang pun. Hal seperti ini sangat diinginkan oleh setiap insan bergelar lelaki, dan yang lebih lagi adalah ternyata yang berada di depan mata minta dijamah. Terlihat vaginanya berair di sekeliling bulu-bulu tipis yang terjaga rapih.

Kusentuh kemaluannya sehingga terangkat tubuhnya menahan keenakan. Kusentuh lagi dan kugesekkan jari-jariku melewati hutan itu, suara mengerang mengiringi gerak tubuhnya. Kelentitnya kumainkan, kupelintir sehingga suara yang dikeluarkan kali ini agak kuat diiringi dengan badannya terangkat karena kejang. Terasa basah jariku waktu itu, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu, tetapi sekarang baru kutahu bahwa Dosen Hanizah mengalami klimaks.

Awalnya aku ingin menjilati vaginanya seperti yang ada di video BF, tetapi tak jadi sebab liang senggamanya sudah berair dan basah. Aku terus menghimpitkan tubuhku ke atas tubuhnya dengan lembut sambil mencium wajahnya. Kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya. Terasa ujung kejantananku bertemu dengan bulu dan air mani yang membasahi lembah kenikmatan itu. Setelah mendapatkan kedudukan yang tepat, kupegang kejantanan dan mengarahkan ke lubang senggamanya. Seperti dirancang, Dosen Hanizah membuka dan meluaskan kangkangannya sedikit. Setelah berada di ujung muara, aku pun melabuhkan tongkat nakhodaku ke dalam lautan birahi dengan perlahan-lahan diikuti oleh desisian dan raungan kami berdua yang bergantian, mengiringi terbenamnya tongkat ke dalam lembah di lautan.

“Aaarrrghhh… mmm…”
Aku menekan sampai pangkal kemaluan dan membiarkannya sekejap karena terasa seperti terjepit. Aku mencium leher dan mulutnya berulang kali. Bila keadaan sudah agak tenang, aku mulai mendayung, atas, bawah, pelan dan teratur. Kenikmatan pada waktu itu adalah sangat indah, susah untuk dapat dikatakan, kemudian aku menggerakkan ke atas dan ke bawah berulang kali. Saat pertama kali aku perbuat padanya terasa seperti menjepit, karena vaginanya memang sempit. Dosen Hanizah tidak merasakan sakit yang berpengaruh karena dia pernah melakukannya dengan suaminya.

Aku dorong dan tarik kemaluanku dengan diiringi suara mengerang yang agak kuat sambil melihat pemandangan indah di bawah. Sungguh pemandangan yang indah jika dapat melihat kejantananku sendiri sedang masuk dan keluar dari lubang senggama wanita, dengan bunyi yang cukup menawan. Dosen Hanizah memeluk erat pinggangku ketika bergoyang mengimbangi tubuhku, punggungnya bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti arus irama. Sesekali dia menggoyang-goyangkan punggungnya untuk membantu daya dorongku, terasa kenikmatan yang tiada bandingnya. Kulajukan dayungan, semakin laju dengan suara yang semakin kuat. Dosen Hanizah hampir mengeluarkan suara erangannya, dan aku merasakan hampir keluar seperti gunung berapi hendak memuntahkan lavanya. Aku lajukan lagi, dengan sekuat tenaga kutusukkan sedalam-dalamnya diikuti dengan teriakan Dosen Hanizah. Dengan jeritan Dosen Hanizah yang nyaring, terpancurlah air maniku jauh ke dasar lubang senggamanya.

Ketika kubuka mataku, aku melihat mata Dosen Hanizah menutup serta dadanya yang naik turun dengan cepat, ada tetesan peluh di dadanya. Begitu juga badanku, terasa peluh meleleh di belakang. Kejantananku semakin menekan ke dalam lubang kenikmatanya yang semakin lembab akibat muntahan yang terjadi bersamaan. Kukecup dahi Dosen Hanizah, dia membuka mata dan tersenyum memandangku. Aku membalasnya dengan mengecup mesra bibirnya. Akhirnya aku tindih tubuhnya di atas sofa itu dengan kepalaku kuletakkan di atas dadanya. Terdengar bunyi degupan jantung yang kencang di dada Dosen Hanizah, dosen yang mengajarku matematika di sekolah.

Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut menahan kenikmatan. Aku ambil tisue di tepi meja dan kubersihkan air mani yang meleleh itu. Dosen Hanizah hanya memandang sambil melemparkan senyuman mesra ke arahku. Kemaluanku yang masih basah kubiarkan kering sendiri. Aku duduk bersila di atas karpet dengan menghadap arah memandang wajahnya. Kepalaku sejajar dengan kepalanya yang masih terbaring di atas sofa itu. Aku meremas dan memilin putting payudaranya. Dosen Hanizah membiarkan sambil tangannya membelai rambutku. Terasa seperti suami isteri.
“Terima kasih sayang…” bisikku lembut.
Dosen Hanizah mengangguk senyum.

Agak lama juga kami dalam keadaan itu sambil menantikan tenaga pulih kembali dan sampai jantung berdegup dengan normal. Kemudian Dosen Hanizah bangun dan mencapai pakaiannya pergi ke dalam kamarnya. Jam menunjukkan pukul 11:30 pagi. Hujan masih belum berhenti, tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Aku kenakan lagi sarungku, tetapi baju tidak kupakai lagi. Karena masih letih, aku duduk bersandar di sofa mengenang peristiwa tadi. Pikiranku menerawang. Inilah kenikmatan badan, apa yang kuidamkan selama ini akhirnya bisa kudapatkan. Dosen yang selama ini hanya hadir dalam khayalanku saja telah nyata kurasakan. Berasmara dengan Dosen Hanizah adalah impian setiap lelaki yang mengenalnya, dan aku dapat menikmati tubuh yang menggiurkan itu. Jika selama ini kulihat Dosen Hanizah bertudung dan berbaju penuh, hari ini aku melihatnya tanpa pakaian, mengamati tubuhnya yang indah, setiap lekuk badannya, payudaranya dan kemaluannya. Semuanya kualami dengan menikmati pemandangan yang mempesona, malah tidak hanya itu, tetapi juga dapat merasakan kenikmatan yang ada pada tubuh itu. Aku bahagia. Aku puas, sangat puas dengan apa yang telah kulakukan tadi. Aku tersenyum sendirian.

Ketika aku melamun, aku dikejutkan dengan bunyi dentuman petir yang kuat. Aku teringat Dosen Hanizah. Jam sudah menunjukkan 12:00 tengah hari. Rupanya sudah hampir setengah jam aku melamun. Aku bangun dan menuju ke arah kamar Dosen Hanizah. Kuketuk pintu dan terus masuk. Kelihatan dosen Hanizah telah berpakaian tidur sedang menyikat rambutnya.
“Ada apa Azlan..?” tanyanya lembut.
“Bosen aja diluar sendirian.” jawabku ringkas sambil duduk di tepi ranjang memandang Dosen Hanizah menyisir rambutnya. Dipojok kamar terlihat ranjang kecil yang di dalamnya ada bayi perempuan Dosen Hanizah yang sedang tidur dengan nyenyaknya. Bunyi dentuman petir seperti tidak diperhatikan, dia tidur seperti tidak menghiraukan keadaan sekitarnya.

“Terima kasih yah…” kataku.
“Terima kasih apa..?”
“Yang tadi. Sebab tadi adalah pengalaman yang terindah buat saya.”
“Ohhh… tapi jangan kasih tau orang lain.”
“Janji.” balasku.
Aku kembali memperhatikannya berdandan. Harum minyak wanginya menusuk hidung ketika Dosen Hanizah menyemprotkan ke badannya.
“Kenapa Anda tidak marah..?”
“Marah kenapa..?”
“Iya.., awalnya Anda melarang, Anda menolak Saya, tapi setelah itu..?”
“Setelah itu Saya biarkan..?” sambungnya.
“Haaa…” jawabku dan langsung kusambung, “Apa sebabnya..?”
“Kalau Saya lawan pun Kamu pasti memaksa, Kamu pasti sangat menginginkan.”
“Belum tentu.” jawabku.
“Pasti begitu. Saya mana mungkin melawan. Jadi lebih baik Saya biarkan dan berbagi saja denganmu. Kan dua-duanya senang.” jelasnya.
“Anda tidak menyesal..?” tanyaku ingin kepastian.
“Kalau rela, mana mungkin menyesal, buat apa..?” jelasnya lagi, “Lagian juga Kamu tidak memperkosa Saya, Kamu kan minta baik-baik, Saya jadi memberinya. Ditambah Kamu sudah lihat Saya telanjang. Lain halnya kalau kamu masuk ke rumah Saya, terus menyerang Saya dan perkosa Saya. Kalau itu Saya pasti akan lapor polisi dan Kamu pasti dipenjara.”
“Habis, anda kelihatannya mau melapor. Iya nggak..?” tanyaku meyakinkan.
“Lapor..? Buat apa..? Kamu kan bukan masuk dengan cara paksa, Saya yang suruh Kamu masuk. Saya juga yang membiarkan Kamu menyetubuhi Saya.”
“Kalau suami Anda tahu..?”
“Gimana dia akan tahu..?” tanya Dosen Hanizah. “Ini kan hanya rahasia kita saja kan..?” aku mengangguk. “Jadi, janganlah beritahu orang lain..!” aku angguk lagi tanda paham.
Dia menuju ke arah ranjang anaknya sambil membelainya dengan penuh kasih sayang seorang ibu. Kemudian Dosen Hanizah menghampiriku dan duduk di sebelahku.

“Wanginya…” sapaku manja. Dosen Hanizah mencubit pahaku dan aku berkata, “Saya mau lagi…”
“Mau apa..?”
“Yang seperti tadi.”
“Tadi kan sudah…”
“Tak puas…””Aiii… nggak puas juga..? Suami Saya sekali saja langsung lelah dan tidur, Kamu mau lagi..?”
“Soalnya.., peluang seperti ini susah Saya dapatkan. Lagian tadi Saya tak sempat jilat vagina Anda. Anda pun tak pegang penis Saya. Saya ingin merasakan perempuan pegang penis Saya.” jawabku jujur.
“Jilat..? Mau meniru cerita BF yach..?” balasnya tersenyum.

Aku mengangguk membalas senyumannya. Kemaluanku kembali menegang, tenagaku sudah pulih. Aku pegang tangan Dosen Hanizah dan meletakkannya di atas batang kemaluanku yang mengeras itu. Dosen Hanizah seperti paham dan meraba batangku yang ada di dalam sarungku. Aku biarkan saja, sedap rasanya. Setelah itu, aku berdiri dan melucuti sarungku. Aku dengan telanjang berdiri di hadapan Dosen Hanizah. Dia hanya tersenyum memandangku. Perlahan-lahan, kemaluanku yang menegang itu dipegangnya, dibelai dan diusap ke atas dan ke bawah. Nikmatnya tak terkira, selalu jari sendiri yang berbuat, tapi hari ini jari jemari lembut seorang wanita cantik yang melakukannya. Aku mendesis karena nikmatnya. Aku berharap Dosen Hanizah akan menghisap dan mengulum batang kejantananku. Memang Dosen Hanizah sudah tahu keinginanku. Diciumnya ujung batang kemaluan aku, dan ujung lidahnya dimainkan di lubang kepala kejantananku. Aku terasa ngilu, tapi sedap. Perlahan-lahan Dosen Hanizah membuka mulut dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya.

Terasa kehangatan air liurnya membasahi batang yang setengahnya berada di dalam mulutnya. Dihisapnya penisku, dikulumnya ke atas dan ke bawah. Terasa seperti tercabut ketika itu. Kupegang dan remas rambutnya yang baru disisir tadi. Aku dorong batang kemaluanku jauh ke dalam mulutnya, terasa ujung kejantananku terkena dasar tenggorokannya. Dosen Hanizah menghisap sampai ke pangkal sambil tangannya meremas-remas telur zakarku. Di saat itu, aku rasakan kenikmatan yang lain dari yang tadi. Kubiarkan Dosen Hanizah menghisap semaunya, kubiarkan dia menjilat seluruh batang kemaluanku, telurku. Sengaja kubiarkan sebab sangat nikmat rasanya.

Setelah itu, aku pegang bahunya. Dia berdiri memandang dengan penuh kesayuan. Aku pegang dan belai rambut yang terurai di bahu. Perlahan-lahan kulepaskan baju tidurnya ke bawah, dia tidak memakai pakaian dalam. Terlihatlah tubuh Dosen Hanizah yang bertelanjang di hadapanku. Aku lingkarkan tangan di pinggang dan mulai mendekapnya lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jariku meraba dan menggosok seluruh badan. Sekarang baru aku bisa merangkul tubuh yang kecil molek dengan pinggang yang ramping iti sepuas-puasnya. Pinggangnya kecil tapi sangat proposional. Kudekap dan kuremas punggungnya sambil menggesek-gesekkan batang kejantananku ke perutnya. Sungguh nikmat dapat berpelukan sambil berdiri.

Aku baringkan dia di atas ranjang sambil terus memberikan kecupan demi kecupan. Kali ini aku tidak berlama-lama mencium payudaranya sebab sasaran muluku adalah ke liang kenikmatannya. Aku turunkan ciumanku ke bawah, kemaluannya masih kering. Aku terus mencium kemaluannya itu dengan lembut. Terangkat punggungnya menahan kenikmatan itu. Bibir kemaluannya kujilat, kujulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubangnya. Dia mendesis keenakan sambil menggeliat manja. Biji kelentitnya kuhisap, kujilat semaunya. Vagina Dosen Hanizah mulai basah, aku tak peduli, aku terus jilat dan hisap sambil tanganku meremas-remas puting payudaranya.

Tiba-tiba, saat menikmati sedapnya menjilat, Dosen Hanizah meraung dengan tubuhnya terangkat. Serentak dengan itu, habis mulutku dibasahi dengan simbahan air dari dalam liang kewanitaannya. Ada yang masuk ke dalam mulutku sedikit, rasanya agak payau dan sedikit asin. Aku berhenti dan mengelapkan mulutku yang basah karena air maninya. Rupanya Dosen Hanizah klimaks. Aku mainkan dengan jari saja lubang vagina itu. Entah karena apa, timbul nafsu untuk menjilat air maninya lagi. Aku kembali membenamkam wajahku dan mulai menjilat lembah yang basah berair itu. Lama-lama rasanya menjadi sedap, habis kujilat, kuhisap vaginanya. Dosen Hanizah hanya merintih manja sambil meliukkan tubuhnya. Ketika aku menghisap kelentitnya, kumainkan lubang kenikmatannya dengan jari. Tiba-tiba, sekali lagi dia terkejang kepuasan, dan kedua kali jugalah air maninya menerjah ke dalam mulutku.

Dengan mulut yang basah karena air maninya, kucium mulut dia. Air maninya bercampur dengan air liurnya apabila aku membiarkan lidahku dihisap. Dosen Hanizah menjilat air maninya sendiri tanpa mengetahuinya. Ketika sudah habis air mani di mulutku karena disedotnya, aku mulai menghentikan pemanasan. Tubuhnya kutindih, dengan sauh dihalakan ke lubuk yang dalam dan dilepaskan layar, maka jatuhlah sauh ke dalam lubuk yang selama ini hanya dilabuhkan oleh sebuah kapal dan seorang nakhoda saja. Kini kapal lain datang bersama nahkoda muda yang terpaksa berhempas pulas melawan badai mengarungi lautan birahi untuk sampai di pulau impian bersama-sama. Perjuangan kali ini lebih lama, dan melelahkan kerena masing-masing tidak mau mengalah duluan. Berbagai aksi dilakukan untuk sampai ke puncak kejayaan. Tubuh Dosen Hanizah kusetubuhi dalam berbagai posisi, dia juga memberikan kerjasama yang baik kepadaku dalam menempuh gelombang. Akhirnya, setelah berhempas pulas, kami tiba juga di pulau impian dengan kejayaan bersama, serentak dengan terjahan padu air hikmat serta jeritan manja, si puteri meraung kepuasan.

Kami terdampar keletihan setelah penat belayar. Terkulai Dosen Hanizah di dalam dekapanku. Kali ini lebih romantis, sebab kami berbuat di atas ranjang dengan kasur yang empuk. Banyak posisi dan gaya yang telah kami lakukan. Kami telentang kelelahan, dengan peluh memercik membasahi tubuh dan wajah kami. Air maniku meleleh keluar kedua kalinya dari lubang yang sama. Dosen Hanizah mendekap badanku sambil jarinya membelai kemaluanku yang terkulai basah itu. Dimainkannya seperti bayi mendapatkan boneka. Kubiarkan sambil mengecup dahinya tanda terima kasih. Kami tidak bersuara karena sangat letih.

Saat itu sempat juga aku mengalihkan pandangan ke arah tempat tidur anaknya, kelihatan masih terlena dibuai mimpi. Aku risau juga, takut dia terbangun kerena jeritan dan raungan kepuasan ibunya yang berhempas pulas melawan badai samudera bersama nakhoda muda yang tidak dikenalinya. Tubuh kami terasa tidak bernyawa, rasanya untuk mengangkat kaki pun tidak kuat. Lemah segala sendi dan urat dalam badan. Hanya suara rintihan manja saja yang mampu dikeluarkan dari pita suara kami dalam kedinginan akibat hujan yang masih turun lebat.

“Terima kasih ya…” aku mengecup dahinya, dia tersenyum. Kepuasan nampak terpancar di wajahnya.
“Kamu benar-benar hebat…” sahutnya.
“Hebat apa..?”
“Iya lah, dua kali dalam sejam.”
“First time.” balasku ringkas.
“Belum pernah Saya merasa puas seperti ini.” jelasnya jujur.
“Belum pernah..?” tanyaku keheranan.
Dia mengangguk perlahan, “Saya tidak pernah orgasme lebih dulu.”
“Suami Anda melakukan apa saja..?”
“Dia hanya memasukkannya sampai Dia keluar…” sambungnya. “Bila sudah keluar, dia letih, terus tertidur. Saya sudah tidak terangsang lagi saat itu.”
“Kenapa Anda tidak memintanya..?” saranku.
“Kalau sudah keluar, Dia tidak terangsang lagi.”
“Dalam seminggu berapa kali Anda berbuat..?” tanyaku mengorek rahasia mereka.
“Sekali, kadang-kadang tidak dapat sama sekali dalam seminggu itu…”
“Kenapa..?”
“Dia pulangnya terlalu malam, jadi sudah letih. Tidak nafsu lagi untuk bersetubuh.”
“Ohhh…” aku menganguk seakan memahami.
“Kapan terakhir Anda melakukannya..?” pancingku lagi.
“Ehh, dua minggu yang lalu.” jawabnya yakin.
“Sudah dua minggu Anda tidak mendapatkannya..?” sambungku terkejut, Dosen Hanizah hanya menganggukkan kepala mengiyakannya.
“Jelas Dosen Hanizah tidak marah besar ketika aku mulai menjamah tubuhnya.” dalam hatiku, “Dia mengidamkan juga rupanya…”

Hampir setengah jam kami berbicara dalam keadaan berpelukan dan bertelanjang di atas ranjang itu. Segala hal mengenai masalah rumah tangganya kutanya dan dijawabnya dengan jujur. Semua hal yang berkaitan diceritakannya, termasuk jeritan batinnya yang rindu akan belaian dari suami yang tidak pernah benar-benar dinikmatinya. Suaminya terlalu sibuk dengan kerjanya hingga mengabaikan nafkah batin si isteri. Memang bodoh suami Dosen Hanizah, sebab tidak menggunakan sepenuhnya tubuh yang menjadi idaman setiap lelaki yang memandang itu. Nasibku baik, sebab dapat menikmati tubuh itu dan sekaligus membantu menyelesaikan masalah kepuasan batinnya.

Aku semakin bangga apabila dengan jujur Dosen Hanizah mengakui bahwa aku telah berhasil memberikan kepuasan kepada dirinya, batinnya kini tidak lagi bergejolak. Raungannya kini tidak lagi tidak dipenuhi, Dosen Hanizah sudah dapat apa yang diinginkan batinnya selama ini, walaupun bukan berasal dari suaminya sendiri, tetapi dengan anak muridnya, yang lebih muda 10 tahun tetapi gagah seperti berusia 30 tahun. Desiran hujan semakin berkurang, rintiknya semakin perlahan, menunjukkan tanda-tanda hendak berhenti. Kami bangun dan melihat ke luar jendela. Seperti disuruh, Dosen Hanizah mengenakan kembali pakaian tidurnya lalu terus ke dapur. Aku menanti di kamar itu. Tak lama kemudian, dia masuk dan menyerahkan pakaianku yang hampir kering. Setelah mengenakan pakaian, aku ke ruang tamu dan minta diri untuk pulang karena terlihat hujan sudah berhenti.

Dosen Hanizah mengiringi aku ke pintu. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas segala layanannya. Dosen Hanizah juga berterima kasih kerena telah membantunya. Aku ambil sepedaku, lalu membuka pintu pagar dan terus mengayuh menuju ke rumah. Tidak terlihat Dosen Hanizah di halaman rumah, maklumlah hujan, lagi pula sekarang waktunya makan siang.

Setibanya di rumah, aku mandi. Di kamar, terlihat dengan jelas bekas gigitan di leherku. Ah, gawat bisa malu aku nanti. Aku berniat kalau tidak hilang sampai besok, aku pasti tidak akan ke sekolah.

Keesokan harinya, tidak terlihat bekas gigitan pada leherku. Aku ke sekolah seperti biasa bersama adik-adikku yang lain. Mereka perempuan, jadi tidak satu sekolah denganku. Di sekolah, bila bertemu dengan Dosen Hanizah yang berbaju kurung bertudung kepala, aku tersenyum dan mengucapkan selamat, seperti tidak ada sesuatu di antara kami. Dosen Hanizah pun bertingkah biasa saja, walaupun di hati kami masing-masing tahu apa yang telah terjadi sewaktu hujan lebat kemarin. Di dalam kelas, dia mengajar seperti biasa. Aku pun tidak macam-macam, takut nanti teringat dan menginkannya di kelas.

Selama sebulan lebih setelah kejadian itu, kami masih bersandiwara seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Tidak pernah bercerita tentang hal itu. Kalau kami bertemu pun, hanyalah berkisar masalah pelajaran. Aku yang baru pertama kali mendapatkannya, sudah merasa ketagihan. Terasa ingin lagi menjamah tubuh perempuan, sudah tak kuat nafsuku ditahan. Pada suatu hari, kalau tidak salah hari Selasa, aku berjumpa dengannya di ruang guru. Waktu itu, ruang guru sedang kosong, aku memberanikan diri meminta keinginanku untuk menjamah kenikmatan tubuhnya. Pada awalnya Dosen Hanizah agak keberatan, tetapi setelah mendesak dan membujuknya, dia mulai lembut. Dosen Hanizah setuju, tapi dia akan beritahu aku bila saatnya memungkinkan. Aku minta padanya kalau bisa dalam waktu dekat ini karena aku sudah tak tahan lagi. Kalau keadaan aman, dia akan memberitahuku katanya. Aku gembira dengan penjelasan itu.

Tiga hari setelah itu, Dosen Hanizah memanggilku ke ruang guru. Dia memintaku ke rumahnya malam Senin. Dia memberitahu bahwa suaminya akan keluar kota ke Johor selama dua hari. Aku janji akan datang. Aku setuju, tapi bagaimana caraku untuk bilang pada orang tuaku kalau aku akan bermalam di luar. Aku ijin untuk menginap di rumah teman dengan alasan belajar bersama dan terus ke sekolah besoknya. Mereka mengijinkan. Tiba malam yang dijanjikan, kurang lebih pukul 8:00, aku tiba. Dosen Hanizah menyambutku dengan senyuman. Anaknya yang bermain-main dengan permainannya terhenti melihatku masuk. Setelah melihatku, dia kembali bermain lagi. Nasib baik karena anak Dosen Hanizah masih kecil jadi masih belum mengerti apa-apa. Malam itu, kami tidur bersama di kamar seperti sepasang suami isteri. Persetubuhan kami malam itu memang menarik, seperti sudah lama tidak merasanya.

Aku melepaskan rinduku ke seluruh bagian tubuhnya. Dosen Hanizah kini tidak lagi malu-malu meminta dipenuhi keinginannya jika lagi nafsu. Kalau tidak salah, malam itu kami bermain sampai 4 kali. Yang terakhir kali sudah sampai dini hari, dan kami tertidur. Bangun-bangun sudah pukul 8:00 lebih ketika anaknya menangis. Kami sudah terlambat ke sekolah, Dosen Hanizah menelpon dan mengatakan kalau dia sakit. Aku pun sudah malas untuk ke sekolah.

Setelah menenangkan anaknya dengan memberikan susu, dia menidurkan kembali anaknya. Kami bersarapan dengan makanan yang disediakannya. Kemudian, kami mandi bersama, bertelanjang dan bersenggama di dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku minta dia untuk menerima seluruh air maniku ke dalam mulutnya. Dosen Hanizah setuju, setelah puas, batang kejantananku menyusuri lembah, di saat mau melepaskan puncak kenikmatanku, aku minta Dosen Hanizah duduk dan aku arahkan senjataku ke sasaran, dan terus menembak ke mulutnya yang terbuka lebar. Penuh mulut Dosen Hanizah dengan air maniku. Ada beberapa tetes yang tertelan, yang lain dimuntahkannya kembali. Aku mengarahkan batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya, dia terpaksa menerima dan mulai menghisap batang kejantananku yang masih berlinang dengan sisa air mani yang ada.

Kami terus mandi dan membersihkan badan. Anaknya telah lama tertidur, kami berdua beristirahat di ruang tamu sambil mendengar radio. Kami berbincang tentang hal peribadi masing-masing. Sesekali Nescafe panas yang dihidangkan oleh Dosen Hanizah kuhirup. Aku memberitahu padanya kalau aku tak pernah punya cewek kalau ditanya orang lain, dan aku juga merasa bangga kerena dapat merasakan nikmatnya hubungan antara lelaki dan perempuan lebih awal. Sambil berbicara, aku mengusap dan meremas lembut buah dada dosenku yang berada di sebelah. Aku juga bertanya tentang suaminya, adakah dia tahu atau merasa ada perubahan sewaktu berasmara bersama. Dosen Hanizah menjelaskan bahwa dia berbuat seperti biasanya, waktu berasmara pun seperti biasa.

Dosen Hanizah tidak pernah menghisap kemaluan suaminya sebab suaminya tidak mau, begitu juga kemaluannya tidak pernah dijilat. Jadi, akulah orang pertama menjilat kemaluannya dan kemaluan akulah yang pertama masuk ke dalam mulut Dosen Hanizah. Dosen Hanizah bilang suaminya merasa jijik apabila kemaluannya dijilat, dihisap dan dimainkan dengan mulut. Karena itulah, Dosen Hanizah tidak keberatan mengulum kemaluanku karena memang diiginkannya. Kami ketawa kecil mengenangkan aksi-aksi gairah yang pernah kami lakukan.

Jam menunjukkan pukul 10:00 lebih. Dosen Hanizah bangun menuju ke kamarnya, aku mengekori. Di kamar, dia melihat keadaan anaknya yang sedang pulas. Perlahan-lahan aku memeluknya dari belakang. Tanganku, kulingkarkan ke pinggangnya yang ramping sambil mulut mengecup lembut lehernya. Sesekali tanganku meremas buah dadanya yang kian menegang. Aku memalingkan tubuhnya, kami berdakapan sambil berkecupan bibir. Tubuhnya kubaringkan ke atas ranjang sambil mengulum bibirnya dengan mesra. Pakaiannya kulepaskan, begitu juga dengan pakaianku. Mudah dilepaskan karena memang kami masing-masing sudah merencanakannya.

Entah berapa kali mulutku penuh dengan air maninya sebelum kemaluanku menerobos liang keramat itu. Kali ini aksi kami semakin ganas. Tubuhnya yang kecil itu kutindih semaunya. Akhirnya, muntahan cairan kentalku tidak dilepaskan di dalam, tetapi di mulutnya. Air maniku memenuhi mulutnya ketika kumuntahkan di situ. Dia menerimanya dengan rela sambil menjilat-jilat sisanya yang meleleh keluar, sambil batang kemaluanku dikulumnya untuk menjilati sisa-sisa yang masih ada. Aku tersenyum melihat lidahnya yang menjilat-jilat itu seperti mendapatkan suatu makanan yang lezat. Dia juga ikut tersenyum melihatku.

Setelah habis ditelannya. Aku mulai memakai kembali pakaianku. Dosen Hanizah duduk bersandar, masih bertelanjang.
“Sedap..?” tanyaku sambil menjilat bibir.
Dosen Hanizah mengangguk paham. Dia kemudian mengenakan pakaian tidurnya lalu menemaniku hingga ke pintu. Setelah selesai, aku minta diri untuk pulang ke rumah, takut nanti bohongku ketahuan. Dia melepasku dengan berat hati. Aku pulang, orang tuaku tidak ada, yang ada hanya pembantu. Aku memberitahu mareka kalau aku sakit dan terus ke kamar untuk tidur.

Begitulah kisahku berasmara dengan dosen matematikaku yang hingga kini masih menjadi kenangan, walaupun sudah 10 tahun lebih aku meninggalkan sekolah dan negeri itu untuk berkerja di Kuala Lumpur. Waktu aku tingkat 6, Dosen Hanizah pindah ke Johor. Selama itu, banyak sekali kami melakukan hubungan seks. Sebelum berpindah, Dosen Hanizah mengandung, aku sempat juga tanya anak siapa, dia tidak menjawab tapi tersenyum memandangku. Aku mengerti, itu adalah hasil dari benih yang kutaburkan berkali-kali. Setelah itu, aku tak pernah bertemu atau mendengar kisahnya.

Aku mendapat kabar angin kalau Dosen Hanizah kini mengajar di Kuala Lumpur. Kalau betul, aku mau coba mencari walaupun kini usianya kurang lebih 43 tahun. Sampai sekarang aku masih belum menemuinya, tetapi sebelum Hari Raya tahun 2000, aku melihat Dosen Hanizah di Mid Valley Shopping Centre sedang belanja dengan anak-anaknya.

Dokter Miranti

Posted: Mei 31, 2011 in cerita dewasa

Dalam sebuah seminar sehari di hall Hotel Hilton International di Jakarta, tampak seorang wanita paruh baya berwajah manis sedang membacakan sebuah makalah tentang peranan wanita modern dalam kehidupan rumah tangga keluarga bekerja. Dengan tenang ia membaca makalah itu sambil sesekali membuat lelucon yang tak ayal membuat para peserta seminar itu tersenyum riuh. Permasalahan yang sedang dibahas dalam seminar itu menyangkut perihal mengatasi problem perselingkuhan para suami yang selama ini memang menjadi topik hangat baik di forum resmi ataupun tidak resmi. Beberapa peserta seminar yang terdiri dari wanita karir, ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar wanita itu tampak serius mengikuti jalannya seminar yang diwarnai oleh perdebatan antara pakar sosiologi keluarga yang sengaja diundang untuk menjadi pembicara. Hadir juga beberapa orang wartawan yang meliput jalannya seminar sambil ikut sesekali mengajukan pertanyaan ke arah peserta dan pembicara. Suasana riuh saat wanita pembicara itu bercerita tentang seorang temannya yang bersuamikan seorang pria mata keranjang doyan main perempuan. Berbagai pendapat keluar dalam perdebatan yang diarahkan oleh moderator.

Diakhir sesi pertama saat para peserta mengambil waktu istirahat selama tiga puluh menit, tampak wanita pembicara itu keluar ruangan dengan langkah cepat seperti menahan sesuatu. Ia berjalan dengan cepat menuju toilet di samping hall tempat seminar. Namun saat melewati lorong menuju tempat itu ia tak sadar menabrak seseorang, akibatnya ia langsung terhenyak.
“Oh…, maaf, saya tidak melihat anda…, maaf ya?”, seru wanita itu pada orang yang ditabraknya, namun orang itu seperti tak mengacuhkan.
“Oke…”, sahut pria muda berdasi itu lembut dan berlalu masuk ke dalam toilet pria.

Wanita itupun bergegas ke arah toilet wanita yang pintunya berdampingan dengan pintu toilet pria. Beberapa saat lamanya wanita itu di sana lalu tampak lelaki itu keluar dari toilet dan langsung menuju ke depan cermin besar dan mencuci tangannya. Kemudian wanita tadi muncul dan menuju ke tempat yang sama, keduanya sesaat saling melirik. “Hai”, tegur pria itu kini mendahului.
“Halo…, anda peserta seminar?”, tanya si wanita.
“Oh, bukan. Saya bekerja di sini, maksud saya di hotel ini”, jawab pria itu.
“Oh…, kalau begitu kebetulan, saya rasa setelah seminar ini saya akan kontak lagi dengan manajemen hotel ini untuk mengundang sejumlah pakar dari Amerika untuk seminar masalah kesehatan ibu dan anak. Ini kartu namaku”, kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya pada pria itu. Lelaki itu mengambil secarik kartu dari dompetnya dan menyerahkannya pada wanita itu.

“Dokter Miranti Pujiastuti, oh ternyata Ibu ini pakar ilmu kedokteran ibu dan anak yang terkenal itu, maaf saya baru pertama kali melihat Ibu. Sebenarnya saya banyak membaca tulisan-tulisan Ibu yang kontroversial itu, saya sangat mengagumi Ibu”, mendadak pria itu menjadi sangat hormat.
“Ah kamu, jangan terlalu berlebihan memuji aku, dan kamu…, hmm…, Edo Prasetya, wakil General Manager Hilton International Jakarta. Kamu juga hebat, manajer muda”, seru wanita itu sambil menjabat tangan pemuda bernama Edo itu kemudian.
“Kalau begitu saya akan kontak anda mengenai masalah akomodasi dan acara seminar yang akan datang, senang bertemu anda, Edo”, seru wanita itu sambil kemudian berlalu.
“Baik, Bu dokter”, jawab sahut pria itu dan membiarkan wanita paruh baya itu berlalu dari ruangan di mana mereka berbicara.

Sejenak kemudian pemuda itu masih tampak memandangi kartu nama dokter wanita itu, ia seperti sedang mengamati sesuatu yang aneh.
“Bukankah dokter itu cantik sekali?”, ia berkata dalam hati.
“Oh aku benar-benar tak tahu kalau ia dokter yang sering menjadi perhatian publik, begitu tampak cantik di mataku, meski sudah separuh baya, ia masih tampak cantik”, benaknya berbicara sendiri.
“Ah kenapa itu yang aku pikirkan?”, serunya kemudian sambil berlalu dari ruangan itu.

Sementara itu di sebuah rumah kawasan elit Menteng Jakarta pusat tampak sebuah mobil memasuki halaman luas rumah itu. Wanita paruh baya bernama dokter Miranti itu turun dari sedan Mercy hitam dan langsung memasuki rumahnya. Wajah manis wanita paruh baya itu tampaknya menyimpan sebuah rasa kesal dalam hati. Sudah seminggu lamanya suami wanita itu belum pulang dari perjalanan bisnis keluar negeri. Sudah seminggu pula ia didera isu dari rekan sejawat suaminya tentang tingkah laku para pejabat dan pengusaha kalangan atas yang selalu memanfaatkan alasan perjalanan bisnis untuk mencari kepuasan seksual di luar rumah alias perselingkuhan.

Wanita itu menghempaskan badannya ke tempat tidur empuk dalam ruangan luas itu. Ditekannya remote TV dan melihat program berita malam yang sedang dibacakan penyiar. Namun tak berselang lama setelah itu dilihatnya di TV itu seorang lelaki botak yang tak lain adalah suaminya sedang berada dalam sebuah pertemuan resmi antar pengusaha di Singapura. Namun yang membuat hati wanita itu panas adalah saat melihat suaminya merangkul seorang delegasi dagang Singapura yang masih muda dan cantik. Sejenak ia memandang tajam ke arah televisi besar itu lalu dengan gemas ia membanting remote TV itu ke lantai setelah mematikan TV-nya.
“Ternyata apa yang digosipkan orang tentang suamiku benar terjadi, huh”, seru wanita itu dengan hati dongkol.
“Bangsaat..!”, Teriaknya kemudian sambil meraih sebuah bantal guling dan menutupi mukanya.

Tak seorangpun mendengar teriakan itu karena rumah besar itu dilengkapi peredam suara pada dindingnya, sehingga empat orang pembantu di rumah itu sama sekali tidak mengetahui kalau sang nyonya mereka sedang marah dan kesal. Ia menangis sejadi-jadinya, bayang-bayang suaminya yang berkencan dengan wanita muda dan cantik itu terus menghantui pikirannya. Hatinya semakin panas sampai ia tak sanggup menahan air matanya yang kini menetes di pipi.

Tiga puluh menit ia menangis sejadi-jadinya, dipeluknya bantal guling itu dengan penuh rasa kesal sampai kemudian ia jatuh tertidur akibat kelelahan. Namun tak seberapa lama ia terkulai tiba-tiba ia terhenyak dan kembali menangis. Rupanya bayangan itu benar-benar merasuki pikirannya hingga dalam tidurnyapun ia masih membayangkan hal itu. Sejenak ia kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar tidur itu menuju sebuah ruangan kecil di samping kamar tidurnya, ia menyalakan lampu dan langsung menuju tumpukan obat yang memenuhi sebagian ruangan yang mirip apotik keluarga. Disambarnya tas dokter yang ada di situ lalu membuka sebuah bungkusan pil penenang yang biasa diberikannya pada pasien yang panik. Ditelannya pil itu lalu meminum segelas air.

Beberapa saat kemudian ia menjadi tenang kemudian ia menuju ke ruangan kerjanya yang tampak begitu lengkap. Di sana ia membuka beberapa buku, namun bebarapa lamanya kemudian wanita itu kembali beranjak menuju kamar tidurnya. Wajahnya kini kembali cerah, seberkas senyuman terlihat dari bibirnya yang sensual. Ia duduk di depan meja rias dengan cermin besar, hatinya terus berbicara.
“Masa sih aku harus mengalah terus, kalau bangsat itu bisa berselingkuh kenapa aku tidak”, benaknya sambil menatap dirinya sendiri di cermin itu. Satu-persatu di lepasnya kancing baju kerja yang sedari tadi belum dilepasnya itu, ia tersenyum melihat keindahan tubuhnya sendiri. Bagian atas tubuhnya yang dilapisi baju dalam putih berenda itu memang tampak sangat mempesona. Meski umurnya kini sudah mencapai empat puluh tahun, namun tubuh itu jelas akan membuat lelaki tergiur untuk menyentuhnya.

Kini ia mulai melepaskan baju dalam itu hingga bagian atas tubuhnya kini terbuka dan hanya dilapisi BH. Perlahan ia berdiri dan memutar seperti memamerkan tubuhnya yang bahenol itu. Buah dadanya yang besar dan tampak menantang itu diremasnya sendiri sambil mendongak membayangkan dirinya sedang bercinta dengan seorang lelaki. Kulitnya yang putih mulus dan bersih itu tampak tak kalah mempesonakan.
“Kalau bangsat itu bisa mendapat wanita muda belia, kurasa tubuh dan wajahku lebih dari cukup untuk memikat lelaki muda”, gumamnya lagi.
“Akan kumulai sekarang juga, tapi..”, tiba-tiba pikirannya terhenti.
“Selama ini aku tak pernah mengenal dunia itu, siapakah yang akan kucari? hmm..”.

Tangannya meraih tas kerja di atas mejanyanya, dibongkarnya isi tas itu dan menemukan beberapa kartu nama, sejenak ia memperhatikannya.
“Dokter Felix, lelaki ini doyan nyeleweng tapi apa aku bisa meraih kepuasan darinya? Lelaki itu lebih tua dariku”, katanya dalam hati sambil menyisihkan kartu nama rekan dokternya itu.
“Basuki Hermawan, ah…, pejabat pajak yang korup, aku jijik pada orang seperti ini”, ia merobek kartu nama itu.
“Oh ya…, pemuda itu, yah…, pemuda itu, siapakah namanya, Dodi?.., oh bukan. Doni?.., oh bukan juga, ah di mana sih aku taruh kartu namanya..”, ia sibuk mencari, sampai-sampai semua isi tak kerja itu dikeluarkannya namun belum juga ia temukan.
“Bangsat! Aku lupa di mana menaruhnya”, sejenak ia berhenti mencari dan berpikir keras untuk mencoba mengingat di mana kartu nama pemuda gagah berumur dua puluh limaan itu. Ia begitu menyukai wajah pemuda yang tampak polos dan cerdas itu. Ia sudah terbayang betapa bahagianya jika pemuda itu mau diajak berselingkuh.

“Ahaa! Ketemu juga kau!”, katanya setengah berteriak saat melihat kartu nama dengan logo Hilton International. Ia beranjak berdiri dan meraih hand phone, sejenak kemudian ia sudah tampak berbicara.
“Halo, dengan Edo…, maaf Bapak Edo?”.
“Ya benar, saya Edo tapi bukan Bapak Edo, anda siapa”, terdengar suara ramah di seberang.
“Ah maaf…, Edo, saya Dokter Miranti, kamu masih ingat? Kita ketemu di Rest Room hotel Hilton International tadi siang”.
“Oooh, Bu dokter, tentu dong saya ingat. Masa sih saya lupa sama Bu dokter idola saya yang cantik”.
“Eh kamu bisa saja, Do”.
“Gimana Bu, ada yang bisa saya bantu?”, tanya Edo beberapa saat setelah itu.
“Aku ingin membicarakan tentang seminar minggu depan untuk mempersiapkan akomodasinya, untuk itu sepertinya kita perlu berbicara”.
“No problem, Bu. Kapan ibu ada waktu”.
“Lho kok jadi nanya aku, ya kapan kamu luang aja dong”.
“Nggak apa-apa Bu, untuk orang seperti ibu saya selalu siap, gimana kalau besok kita makan siang bersama”.
“Hmm…, rasanya aku besok ada operasi di rumah sakit. Gimana kalau sekarang saja, kita makan malam”.
“Wah kebetulan Bu, saya memang lagi lapar. baiklah kalau begitu, saya jemput ibu”.
“Oohh nggak usah, biar ibu saja yang jemput kamu, kamu di mana?”.
“wah jadi ngerepotin dong, tapi oke-lah. Saya tunggu saja di Resto Hilton, okay?”.
“Baik kalau begitu dalam sepuluh menit saya datang”, kata wanita itu mengakhiri percakapannya.

Lalu dengan tergesa-gesa ia mengganti pakaian yang dikenakannya dengan gaun terusan dengan belahan di tengah dada. Dengan gesit ia merias wajah dan tubuh yang masih tampak menawan itu hingga tak seberapa lama kemudian ia sudah tampak anggun.
“Mbok..!”, ia berteriak memanggil pembantu.
“Dalem…, Nyaah!”, sahut seorang yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.
“Malam ini ibu ndak makan di rumah, nanti kalau tuan nelpon bilang saja ibu ada operasi di rumah sakit”.
“Baik, Nyah..”, sahut pembantunya mengangguk.
Sang dokter itupun berlalu meninggalkan rumahnya tanpa diantar oleh sopir.

Kini sang dokter telah tampak menyantap hidangan makan malam itu bersama pemuda tampan bernama Edo yang berumur jauh di bawahnya. Maksud wanita itu untuk mengencani Edo tidak dikatakannya langsung. Mereka mula-mula hanya membicarakan perihal kontrak kerja antara kantor sang dokter dan hotel tempat Edo bekerja. Namun hal itu tidak berlangsung lama, dua puluh menit kemudian mereka telah mengalihkan pembicaraan ke arah pribadi.

“Maaf lho, Do. Kamu sudah punya pacar?”, tanya sang dokter.
“Dulu pernah punya tapi…”, Edo tak melanjutkan kalimatnya.
“Tapi kenapa, Do?”, sergah wanita itu.
“Dia kawin duluan, ah…, Emang bukan nasib saya deh, dia kawin sama seorang om-om senang yang cuma menyenangi tubuhnya. Namanya Rani..”.
“Maaf kalau ibu sampai membuat kamu ingat sama masa lalu”.
“Nggak apa-apa kok, Bu. Toh saya sudah lupa sama dia, buat apa cari pacar atau istri yang mata duitan”.
“Sukurlah kalau begitu, trus sekarang gimana perasaan kamu”.
“Maksud ibu?”.
“Perasaan kamu yang dikhianati, apa kamu masih dendam?”, tanya sang dokter seperti merasa ingin tahu.
“Sama si Rani sih nggak marah lagi, tapi sampai sekarang saya masih dendam kesumat sama om-om atau pejabat pemerintah yang seperti itu”, jelas Edo pada wanita itu sembari menatapnya.

Sejenak keduanya bertemu pandang, Edo merasakan sebuah perasaan aneh mendesir dadanya. Hanya beberapa detik saja keduanya saling memandang sampai Edo tersadar siapa yang sedang dihadapinya.
“Ah, ma.., ma.., maaf, Bu. Bicara saya jadi ngawur”, kata pemuda itu terpatah-patah.”Oh nggak…, nggak apa-apa kok, Do. Aku juga punya problem yang serupa dengan kamu”, jawab wanita itu sambil kemudian mulai menceritakan masalah pribadi dalam keluarganya. Ia yang kini sudah memiliki dua anak yang bersekolah di Amerika itu sedang mengalami masalah yang cukup berat dalam rumah tangganya. Dengan penuh emosi ia menceritakan masalahnya dengan suaminya yang seorang pejabat pemerintah sekaligus pengusaha terkenal itu.
“Berkali-kali aku mendengar cerita tentang kebejatan moralnya, ia pernah menghamili sekertarisnya di kantor, lalu wanita itu ia pecat begitu saja dan membayar seorang satpam untuk mengawini gadis itu guna menutupi aibnya. Dasar lelaki bangsat”, ceritanya pada Edo.
“Sekarang dia sudah berhubungan lagi dengan seorang wanita pengusaha di luar negeri. Baru tadi aku melihatnya bersama dalam sebuah berita di TV”, lanjut wanita itu dengan raut muka yang sedih.
“Sabar, Bu. Mungkin suatu saat dia akan sadar. Masa sih dia nggak sadar kalau memiliki istri secantik ibu”, ujar Edo mencoba menghiburnya.
“Aku sudah bosan bersabar terus, hatiku hancur, Do. Kamu sudah tahu kan gimana rasanya dikhianati? Dibohongi?”, sengitnya sambil menatap pemuda itu dengan tatapan aneh. Wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Edo.

Beberapa menit keadaan menjadi vacum. Mereka saling menatap penuh misteri. Dada Edo mendesir mendapat tatapan seperti itu, pikirannya bertanya-tanya.
“Ada apa ini?”, gumamnya dalam hati. Namun belum sempat ia menerka apa arti tatapan itu, tangannya tiba-tiba merasakan sesuatu yang lembut menyentuh, ia terhenyak dalam hati. Desiran dadanya kini berubah menjadi getaran keras di jantungnya. Namun belum sempat ia bereaksi atas semua itu tangan sang dokter itu telah meremas telapak tangan Edo dengan mesra. Kini ia menatap wanita itu, dokter Miranti memberinya senyuman, masih misteri.

“Edo…., kamu dan aku memiliki masalah yang saling berkaitan”, katanya perlahan.
“Ma…, maksud ibu?”, Edo tergagap.
“Kehidupan cinta kamu dirusakkan oleh generasi seumurku, dan rumah tanggaku rusak oleh kehidupan bejat suamiku. Kita sama-sama memiliki beban ingatan yang menyakitkan dengan musuh yang sama”.
“lalu?”.
“Kenapa tak kamu lampiaskan dendam itu padaku?”.
“Maksud ibu?”, Edo semakin tak mengerti.
“Aku dendam pada suamiku dan kaum mereka, dan kau punya dendam pada para pejabat yang telah mengecewakanmu. Kini kau menemukan aku, lampiaskan itu. Kalau mereka bisa menggauli generasimu mengapa kamu nggak menggauli kaum mereka? Aku istri pejabat, dan aku juga dikecewakan oleh mereka”.
“Saya masih belum mengerti, Bu”.
“Maksudku, hmm…, kenapa kita tidak menjalin hubungan yang lebih dekat lagi”, jelas wanita itu.

Edo semakin penasaran, ia memberanikan dirinya bertanya, “Maksud ibu…, mm…, ki…, ki…, kita berselingkuh?”, ia berkata sambil memberanikan dirinya menatap wanita paruh baya itu.
“Yah…, kita menjalin hubungan cinta”, jawab dokter Miranti enteng.
“Tapi ibu wanita bersuami, ibu punya keluarga”.
“Ya…, tapi sudah hancur, tak ada harapan lagi. Kalau suamiku bisa mencicipi gadis muda, kenapa aku tidak bisa?”, lanjutnya semakin berani, ia bahkan merangkul pundak pemuda itu. Edo hanya terpaku.
“Ta…, tapi, Bu…”.
“Seumur perkawinanku, aku hanya merasakan derita, Do. Aku ingin kejantanan sejati dari seorang pria. Dan pria itu adalah kamu, Do”, lalu ia beranjak dari tempat duduknya mendekati Edo. Dengan mesra diberinya pemuda itu sebuah kecupan. Edo masih tak bereaksi, ia seperti tak mempercayai kejadian itu.
“Apakah saya mimpi?”, katanya konyol.
“Tidak, Do. Kamu nggak mimpi, ini aku, Dokter Miranti yang kamu kagumi”.
“Tapi, Bu.., ibu sudah bersuami”.
“Tolong jangan katakan itu lagi Edo”.

Kemudian keduanya terpaku lama, sesekali saling menatap. Pikiran Edo berkecamuk keras, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sebenarnya ia begitu gembira, tak pernah ia bermimpi apapun. Namun ia masih merasa ragu.
“Apakah segampang ini?”, gumamnya dalam hati.
“Cantik sekali dokter ini, biarpun umurnya jauh lebih tua dariku tapi oh tubuh dan wajahnya begitu menggiurkan, sudah lama aku memimpikan bercinta dengan wanita istri pejabat seperti dia. Tapi…”, hatinya bertanya-tanya. Sementara suasana vacum itu berlangsung begitu lama. Kini mereka duduk dalam posisi saling bersentuhan. Baru sekitar tiga puluh menit kemudian dokter Miranti tiba-tiba berdiri.

“Do, saya ingin ngobrol lebih banyak lagi, tapi nggak di sini, kamu temui saya di Hotel Hyatt. Saya akan memesan kamar di situ. Selamat malam”, serunya kemudian berlalu meninggalkan Edo yang masih terpaku.
Pemuda itu masih terlihat melamun sampai seorang pelayan restoran datang menyapanya.
“Pak Edo, bapak mau pesan lagi?”.
“Eh…, oh nggak…, nggak, aduh saya kok ngelamun”, jawabnya tergagap mengetahui dirinya hanya terduduk sendiri.
“Teman Bapak sudah tiga puluh menit yang lalu pergi dari sini”, kata pelayan itu.
“Oh ya?”, sahut Edo seperti orang bodoh. Pelayan itu mengangkat bahunya sambil berlalu.
“Eh…, billnya!”, panggil Edo.
“Sudah dibayar oleh teman Bapak”, jawab pelayan itu singkat.
Kini Edo semakin bingung, ia masih merasakan getaran di dadanya. Antara percaya dan tidak. Ia kemudian melangkah ke lift dan turun ke tempat parkir. Hanya satu kalimat dokter Miranti yang kini masih terngiang di telinganya. Hotel Grand Hyatt!
Dengan tergesa-gesa ia menuju ke arah mobilnya. Perjalanan ke hotel yang dimaksud wanita itu tak terasa olehnya, kini ia sudah sampai di depan pintu kamar yang ditanyakannya pada receptionis. Dengan gemetar ia menekan bel di pintu kamar itu, pikirannya masih berkecamuk bingung.

“Masuk, Do”, sambut dokter Miranti membuka pintu kamarnya. Edo masuk dan langsung menatap dokter Miranti yang kini telah mengenakan gaun tidur sutra yang tipis dan transparan. Ia masih tampak terpaku.
“Do, ini memang hari pertemuan kita yang pertama tapi apakah salahnya kalau kita sama-sama saling membutuhkan”, kata dokter Miranti membuka pembicaraan.
“Cobalah realistis, Do. Kamu juga menginginkan ini kan?”, lanjut wanita itu kemudian mendudukkan Edo di pinggir tempat tidur luas itu.
Edo masih tampak bingung sampai sang dokter memberinya kecupan di bibirnya, ia merasakan seperti ada dorongan untuk membalasnya.
“Oh…, Bu”, desahnya sambil kemudian merangkul tubuh bongsor dokter Miranti. Dadanya masih bergetar saat merasakan kemesraan wanita itu. Dokter Miranti kemudian memegang pundaknya dan melucuti pakaian pemuda itu. Dengan perlahan Edo juga memberanikan diri melepas ikatan tali gaun tidur sutra yang dikenakan sang dokter. Begitu tampak buah dada dokter Miranti yang besar dan ranum itu, Edo terhenyak.
“Oh…, indahnya susu wanita ini”, gumamnya dalam hati sambil lalu meraba payudara besar yang masih dilapisi BH itu. Tangan kirinya berusaha melepaskan kancing BH di punggung dokter Miranti. Ia semakin terbelalak saat melihat bentuk buah dada yang kini telah tak berlapis lagi. Tanpa menunggu lagi nafsu pemuda itu bangkit dan ia segera meraih buah dada itu dan langsung mengecupnya. Dirasakannya kelembutan susu wanita cantik paruh baya itu dengan penuh perasaan, ia kini mulai menyedot puting susu itu bergiliran.

“Ooohh…, Edo…, nikmat sayang…., mm sedot terus sayang ooohh, ibu sayang kamu, Do…, ooohh”, desah dokter Miranti yang kini mendongak merasakan sentuhan lidah dan mulut Edo yang menggilir kedua puting susunya. Tangan wanita itupun mulai meraih batang kemaluan Edo yang sudah tegang sedari tadi, ia terhenyak merasakan besar dan panjangnya penis pemuda itu.
“Ohh…, besarnya punya kamu, Do. Tangan ibu sampai nggak cukup menggenggamnya”, seru dokter Miranti kegirangan. Ia kemudian mengocok-ngocokkan penis itu dengan tangannya sambil menikmati belaian lidah Edo di sekitar payudara dan lehernya.

Kemaluan Edo yang besar dan panjang itu kini tegak berdiri bagai roket yang siap meluncur ke angkasa. Pemuda yang sebelumnya belum pernah melakukan hubungan seks itu semakin terhenyak mendapat sentuhan lembut pada penisnya yang kini tegang. Ia asyik sekali mengecupi sekujur tubuh wanita itu, Edo merasakan sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. Ia tak pernah membayangkan akan dapat menikmati hubungan seks dengan wanita yang sangat ia kagumi ini, ia yang sebelumnya bahkan hanya menonton film biru itu kini mempraktekkan semua yang ia lihat di dalamnya. Hatinya begitu gembira, sentuhan-sentuhan lembut dari tangan halus dokter Miranti membuatnya semakin terlena.

Dengan mesra sekali wanita itu menuntun Edo untuk menikmati sekujur tubuhnya yang putih mulus itu. Dituntunnya tangan pemuda itu untuk membelai lembut buah dadanya, lalu bergerak ke bawah menuju perutnya dan berakhir di permukaan kemaluan wanita itu. Edo merasakan sesuatu yang lembut dan berbulu halus dengan belahan di tengahnya. Pemuda itu membelainya lembut sampai kemudian ia merasakan cairan licin membasahi permukaan kemaluan dokter Miranti. Ia menghentikan gerakannya sejenak, lalu dengan perlahan sang dokter membaringkan tubuhnya dan membuka pahanya lebar hingga daerah kemaluan yang basah itu terlihat seperti menantang Edo. Pemuda itu terbelalak sejenak sebelum kemudian bergerak menciumi daerah itu, jari tangan dokter Miranti kemudian menarik bibir kemaluannya menjadi semakin terbuka hingga menampakkan semua isi dalam dinding vaginanya. Edo semakin terangsang, dijilatinya semua yang dilihat di situ, sebuah benda sebesar biji kacang di antara dinding vagina itu ia sedot masuk ke dalam mulutnya. Hal itu membuat dokter Miranti menarik nafas panjang merasakan nikmat yang begitu hebat.

“Ohh…, hmm…, Edo, sayang, ooohh”, desahnya mengiringi bunyi ciplakan bibir Edo yang bermain di permukaan vaginanya.
Dengan gemas Edo menjilati kemaluan itu, sementara dokter Miranti hanya bisa menjerit kecil menahan nikmat belaian lidah Edo. Ia hanya bisa meremas-remas sendiri payudaranya yang besar itu sambil sesekali menarik kecil rambut Edo.
“Aduuuh sayang, ooohh nikmaat…, sayang…, oooh Edo…, ooohh pintarnya kamu sayang…, ooohh nikmatnya…, ooohh sedooot teruuusss…, ooohh enaakkk…, hmm…, ooohh”, jeritnya terpatah-patah.

Puas menikmati vagina itu, Edo kembali ke atas mengarahkan bibirnya kembali ke puting susu dokter Miranti. Sang dokterpun pasrah saja, ia membiarkan dirinya menikmati permainan Edo yang semakin buas saja. Daerah sekitar puting susunya tampak sudah kemerahan akibat sedotan mulut Edo.
“ooohh, Edo sayang. Berikan penis kamu sama ibu sayang, ibu ingin mencicipinya”, pinta wanita itu sambil beranjak bangun dan menggenggam kemaluan Edo. Tangannya tampak bahkan tak cukup untuk menggenggamnya, ukurannya yang super besar dan panjang membuat dokter Miranti seperti tak percaya pada apa yang dilihatnya. Wanita itu mulai mengulum penis Edo, mulutnya penuh sesak oleh kepala penis yang besar itu, hanya sebagian kecil saja kemaluan Edo yang bisa masuk ke mulutnya sementara sisanya ia kocok-kocokkan dengan telapak tangan yang ia lumuri air liurnya. Edo kini menikmati permainan itu.
“Auuuhh…, Bu, ooohh…, enaakk aahh Bu dokter…, oooh nikmat sekali…, mm…, oooh enaknya…, ooohh…, ssstt…, aahh”, desah pemuda itu mulai menikmatinya.

Sesaat kemudian, Dokter Miranti melepaskan kemaluan yang besar itu lalu membaringkan dirinya kembali di pinggiran tempat tidur. Edo meraih kedua kaki wanita itu dan langsung menempatkan dirinya tepat di depan selangkangan dokter Miranti yang terbuka lebar. Dengan sangat perlahan Edo mengarahkan kemaluannya menuju liang vagina yang menganga itu dan, “Sreett.., bleeesss”.
“Aduuuhh…, aauuu Edooo…, sa.., sa.., sakiiittt…, vaginaku robeeek aahh…, sakiiit”, teriak dokter Miranti merasakan vaginanya yang ternyata terlalu kecil untuk penis Edo yang super besar, ia merasakan vaginanya robek oleh terobosan penis Edo. Lebih dahsyat dari saat ia mengalami malam pertamanya.
“Edo sayang, punya kamu besar sekali. Vaginaku rasanya robek do, main yang pelan aja ya, sayang?”, pintanya lalu pada Edo.
“Ouuuhh…, ba.., ba.., baik, Bu”, jawab Edo yang tampak sudah merasa begitu nikmat dengan masuknya penis ke dalam vagina dokter Miranti.

Kini dibelainya rambut sang dokter sambil menciumi pipinya yang halus dengan mesra. Pemuda itu mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina dokter Miranti dengan perlahan sekali sampai beberapa menit kemudian rasa sakit yang ada dalam vagina wanita itu berubah menjadi nikmat, barulah Edo mulai bergerak menggenjot tubuh wanita itu dengan agak cepat. Gerakan tubuh mereka saling membentur mempertemukan kedua kemaluan mereka. Nafsu birahi mereka tampak begitu membara dari gerakan yang semakin lama semakin menggairahkan, teriakan kecil kini telah berubah menjadi desah keras menahan nikmatnya hubungan seks itu.

Keduanya tampak semakin bersemangat, saling menindih bergilir menggenjot untuk meraih tahap demi tahap kenikmatan seks itu. Edo yang baru pertama kali merasakan nikmatnya hubungan seks itu benar-benar menikmati keluar masuknya penis besar itu ke dalam liang vagina sang dokter yang semakin lama menjadi semakin licin akibat cairan kelamin yang muali melumasi dindingnya. Demikian pula halnya dengan dokter Miranti. Ia begitu tampak kian menikmati goyangan tubuh mereka, ukuran penis Edo yang super besar dan terasa merobek liang vaginanya itu kini menjadi sangat nikmat menggesek di dalamnya. Ia berteriak sejadi-jadinya, namun bukan lagi karena merasa sakit tapi untuk mengimbangi dahsyatnya kenikmatan dari penis pemuda itu. Tak pernah ia bayangkan akan dapat menemukan penis sebesar dan sepanjang milik Edo, penis suaminya yang bahkan ia tahu sering meminum obat untuk pembesar alat kelamin tak dapat dibandingkan dengan ukuran penis Edo. Baru pertama kali ini ia melihat ada kemaluan sebesar itu, panjang dan keras sekali.

Bunyi teriakan nyaring bercampur decakan becek dari kedua alat kelamin mereka memenuhi ruangan luas di kamar suite hotel itu. Desahan mereka menahan kenikmatan itu semakin memacu gerakan mereka menjadi kian liar.
“Ooohh…, ooohh…, ooohh…, enaak…, oooh…, enaknya bu…, ooohh nikmat sekali ooohh”, desah Edo.
“mm…, aahh…, goyang terus, Do…, ibu suka sama punya kamu, ooohh…, enaknya, sayang ooohh…, ibu sayang kamu Edo…, ooohh”, balas dokter Miranti sambil terus mengimbangi genjotan tubuh pemuda itu dengan menggoyang pinggulnya.

Lima belas menit lebih mereka melakukannya dengan posisi itu dimana Edo menindih tubuh sang dokter yang mengapit dengan pahanya. Kini saatnya mereka ingin mengganti gaya.
“Ouuuhh Edo sayang, ganti gaya yuuuk?”, ajak sang dokter sambil menghentikan gerakannya.
“Baik, Bu”, jawab pemuda itu mengiyakan.
“Kamu di bawah ya sayang? Ibu pingin goyang di atas tubuh kamu”, katanya sambil menghentikan gerakan tubuh Edo, pemuda itu mengangguk sambil perlahan melepaskan penisnya dari jepitan vagina dokter Miranti. Kemudian ia duduk sejenak mengambil nafas sambil memandangi tubuh wanita itu.
“uuuh, cantiknya wanita ini”, ia bergumam dalam hati lalu berbaring menunggu dokter Miranti yang sudah siap menungganginya.

Kini wanita itu berjongkok tepat di atas pinggang Edo, ia sejenak menggenggam kemaluan pemuda itu sebelum kemudian memasukkannya kembali ke dalam liang vaginanya dengan perlahan dan santai. Kembali ia mendesah merasakan penis itu masuk menembus dinding kemaluannya dan menerobos masuk sampai dasar liang vagina yang terasa sempit oleh Edo.
“Ooouuuhh…”, desahnya memulai gerakan menurun-naikkan pinggangnya di atas tubuh pemuda itu.
Edo meraih payudara montok yang bergantungan di dada sang dokter, sesekali ia meraih puting susu itu dengan mulutnya dan menyedot-nyedot nikmat.

Keduanya kembali terlibat adegan yang lebih seru lagi, dengan liar dokter Miranti menggoyang tubuh sesuka hati, ia tampak seperti kuda betina yang benar-benar haus seks. Ia yang baru kali ini menikmati hubungan seks dengan lelaki selain suaminya itu benar-benar tampak bergairah, ditambah dengan ukuran kemaluan Edo yang super besar dan panjang membuatnya menjadi begitu senang. Dengan sepenuh hati ia raih kenikmatan itu detik demi detik. Tak semili meterpun ia lewatkan kenikmatan penis Edo yang menggesek dinding dalam kemaluannya. Ia semakin berteriak sejadi-jadinya.
“Aahh…, ooohh…, aahh…, ooohh…, ooohh…, enaak…, ooohh…, nikmaatt…, sekali…, Edo sayaanngg…, ooohh Edo…, Do…, enaak sayang ooohh”, teriaknya tak karuan dengan gerakan liar di atas tubuh pemuda itu sembari menyebut nama Edo. Ia begitu menyukai pemuda itu.
“Ooohh Bu dokter…, ooohh…, ibu juga pintar mainnya…, ooohh, Bu dokter cantik sekali”, balas Edo.
“Remas susu ibu, Do. ooohh…, sedot putingnya sayang…, ooohh pintarnya kamu, oooh…, ibu senang sama punya kamu, ooohh…, nikmatnya sayang, ooohh…, panjang sekali, ooohh…, enaak”, lanjut sang dokter dengan gerakan yang semakin liar. Edo mengimbangi gerakan itu dengan mengangkat-angkat pantatnya ke arah pangkal paha dokter Miranti yang mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah dada sang dokter yang tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulut Edo yang bertubi-tubi.

Namun beberapa saat kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa nikmat dari penis pemuda itu. Ia yang selama dua puluh menit menikmati permainan itu dengan garang, kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat. Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri buah dada montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada penis Edo hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh pemuda itu.
“Ooohh…, ooohh…, aauu, aku keluarr…, Edo…, aahh…, aah…, aku, nggak kuat lagi aku…, Do…, ooohh…, enaaknya…, sayang, ooohh…, Edo sayang…, hhuuuh…, ibu nggak tahan lagi”, jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Edo, cairan kelamin dalam rahimnya muncrat memenuhi liang vagina di mana penis Edo masih tegang dan keras.
“Ooohh nikmat bu…, ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat…, ooohh…, nikmat Bu dokter, ooohh…, semakin nikmat sekali Bu dokter, ooohh…, enaak, mm…, ooohh…, uuuhh…, ooohh…, ooohh, nikmat sekali…, uuuhh…, Bu dokter cantik…, aauuuhh…, ssshh nikmat bu”, desah Edo merasakan kenikmatan dalam liang vagina sang dokter yang tengah mengalami ejakulasi, vagina itu terasa makin menjepit penisnya yang terus saja menggesek dinding vagina itu. Kepala penisnya yang berada jauh di dalam liang vagina wanita itu merasakan cairan hangat menyembur dan membuat liang vagina sang dokter terasa semakin nikmat dan licin.

Pemuda itu membalas pelukan dokter Miranti yang tampak sudah tak sanggup lagi menggoyang tubuhnya di atas tubuh Edo. Sejenak gerakan mereka terhenti meski Edo sedikit kecewa karena saat itu ia rasakan vagina sang dokter sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yang masih saja membara dengan memberi ciuman mesra pada wanita cantik itu.
“Oh Edo sayang, kamu kuat sekali mainnya sayang, aku puas sekali, ibu betul-betul merasa seperti berada di tempat yang paling indah dengan sejuta kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago”, katanya pada Edo sambil memandang wajah pemuda itu tepat di depan matanya, dipeluknya erat pinggang Edo untuk menahan goyangan penis di selangkangannya.

Sejenak Dokter Miranti beristirahat di pelukan pemuda itu, ia terus memuji kekuatan dan kejantanan Edo yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu.
“Edo..”, sapanya memecah keheningan sesaat itu.
“Ya, bu?”, jawab Edo sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang dokter yang begitu ia senangi.
“Sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do”, lanjutnya terheran-heran.
“Saya baru sekali ini melakukannya, Bu”, jawab Edo.
“Ah masa sih, bohong kamu, Do”, sergah dokter Miranti sambil membalas ciuman Edo di bibirnya.
“Benar kok, Bu. Sumpah saya baru kali ini yang pertama kalinya”, Edo bersikeras.
“Tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yang tadi kita lakukan”, lanjut sang dokter tak percaya.
“Saya hanya menonton film, Bu”, jawab pemuda itu.
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi permainannya. Dirasakannya dinding vagina yang tadinya merasa geli saat mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Edopun merasakan gejala itu dari denyutan vagina sang dokter. Edo melepaskan pelukannya, lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung sang dokter, tangannya nenuntun penis besar itu ke arah permukaan lubang kemaluan dokter Miranti yang hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka hati. Pemuda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter, lalu perlahan sekali ia memasukkan penis besarnya ke dalam liang sang dokter dari arah belakang pantatnya.

“Ooohh, pintarnya kamu Edo…, oooh ibu suka gaya ini, mm…, goyang teruuuss…, aahh, nikmat do, ooohh…, sampai pangkalnya terusss, ooohh…, enaak..tarik lagi sayang ooohh, masukin lagii ooohh, sampai pangkal nya Edo…, ooohh, sayang nikmat sekali, ooohh…, oohh Edo…, ooohh…, mm…, Edo…, sayang”, desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan kenikmatan itu dengan sangat sempurna. Tangan Edo meremas susunya sementara penis pemuda itu tampak jelas keluar masuk liang vaginanya. Keduanya kembali terlihat bergoyang mesra meraih detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang mereka lakukan. Demikian juga dengan Edo yang menggoyang dari arah belakang itu, ia terus meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yang membuatnya semakin bergairah. Kecantikan Dokter Miranti yang sangat menawan itu benar-benar membuat gairah bercinta Edo semakin membara. Dengan sepenuh hati digoyangnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yang terus mengoceh tak karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu.

Sekitar dua puluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan permainannya secara bersamaan.
“Huuuh…, ooohh…, ooohh…, aahh…, ooohh…, nikmat sekali Do, goyang lagi sayang, ooohh…, ibu mau keluar sebentar lagi sayang, ooohh…, goyang yang keras lagi sayang, ooohh…, enaknya penis kamu, ooohh…, ibu nggak kuat lagi oooh”, jerit dokter Miranti.
“Uuuhh…, aahh…, ooohh, mm…, aah…, saya juga mau keluar Bu, ooohh…, dokter Miranti sayaang, ooohh…, mm…, enaakk sekali, ooohh…, ooohh, dokter sayang, ooohh…, dokter cantik, ooohh…, enaakk…, dokter dokter sayang, ooohh…, vagina dokter juga nikmat sekali, oooh”, teriak Edo juga.
“Ooohh enaknya sayang, ooohh…, pintar kamu sanyang, ooohh…, kocok terus, oooh…, genjot yang keraass, ooohh”.
“Ooohh dokter, susunya…, ooohh…, saya mau sedot, ooohh”, Edo meraih susu sang dokter lalu menyedotnya dari arah samping.
“Oooh Edo pintarnya kamu sayang, ooohh…, nikmatnya, ooohh…, ibu sebentar lagi keluar sayang, ooohh…, keluarin samaan yah, ooohh”, ajak sang dokter.
“Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter, ooohh…, vagina ibu nikmat sekali, ooohh…, mm…, enaknya, ooohh”, teriak Edo sambil mempercepat lagi gerakannya.

Namun beberapa saat kemudian dokter Miranti berteriak panjang mengakhiri permainannya.
“Aauuuwww…, ooohh…, Edooo, ibu nggak tahan lagiii…, keluaar…, aauhh nikmatnya sayang, ooohh”, jeritnya panjang sambil membiarkan cairan kelaminnya kembali menyembur ke arah penis Edo yang masih menggenjot dalam liang kemaluannya. Edo merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya keluar juga, beberapa saat ia merasakan vagina sang dokter menjepit kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yang deras ke arah penisnya. Dan beberapa saat kemudian ia akhirnya berteriak panjang meraih klimaks permainan.
“Ooohh…, aahh…, oooww…,aahh, dokter…, Miranti…, sayyaang…, oooh…, enaak sekalii…, ooohh saya juga keluaarr, ooohh”, jeritnya panjang sesaat setelah sang dokter mengakhiri teriakannya.
“Edo sayang, ooohh…, jangan di dalam sayang, ooohh…, ibu nggak pakai alat kontrasepsi, ooohh…, sini keluarin di luar Edo, sayang berikan pada ibu, oooh…, enaknya, cabut sayang. Semprotkan ke Ibu, ooohh”, pintanya sembari merasakan nikmatnya denyutan penis Edo. Ia baru sadar dirinya tak memakai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Edo sambil meraih batang penis yang sedang meraih puncak kenikmatan itu.

Kemudian pemuda itu mencabut penisnya dengan tergesa-gesa dari liang kemaluan sang dokter dan, “Cropp bresss…, crooottt.., crooott.., creeess”, cairan kelamin Edo menyembur ke arah wajah sang dokter. Edo berdiri mengangkang di atas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yang sangat deras dan banyak ke arah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan masuk ke mulut sang dokter.
“Ohh…, sayang,terus ooohh…, berikan pada ibu, ooohh…, hmm…, nyam…, enaknya, ooohh…, semprotkan pada ibu, ooohh…, ibu ingin meminumnya Edo, ooohh…, enaakkknya sayang, oooh…, lezat sekali”, jerit wanita itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani pemuda itu ke dalam mulutnya, bahkan belum puas dengan itu ia kembali meraih batang penis Edo dan menyedot keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu hingga Edo merasakan semua cairannya habis.

“Ooohh Bu dokter, ooohh dokter, saya puas sekali bu”, kata Edo sembari merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur.
“Kamu kuat sekali Edo, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini dengan suami ibu. Dia bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu”, seru sang dokter pada Edo sambil mencium dada pemuda itu.
“Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yang nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya bercinta”, jawab Edo sekenanya sambil membalas ciuman dokter Miranti. Tangannya membelai halus permukaan buah dada sang dokter dan memilin-milin putingnya yang lembut.
“Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami Ibu, kita sedang berselingkuh dan ibu punya keluarga”, sergah Edo sambil menatap wajah manis dokter Miranti.
“Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang asyik menikmati tubuh wanita-wanita lain?”.
“Benarkah?”.
“Aku pernah melihatnya sendiri, Do. Waktu itu kami sedang berlibur di Singapura bersama kedua anakku”, lanjut sang dokter memulai ceritanya pada Edo.

Edo hanya terdiam mendengar cerita dokter Miranti. Ia menceritakan bagaimana suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia saat menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya sendiri.
“Kamu bisa bayangkan, Do. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami hidup bersama, dengan dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu, dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu…”, ceritanya pada Edo dengan muka sedih.
“Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu bersedih”.
“Tak apa, Do. Ini kenyataan kok”.
Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata, “Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..”, Edo berusaha menenangkan perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter ternyata wanita itu memiliki masalah keluarga yang begitu rumit.
“Tapi saya yakin dengan tubuh dan wajah ibu yang cantik ini ibu bisa dapatkan semua yang ibu inginkan, apalagi dengan permaian ibu yang begitu nikmat seperti yang baru saja saya rasakan, bu”, Kata Edo menghibur sang dokter.
“Ah kamu bisa aja, Do. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang sudah empat puluh tiga tahun, lho?”.
“Tapi, Bu terus terang saja saya lebih senang bercinta dengan wanita dewasa seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yang bongsor ini”, lanjut pemuda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat pelukannya.
“Kamu mau pacaran sama ibu?”.
“Kenurut ibu apa yang kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?”, tanya Edo.
“Kamu benar suka sama ibu?”.
“Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu”, Edo mengecup bibir wanita itu.
“Oh Edo sayang, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayang?”.
“Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya sama sekali tidak tertarik pada gadis remaja atau yang seumur. Ibu benar-benar sesuai seperti yang saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu ingin bermain cinta dengan ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyang Bu dokter sudah membuat saya benar-benar puas”.
“Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Do. Ibu akan berikan padamu”, jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Edo yang sudah tampak tertidur.
“Terima kasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka”.
“Ibu sayang kamu, Do”.
“Saya juga, Bu. oooh dokter Miranti…”, desah pemuda itu kemudian merasakan penisnya teremas tangan sang dokter.
“Oooh Edo, sayang..”, balas dokter Miranti menyebut namanya mesra.

Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan masing-masing dan berusaha membangkitkan nafsu untuk kembali bercinta. Edo meraih pantat sang dokter dengan tangan kirinya, mulutnya menyedot bibir merah sang dokter. “Oooh dokter Miranti, sayang…, ooohh”, desah Edo merasakan penisnya yang mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang dokter. Sementara tangan pemuda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan dokter Miranti yang mulai terasa basah lagi.
“ooohh…, uuuhh Edo sayang…, nikmat.sayang, ooohh Edo…, Ibu pingin lagi, Do, ooohh…, kita main lagi sayang, ooohh”, desah manja dan menggairahkan terdengar dari mulut dokter Miranti.
“Uuuhh…, saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooohh…, Ibu cantik sekali, oooh…, dokter Miranti sayang, ooohh…, remas terus penis saya Bu, ooohh”.
“Ibu suka penis kamu Do, bentuknya panjang dan besar sekali. ooouuuhh…, baru pertama ini ibu merasakan penis seperti ini”, suara desah dokter miranti memuji kemaluan Edo.

Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama lima belas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yang hebat sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Miranti berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Edo mengakhiri permainannya yang selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan menghadapinya. Kejantanan pemuda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan selama itu, tubuh sang dokter yang begitu membuatnya bernafsu itu digoyangnya dengan segala macam gaya yang ia pernah lihat dalam film porno. Semua di praktikkan Edo, dari ‘doggie style’ sampai 69 ia lakukan dengan penuh nafsu. Mereka benar-benar mengumbar nafsu birahi itu dengan bebas. Tak satupun tempat di ruangan itu yang terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi, bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa di ruangan itu menjadi tempat pelampiasan nafsu seks mereka yang membara.

Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai lemas saling mendekap setelah Edo mengalami ejakulasi bersamaan dengan orgasme dokter Miranti yang sudah empat kali itu. Dengan saling berpelukan mesra dan kemaluan Edo yang masih berada dalam liang vagina sang dokter, mereka tertidur pulas.

Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya. Edo yang baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh wanita itu benar-benar merasa puas. Dokter Miranti telah memberinya sebuah kenikmatan yang selama ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat meniduri istri pejabat seperti wanita ini, kini dokter Miranti datang dengan sejuta kenikmatan yang ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan nafsu birahinya yang telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia lupa segalanya. Edo tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang dokter meronta merasakan klimaks dari hubungan seks itu. Cairan maninya terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi disiramkan di sekujur tubuh wanita itu.

Begitupun dengan dokter Miranti, baginya malam yang indah itu adalah malam pertama ia merasakan kenikmatan seksual yang sesungguhnya. Ia yang tak pernah sekalipun mengalami orgasme saat bermain dengan suaminya, kini merasakan sesuatu yang sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Edo dengan ukuran super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yang takkan pernah ia lupakan. Belasan kali sudah Edo membuatnya meraih puncak kenikmatan senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur Edo yang separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah. Bagaimana tidak, seorang pemuda tampan dan perkasa yang berumur jauh di bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yang terus mengucur tiada henti saat permainan cinta itu berlangsung membuat vaginanya terasa kering. Namun sekali lagi, ia merasa puas, sepuas-puasnya.

Sejak saat itu, dokter Miranti menjalin hubungan gelap dengan dengan Edo. Kehidupan mereka kini penuh dengan kebahagiaan cinta yang mereka raih dari kencan-kencan rahasia yang selalu dilakukan kedua orang itu saat suami dokter Miranti tidak di rumah. Di hotel, di apartement Edo atau bahkan di rumah sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yang selalu diwarnai oleh hubungan seks yang seru tak pernah mereka lewatkan.

Terlampiaskan sudah nafsu seks dan dendam pada diri mereka masing-masing. Dokter Miranti tak lagi mempermasalahkan suaminya yang doyan perempuan itu. Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani nafsu birahi suaminya dengan serius. Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya setengah hati. Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas dengan permainan itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Miranti meludahi muka suaminya, lelaki tak tahu malu yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Yang dengan sewenang-wenang membeli kewanitaan orang dengan uangnya. Lelaki itu tak pernah menyangka bahwa istrinya telah jatuh ke tangan seorang pemuda perkasa yang jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu.

Dihamili ABG

Posted: Mei 31, 2011 in cerita dewasa

Sebelum memulai kisahku, aku ingin memperkenalkan diriku dulu, namaku Nadine, umur 25 tahun, bagian marketing di sebuah perusahaan asing di Indonesia. Tubuhku termasuk tinggi, 172 cm, ditunjang dengan bentuk tubuh yang pas hasil dari menjaga tubuh secara rutin dengan senam. Rambutku panjang sedada agak bergelombang, biasa kuikat bila sedang bekerja. Hari itu aku pulang agak cepat karena ada beberapa klien yang mengubah jadwal appointmentnya, meminta pak supir untuk langsung menuju rumah sahabatku Sandra. Sesampainya di sana aku turun di depan pagar dan kupikir supirku suruh pulang siapa tahu ibuku ada keperluan dan pastinya aku tidak bakalan bisa pulang cepat. Sekian lama tak berjumpa pasti Sandra akan menahanku lama di sini. Semenjak suaminya tugas di kota G, Sandra kerap mengundang kami, hanya aku dan Dian sahabat karibnya untuk sering dimintanya ke rumahnya bahkan menginap. Dian, kutahu telah sering menginap di sini. Sedangkan aku baru kedua kali ini mendapat kesempatan datang disebabkan jauhnya tempat tinggal kami. Kerap tetangga Sandra yang rata-rata masih muda seumuran datang berkunjung ke rumahnya pada akhir minggu. Ada beberapa kawan Sandra yang kukenal yaitu Tina dan Tamara. Mereka mempunyai hobi bergosip terkadang omongan mereka menjurus ke hal-hal urusan kamar tidur kalau sudah begitu ramailah suasana. Keduanya yang kuketahui bernasib sama dengan Sandra sering ditinggal suani ke luar kota bahkan sampai berbulan-bulan. Pada satu hari saat aku pertama kali datang tanpa sengaja aku mendengar ocehan mereka saat melintas ruang tamu tempat mereka ngobrol

“Sand, apa kamu ngga kesepian tanpa suami.” (Sand yang dimaksudkan itu adalah Sandra)

“Kadang-kadang sunyi juga tapi aku sentiasa sibukan diri dengan pekerjaan. jadinya bisa lupa jauh dari suami,” aku mendengar jawaban Sandra.

“Kalau kesepian kamu boleh ikut kami. Kami berdua sering mengadakan acara kecil secara rahasia di rumah Tamara. Kamu bisa ikut kalau mau.”ujar Tina

“Acara apaan sih?”

“itu tu, ketemu dan kenalan dengan pejantan muda.” aku terdengar suara salah satu dan disambut tertawa cekikikan yang lain.

“Paling besar usia 16-17 an tahun loh, boleh pilih, ada Melayu, Cina, India.” ujar Tamara ngoceh tanpa malu-malu lagi.

“Betul kata Tamara. aku suka si Kikan, orangnya kurus tinggi dan barangnya besar dan panjang, bikin gua ketagihan” sahut Tina

“Kalau gua sih sukanya si Aliong, bocah Cina itu putih kulitnya dan kepala burungnya yang merah walau ukuran barangnya belum setanding dengan milik Kikan.”

“Ahh.. edan kalian berdua,” kata Sandra.

“Ngga papa dibilang edan Sand, ketimbang gua harus nahanin napsu, bisa-bisa benar-benar jadi edan“

Aku dengar riuh tertawa mereka semua bila membicarakan lelaki-lelaki muda. Aku pikir lelaki-lelaki ini pasti lelaki bayaran. Kata orang, gigolo atau brondong. Aku pernah dengar-dengar tentang aktivitas para istri kesepian yang menggunakan jasa gigolo untuk melampiaskan hasrat seks mereka.

“Sand, lu boleh cobain Aliong atau Kikan, atau juga Ipung anak India satu itu memang paling hebat. Menjerit melolong gua dibuatnya hari itu. Nikmat ngga ketolongan, gila banget deh”

“Mereka itu kan tidak disunat, apa kalian ngga jijik dan geli?” aku dengar suara Sandra bertanya. berminat jugakah Sandra, aku bertanya dalam hati.

“Kamu belum coba aja, Sand. Malah yang tak bersunat itulah yang membuat aku ketagihan.”

Aku naik ke atas karena tak kuasa mendengar cerita-cerita seks para istri kesepian itu. Biarkanlah Sandra ngalur ngidul dengan kawan-kawannya itu. Tak mungkin aku yang lajang ikut-ikutan nimbrung obrolan bersama mereka yang sudah menikah. Kesunyiaan Sandra akan terisi dengan kedatangan kawan-kawannya, dan biarkanlah mereka dengan cerita orang dewasa. Lebih baik aku menunggu mereka pulang. Siangnya aku diperkenalkan Sandra dengan Alfi, anak asuh mereka yang tadinya adalah loper koran yang sering mengantar koran ke rumah Didit. Alfi baru pulang dari sekolah. Anak itu baru berusia 16 tahunan. Aku cepat akrab dengan Alfi dan menyukainya karena tingkah lakunya yang sopan dan ramah. Sandra memang memberi kami berdua serep kunci rumahnya, ia ingin kami leluasa memakai sekaligus mengawasi rumahnya saat ia berangkat menyusul suaminya di kota G. Aku masuk ke dalam rumah dengan kunci tersebut aku ingin memberinya kejutan seperti saat-saat kami masih kuliah dulu.

Suasana rumah terasa sepi, aku melirik jam tanganku, pantas…baru pukul setengah sebelas lewat sekarang ini, masih agak pagi. Aku lalu menuju ke tingkat atas. Saat tiba di depan kamar Sandra aku terdengar suara orang bercakap mesra. Melalui pintu kamar yang sedikit terbuka sehingga aku dapat mengintip dari celah pintu ke dalam kamar Sandra. Bukan main kagetnya aku melihat pemandangan di sana. Aku melihat Sandra tidak sendirian melainkan bersama seorang pria yang tak lain adalah Alfi. Dan yang membuat aku benar-benar terperanjat bila melihat Sandra yang hanya berpakaian baju tidur tipis transparan sedang membuka kancing resleting celana Alfi. Anak itu sudah tidak berbaju. Sandra duduk di pinggir ranjang sementara anak itu berdiri di hadapannya. Apa yang sedang mereka lakukan. Apakah Sandra telah berselingkuh sepeninggal suaminya keluar kota seperti yang dilakukan oleh kedua tetangganya Tina dan Tamara? Dan yang lebih membuatku tak habis berpikir Sandra melakukannya dengan Alfi yang merupakan anak asuh mereka yang masih anak ABG. Apa yang membuat hal ini terjadi padahal usia perkawinan mereka belum genap satu tahun. Selama ini sudah tak ada rahasia diantara kami bertiga. Apabila salah satu dari kami mempunyai problem yang lain membantu mencarikan solusinya. Apakah untuk hal yang satu ini ia malu mengatakannya padaku karena menyangkut masalah tempat tidur dengan sang suami? Entahlah, yang jelas apa yang terpampang di depan mataku saat ini sungguh membuat nafasku sesak. Suatu perasaan ‘menggelitik’ mulai menerpaku…turun ke ke bawah ke antara kedua kaki ku…aku tahu kalau kemaluanku mulai melembab menyaksikan pemandangan itu. aku baru menyadari kalau celana dalamku ternyata sangat basah. Kulihat tanpa disuruh Alfi menarik lepas celana dalamnya sendiri. Sekarang ia berdiri telanjang bulat di hadapan Sandra. Sejak masih sekolah dulu memang aku sudah biasa melihat Sandra telanjang jika bersama aku dan Dian begitupun sebaliknya ketika sehabis olahraga sepulang sekolah kami bertiga selalu mandi di bareng di rumah Dian atau rumahku. Dan menjadi kebiasaan kami mandi telanjang beramai-ramai. namun kali ini cukup aneh bagiku menyaksikan seorang anak laki-laki berbugil di hadapan sahabatku Sandra.

Nampak Sandra tersenyum melihat benda pada selangkangan anak itu …batang kemaluan Alfi! Gila…. ia memegangnya! Benda itu berwarna gelap hitam menegang keras. Kepala kemaluannya berwarna merah gelap masih ditutupi kulit kulup. Sandra nampak begitu suka melihat kemaluan Alfi yang besar dan panjang itu. Batang Alfi yang berkepala bulat besar itu terhangguk-hangguk. Kepala pelirnya yang hitam memang besar luar biasa mirip sebuah tomat berukuran sedang. Sekarang penis itu hanya beberapa inci di hadapan muka Sandra. Sandra tersenyum melihat penis Alfi yang terhangguk-hangguk di hadapannya. Ia memegang batang besar itu dan mengurutnya lembut. Kepalanya mulai kelihatan bila Sandra menolak kulit kulup ke pangkal. Kepala bulat itu licin berkilat terkena cahaya lampu. Sandra menempelkan batang hidungnya yang putih dan mancung ke kepala penis yang licin itu. Ia kemudian menarik nafas dalam-dalam menghirup bau kepala pelir Alfi. Alfi hanya tersenyum melihat Sandra menikmati aroma kepala pelirnya. Tangan kiri Sandra memegang dan mengocok pelan batang pelir Alfi. Kepala penisnya yang berwarna merah itu hanya sepertiga saja kelihatan. Aku jadi teringat obrolan Sandra dan kawan-kawannya tempo hari kala itu ia mengatakan kalau ia merasa dia jijik dan geli dengan alat kelamin pria yang tak bersunat. Tapi sekarang dia sendiri malah membelai mesra dan sedang menghidup aroma kepala pelir yang tak bersunat. Bahkan menciuminya dengan penuh gairah. Sandra mengurut kemaluan Alfi dengan perlahan-lahan. Alfi tersenyum puas melihat Sandra mengurut kemaluannya. Tangan lembut Sandra bermain-main dengan kulit kulup. Didorong dan ditarik hingga kepala merah gelap itu terbuka dan tertutup. Lama juga Sandra bermain sorong tarik kulit kulup Alfi. Aku lihat kemaluan besar dan berkepala tomat itu makin tegang. Bagiku bentuk zakar Alfi amat hoboh, tapi Sandra melihatnya dengan penuh gairah dan bernafsu. Aku cukup banyak tahu soal anatomi alat repreduksi laki-laki dari situs-situs porno di internet saat aku iseng mengaksesnya dengan teman di kantor.

Dari dulu lagi aku rasa geli melihat batang pelir yang tak berkhitan. Kulit kulup yang menutupi kepala pelir sama sekali tidak cantik. Tapi agaknya pandangan setiap wanita berbeda. Wajah Sandra yang bersinar penuh gairah membuktikannya. Dengan nafsu yang membara dia medorong dan menarik kulup di kepala pelir. Kulit lebihan di kepala licin diremas-remas penuh nafsu. Ternyata selera Sandra sama saja dengan selera Tina dan Tammi yang menyukai zakar tak bersunat. Aku lihat Sandra tidak hanya memberi perhatian kepada batang zakar Alfi. Biji testis yang berwarna hitam itu ikut diremas-remasnya. Penis epal yang licin dan lembab itu dicium penuh gairah oleh Sandra. Aku dapat melihat Sandra meresapi dalam-dalam aroma kepala zakar Alfi. Lama sekali Sandra mencium kepala licin dan bongkok seperti pisang tanduk itu. Telur Alfi yang berkedut dan berbulu keriting itupun dicium Sandra penuh rakus. Badan dan paha Sandra bergetar dan berombak. Terangkat-angkat badannya menikmati aroma zakar Alfi. Seterusnya Sandra menghisap-hisap kepala kemaluan Alfi dengan penuh nafsu. Terlihat lidah Sandra bermain-main di sekitar kepala zakar Alfi. Lidah Sandra yang kasar dan basah itu menari-nari di kepala licin. Kepala tomat itu menjadi sasaran belaian mulut Sandra. Bibir Sandra yang merah basah itu mencucup penuh mesra kepala hitam kemerahan milik Alfi. Kembung kedua pipi Sandra bila kepala tomat itu menhujam ke dalam mulut Sandra. sekali sekala Sandra menjilat dan mengulum batang dan bijinya. Selepas puas menghisap kepala merah milik anak asuhnya itu, Sandra berdiri. Alfi membuka satu persatu kancing baju tidur yang dipakai Sandra hingga baju itu terlepas jatuh ke lantai lalu menarik ke bawah celana dalam Sandra. Kini tiada sehelai benangpun menutupi tubuh keduanya. Sandra sememangnya tidak memakai bra hingga nampak jelas gunung kembarnya dan bukit kemaluannya yang berbulu hitam yang dipangkas rapi. Kulitnya yang putih halus masih terawat dan kemaluannya yang dirawat rapi memang cantik. Sandra berdiri tegak. Dadanya membusung, pinggangnya ramping dan pinggulnya lebar memang sempurna sebagai seorang wanita. Buah dadanya yang lumayan besar itu bulat tegang dan dengan putingnya warna merah kecoklatan mengacung tegak.

Alfi yang sedang berdiri memeluk Sandra. Pipi Sandra diciumnya dan bibirnya yang merah basah dikulumnya. Lidah Alfi yang merah menari-nari di bibir Sandra yang menggairahkan. Lidah merah itu kemudian menjulur ke dalam mulut Sandra. Sandra mengisap lidah Alfi penuh gairah. Alfi merangkul leher Sandra dan mulutnya benar-benar beradu dengan mulut Sandra. Air liur mereka saling bertukar. Sandra menelan liur Alfi sementara Alfi menelan liur Sandra penuh selera. Puas saling berkucupan, Alfi mengalihkan perhatiannya ke gunung kembar Sandra. Alfi melumat puting Sandra dan mengisapinya bagai seorang bayi kehausan. Sesekali puting sebesar chery berwarna pink itu dihisap dan digigit-gigit manja. Sandra hanya mampu mengerang. Ulah anak itu membuat badannya bergetar dan mengelinjang nikmat.

“Fiii,Gelii… kakak tidaak tahaaaan,” terdengar suara Sandra mendesah lirih.

Sandra merebahkan badannya yang sintal itu di tengah tengah kasur tidur telentang menunggu tindakan anak itu. Gunung kembar yang membusung dengan kedua puting yang tegak mengacung, sementara kedua pahanya dibuka lebar. Bulu bulu halus yang terjaga rapi menghiasi bukit kemaluan yang membengkak sungguh pemandangan yang mampu menaikan napsu pria yang memandangnya. Kulihat kepala anak itu mengambil tempat di antara paha putih Sandra. Wajahnya hanya beberapa senti dari kemaluan Sandra yang akan menjadi sasaran selanjutnya. Alfi mengusap lembut selangkangan Sandra. Jari-jarinya bermain-main di bibir vagina Sandra yang kelihatan merekah merah. Bibir kemaluan Sandra masih merapat dengan bibir dalam warna merah muda. Dengan jari tangannya Alfi berusaha mencari daging kecil yang berada di penjuru atas gua kenikmatan Sandra. Setelah ditemukannya lalu ia membenamkan mukanya ke selangkangan Sandra dan daging kecil itu dijilati dengan rakusnya.

Ouuggghh…..Fiii!!!!!!….

Slepp..slepp..cleppp…Sandra menggerang dan menggelinjang

Terlihat belahan vagina Sandra licin mengkilap di bawah sinar lampu karena cairannya mengalir deras dari kemaluannya tanpa terbendung seiring nikmat yang dirasakannya. membanjiri permukaan vaginanya itu seluruhnya menjadi sasaran mulut Alfi. Bunyi sumbang terdengar saat ia menyeruput setiap tetes cairan yang keluar tanpa sisa.

Kakiku gemetar melihat bagaimana kelakuan ABG itu terhadap sahabatku. Sebagai wanita nomal pemandangan ini telah mematik api gairah dari dalam diriku, tanpa dapat kucegah cairan keluar dari dalam selangkanganku terasa merembes membasahi celana dalamku. Dalam kamar berhawa dingin itu aku lihat manik-manik peluh di badan Sandra. Nafsu dan gairah telah membakar tubuh Sandra. Ia hanya mampu melempar kepalanya kiri kanan sambil tangannya menarik narik sprey menahan gejolak kenikmatan yang dirasainya bila lidah Alfi melingkari kelentitnya. Hingga akhirnya ia tak lagi mampu menahan kenikmatan tersebut meledak seiring pekiknya

“Fiii!!!!!!!….kakak keluarrrrrr…ouughhhhhhh!!!!!”

Sandra mengangkat pinggulnya sambil menekan kepala Alfi kuat-kuat ke selangkangannya. Baru kali ini aku melihat seorang wanita mengalami orgasme. Dampaknya yang kuat telah ikut membawa letupan-letupan kecil yang nikmat pada kemaluanku. Mendadak vaginaku berkontraksi

“Oh..uh..uhhh” aku merintih lirih

Nikmatnya bukan kepalang hingga nyaris aku mengeluarkan rintihan lebih keras. Ketika hal itu terjadi pada diriku. Kakiku tak kuat menopang tubuhku untuk berdiri aku jatuh terduduk meresapi denyutan demi denyutan pada bagian kewanitanku. Sungguh tak kumengerti kenikmatan itu datang hanya dengan menonton adengan mereka berdua tanpa melakukan keintiman. Sandra kelihatan lemah dan tubuhnya menjadi tiada daya sama sekali, namun kapala Alfi masih terjepit di antara kedua pahanya yang putih dan masih terus merangsangnya dengan remasan dan belaian di seluruh daerah sensitifnya. Mulut dan lidahnya melakukan hisapan dan jilatan liar pada kemaluan Sandra. Sementara tangannya juga meremas gundukan daging kenyal yang dibaluti kulit halus dan kencang puting kembar payudara Sandra tegak mengacung ke atas.

Aku rasa tenaga Sandra telah pulih semula. Matanya memberi isyarat agar Alfi menyetubuhinya. Alfi naik menindih tubuhnya, namun ia tidak segera ke sasarannya. Kedua payudara Sandra kembali dijilati dan dihisapinya mesra. Sandra hanya mengerang menahan nikmat. Sandra meronta-ronta kegelian bila puting susunya terus dihisap oleh Alfi. Terlihat cairan nikmat yang hangat makin banyak mengalir keluar membasahi bibir-bibir lembut dan paha Sandra.

“Oughhhh….Kakak sudah tak tahan, setubuhi kakak sekarang Fi!”

Tubuh Alfi makin rapat ke Sandra. Sekarang kedua paha Sandra terkangkang lebar memberi akses seluasnya hingga posisi kemaluannya terbuka siap dimasuki kemaluan anak itu. Mataku tak lepas menatap kejadian saat itu, napasku seakan tercekat di kerongkonganku. Meski aku pernah menonton film biru namun yang akan kusaksikan kali ini adalah sebuah persetubuhan secara nyata, apalagi ini bukan hanya sekedar persetubuhan normal namun ini adalah sebuah persetubuhan antara seorang wanita dewasa dengan seorang anak laki-laki di bawah umur. Kulihat Alfi memegang batang penisnya yang mengacung tegak dan mengarahkan kepala berkulupnya ke celah vagina Sandra. Diusapkannya ujung berkulup itu ke permukaan bibir vagina Sandra baru kemudian ditekannya kuat. Aku pun penasaran melihat pemandangan yang menakjubkan itu, muatkah seluruh batang kemaluan Alfi masuk ke dalam vagina Sandra yang kecil dan mungil itu? Aku dapat melihat kepala kulup tersebut mulai membelah dan menyelam ke dalam lubang vagina Sandra. Perlahan, terus melesak masuk sampai akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Sandra, saat itu tubuh Sandra benar-benar telah menyatu dengan tubuh anak itu.

“Ougghh!!!….Fiiii!!!…enak bangetttt!!!” Sandra mengerang keenakan seiring terbenamnya daging hitam berkulup Alfi ke dalam liang cintanya.

Gila!!! masuk semua pikirku, sungguh beruntung bangsat kecil ini… betapa tubuh sempurna Sandra kini sudah di nikmatinya secara utuh dan hal itu ia peroleh tanpa paksaan. Hal tabu itu betul-betul terpampang di hadapanku. Sandra sahabatku yang cantik saat ini merintih dalam tindihan seorang ABG. Awalnya aku tak menyangka anak seusia Alfi mampu menyetubuhi seorang gadis dewasa dugaanku selama ini ternyata meleset . Alfi begitu penuh cinta dan gairah untuk sebuah persetubuhan. Kini ia menggerakkan penisnya maju mundur sementara mulutnya terus melumat puting susu Sandra dan menghisapinya secara bergantian. Kedua paha Sandra yang putih mulus itu menjepit pinggangnya Sandra tersenyum kepada Alfi seolah-olah memuji kejantanan Alfi. Kurang lebih 10 minit Alfi bergerak maju mundur hingga Sandra kembali menjerit tertahan.

Arggggggg!!!..Fiiiiiiii!!! Kkaakaakkkkk..kaluuu..arrrrrr!!!

aku rasa Sandra telah mengalami orgasme lagi. Orgasme yang begitu kuat sampai-sampai ia harus mencengram seprey sedemikian kerasnya hingga nyaris robek tertarik. Alfi masih rajin mengocok dengan kuat. penisnyanya dengan cepat kelihatan keluar masuk lubang vagina Sandra. Hingga satu saat kelihatan badan Alfi menggigil dan pahanya bergetar.

“Ka..kak manisss…Alfi dapetttt..kakk.sekaranggg…Oughhhh!!” kulihat anak itu mengenjan sambil menekan dalam-dalam kemaluannya hingga bongkahan pantatnya terlihat kempot

Aku kembali kaget ketika itu Alfi tidak mencabut penisnya saat berejakulasi. ia melepaskan air maninya di dalam kemaluan Sandra! Sa..sa…Sandra membiarkan anak itu berejakulasi di dalam liang senggamanya. Apakah ia tidak takut benih anak itu membuahinya atau Sandra sedang tidak dalam keadaan subur. Jika tidak alangkah cerobohnya sahabatku ini. Setidaknya ia bisa memerintahkan anak itu memakai kondom! Aku dapat melihat mata Sandra yang tadinya terpejam tiba-tiba terbeliak menerima pancutan kuat dan hangat menerpa pangkal rahimnya.

“Ohhh..Alfi sayang….. kamu.. dapettt..”

Berkali-kali Alfi memancutkan benihnya memenuhi cekungan liang senggama Sandra. Ia membiarkan zakarnya tertancap dalam kemaluan Sandra beberapa saat ketika meresapi sisa orgasme hingga tuntas. Sesaat kemudian Alfi menarik lepas batang penis yang berselimut berlendir dan kelihatan kulit kulupnya mengecut. Seketika itu juga kulihat dengan jelas cairan putih dan kental yang tentunya benih anak itu mengalir keluar dari bibir vagina Sandra.

“Begitu banyak…Sandra..Sandra.. bagaimana jika kamu hamil?” kataku dalam hati saking menghayatinya adegan itu

Aku lihat daging itu Alfi masih sangat keras. Kepala bulatnya bersinar dengan limpahan spermanya yang masih keluar.

“Oouuuuuhh.. Fii masukin lagiiiii, sayang!!” rengek Sandra mengemis agar Alfi menghujam dirinya lagi. Aku ingat saat bercanda dengan Tamara dan Tina tempo hari. Sandra mengatakan kalau dia geli dengan pelir tak disunat. Namun Sekarang ia malah ingin segera pelir berkulup Alfi mengaduk-aduk lubang kemaluannya. Tiada sedikitpun adengan persetubuhan tersebut yang terlewat olehku. Cairan lendirku sendiri semakin banyak yang keluar. Terasa celana dalamku telah basah di bagian kemaluanku. Aku begitu terangsang melihat adegan mereka barusan.

“Kak, Alfi ngentot kakak lagi.”

Sandra hanya tersenyum seperti memberi izin Alfi melakukan pencabulan terhadap dirinya. Sandra tak henti-henti memandang daging kenikmatan Alfi yang sedang menuju ke arah kemaluannya yang sudah dibanjiri oleh lendir pelincin yang banyak. Dan .. tiba-tiba kepala Sandra terangkat sedikit diikuti oleh punggungnya juga terangkat.

“Auu.. aahh.. mmmmmm.” aku mendengar jeritan dan erangan dari mulutnya ketika kepala bulat licin itu memasuki kembali separuh ke dalam lubang kemaluannya. Bibir vagina Sandra seperti ikut masuk ke dalam bila kepala besar itu mulai menyelam. Kontras sekali warna pelir Alfi dengan warna vagina Sandra. Batang bulat hitam berurat terbenam dalam lubang merah di celah paha Sandra yang putih mulus.

Mata Sandra terbeliak menerima batang hitam tak bersunat yang berbentuk helm itu. Secara terus menerus mengaduk aduk bagian dalam kewanitaannya. Kemaluan Sandra mengepit kuat batang Alfi. Sandra sedang sepuas-puasnya menikmati batang Alfi yang panjang dan besar itu, ia menjerit penuh nikmat tiap kali Alfi menarik dan menolak batangnya keluar masuk. Beberapa menit kemudian aku lihat Sandra sekali lagi sedang dilanda kenikmatan.

“Fiii kamu besar bagettttt.ouuhhhhg” Sandra seperti meracau, meminta dengan suara erangan nikmat.

“Fiiii tahannn di dalemmm… kakak… keluarrr…Oughhhhh!!!!…mmmmmmmgggh,”

Alfi menekan penisnya sedalam ia mampu dan menahannya disitu bersamaan dengan tubuh sintal Sandra mengejang dan sampai pada puncak kenikmatan untuk kali yang kesekian. Kali ini kenikmatan itu berlangsung lama sekali. Mungkin Sandra benar-benar puas bila batang kemaluan anak asuhnya yang besar dan panjang itu penuh memadati seluruh dinding lubang kemaluannya. Persetubuhan itu berjalan lagi. Aku dapat melihat dengan jelas batang hitam keluar masuk dalam vagina Sandra yang berwarna merah muda. Kontras sekali kulit Alfi yang gelap dengan kulit Sandra yang putih. Batang hitam tersebut terlihat berlendiran dan di selaputi buih putih. Tedengar bunyi aneh bila Alfi melajukan tikamannya. Bulu-bulu dipangkal kemaluan Alfi mengusap-usap bibir kemaluan Sandra yang lembut. Pinggul Sandra terlonjak-lonjak mengikuti irama entotan Alfi dan kepalanya terlempar kiri kanan kerena sengatan kenikmatan. Paha Sandra bergetar dan kakinya menendang-nendang udara. Pahanya yang mulus itu mangepit rapat pinggang Alfi. Berkali kali Alfi menghantarkan Sandra ke puncak kepuasan sebagai wanita dewasa di atas ranjang Sandra dan suaminya. Selain diriku hanya cahaya temaram lampu dan deritan ranjang yang menjadi saksi pergumulan dua insan yang tak lama lagi akan mencapai klimaksnya. Di dalam kebisuan malam yang dingin dan tenang itu, hanya terdengar erangan Sandra dan lenguhan Alfi yang masih berpacu dalam birahi.

Selepas setengah jam aku lihat Alfi makin melajukan hentakannya. Selama setengah jam jugalah Sandra menjerit dan mengerang penuh nikmat. Kepala penis kepunyaan Alfi membuat Sandra menjerit histeris. Jeritan nikmat ini menyebabkan Alfi makin bergairah. Dayungan Alfi makin laju hingga badan Sandra bergoyang-goyang. Hingga akhirnya Alfi merapatkan badannya ke badan Sandra dan ditekan paling kuat dan terdengar Alfi mengerang kuat.

“Aakkkhhh… Kakkkkkk enakkkkk!!”

Dari caranya aku rasa Alfi sedang memancutkan maninya ke dalam rahim Sandra. Rahim yang merupakan hak suaminya, Didit. Mata Sandra terbeliak menerima semburan mani panas kepunyaan Alfi. Pantat Alfi menekan habis daging penisnya sedalam mungkin ke celah paling dalam vagina Sandra dan saat itu juga sekali lagi Sandra menjerit sungguh kuat.

“Oughh…Fiiii kakakkk juga kuluarrrr!!!!! Oghh…”

Aku kagum pada batang pelir Alfi yang berbentuk pelik tersebut. Benda itu mampu memberikan kenikmatan ragawi bagi Sandra hingga berulang – ulang kali. Sandra memeluk erat tubuh kecil Alfi seperti tidak ingin melepaskannya. Sepertinya Sandra ingin batang berkepala tomat tersebut terendam selama-lamanya dalam lubang vaginanya. Sandra mau batang Alfi melekat dalam kemaluannya macam pelir anjing melekat dalam vagina anjing betina bila kawin. Sandra seperti ingin memerah habis hingga ke titik mani Alfi yang terakhir. Gerakan Sandra kemudiannya mengendur telentang lemah dibawah dekapan tubuh Alfi sambil tersenyum puas kepada Alfi. Tiada lagi gerakan dan suara erangan Sandra. Alfi memeluk erat tubuh Sandra. Sandra mencium pipi Alfi dengan mesra dan penuh kasih sayang. Sandra mengulum bibir tebal Alfi yang hitam itu. Kemaluan Alfi masih terendam dalam kemaluan Sandra. Alfi membiarkan saja senjatanya terendam dalam terowong nikmat Sandra. Selepas beberapa menit bila tak lagi benihnya yang keluar, Alfi menarik perlahan kemaluannya dari lubang kemaluan Sandra. Batang yang masih berlendir itu terjuntai separuh keras. Lubang vagina Sandra masih ternganga selepas Alfi mencabut keluar daging kemaluannya. Cairan putih pekat terlihat meleleh keluar dari lubang vagina Sandra membasahi sprey.

Di depan mataku sendiri aku menyaksikan seluruh perselingkuhan sahabat baikku dengan seorang bocah ABG. Memang aku benar-benar tidak menyangka Sandra telah tega menghianati Didit dengan menyerahkan tubuh dan kehormatannya sebagai isteri pada Alfi. Apakah kejantan Alfi yang telah membuat sahabatku itu rela digaulinya. Tak dapat kupungkiri Alfi meski masih di bawah umur telah membuktikan daging penis berkulup berkepala tomat digilai oleh perempuan dewasa yang tak lain adalah ibu angkatnya sendiri Sandra. Aku menjinjit kembali menuju ke tingkat bawah. Aku putuskan untuk pulang agar mereka berdua tetap tak menyadari kedatanganku. Biarlah besok aku kembali lagi ke sini. Aku tak ingin Sandra tahu jika aku mengetahui perselingkuhannya dengan Alfi. Hati-hati aku keluar melalui pintu depan dan kembali menguncinya dan pergi mengunakan taxi. Dalam beberapa minit saja aku telah sampai di rumah tubuhku terkulai lemas Ketegangan masih cukup terasa setelah cairanku membasahi hampir seluruh celana dalamku. Aku masuk ke kamar dan tidur keletihan.

***************************

Dua hari kemudian

Aku kembali ke rumah Sandra kali ini aku tidak lagi menyelinap masuk ke dalam rumahnya secara diam-diam. Tak lama setelah kupencet bel Sandra muncul dari balik pintu menyambutku dengan kecupan hangat di pipiku.

“Nad..sayang!!!kemana saja sih kok ngga pernah kesini nengokin aku,..?” cecarnya manja. Memang di antara kami bertiga Sandra yang paling manja.

Sandra menarikku ruang keluarga lalu kami berdua duduk di sofa

“Sorry ya Sand aku sibuk sekali akhir-akhir ini, lagian aku takut nganggu rumah tangga kamu sama Didit”

“uhhh..kamu ngga tahu aku kesepian banget soalnya Didit kerap berangkat dalam waktu yang panjang”

“Bukannya Dian sering kemari, bahkan katanya di telpon dia sering kamu minta nginep nemenin kamu”

“itu dia, sebenarnya dian sudah tinggal bersamaku di sini, cuma tiga hari yang lalu ia harus berangkat ke Singapore selama tiga minggu karena ada pekerjaan kantornya, jadinya aku sendirian di rumah”

“maksudmu aku mau kamu tahan di sini selama Dian ngga ada?”

“emang iya sih tapi apa kamu tega biarin aku sendirian? Dan emang kamu ngga kangen sama aku?”

“Iya..iya tuan putri”

“Cup! Trims ya nad kamu sama Dian memang sahabatku yg paling kusayang” ujarnya kesenangan sambil mengecup pipiku.

Sejak dulu aku memang tak bisa menolak permintaan sahabatku yang satu ini. Selalu saja aku berhasil ia paksa menuruti kemanjaan-kemanjaannya. Kami bertiga begitu menyayangi satu dengan yang lain.

“Sand…pakaianmu awut-awutan gitu? Kamu baru bangun jam segini? dasar putri malas” Sandra saat itu mengenakan gaun tidur pajang mirip kimono, mungkin karena ia banyak bergerak talinya terlepas dan jatuh ke lantai hingga gaun tidur itu tersingkap ke samping.

Sandra segera merapikan bajunya meski kejadian itu terlihat wajar dan berlangsung cepat namun aku sempat melihat bagian-bagian tubuh Sandra yang terbuka tadi. Terlihat bercak-bercak merah gigitan di seputar payudaranya yang putih bersih. Deg..hatiku kembali di jalari perasaan aneh seperti beberapa hari yang lalu. Apakah mereka baru saja melakukan hal itu lagi pikirku.

“Ada apa Nad? Kok bengong gitu?” Sandra memperhatikan kebengonganku.

Sejenak alam pikiranku masih dipengaruhi kejadian tsb hingga aku tak segera menjawab Sandra.

“ohh.. uhh..tidak a.pa apa” aku tergagap

Kebodohanku barusan itu mengundang tanya tentu saja Sandra dapat melihat kejanggalan dari sikapku barusan . Seperti halnya diriku mengerti akan dirinya begitupun sebaliknya. Pergaulan yang demikian erat dan mendalam sudah barang tentu sulit untuk menyembunyikan rahasia diantara kami. Senyum Sandra membuatku makin salah tingkah. Hingga ia membuka kembali percakapan.

“Sini ada yang ingin aku beritahukan kekamu, Nad”

Ia menatap mataku sambil menghela napas dalam-dalam. Wajahnya tersirat kepasrahan.

“Ada apa Sand, nampaknya serius sekali?”

“Nad sayang sebenarnya sudah lama aku mempertimbangkan untuk mengatakan hal ini kapadamu, hanya saja tadinya aku masih ragu takut kalau kamu malah tidak suka dan membenciku”

Deg..hatiku berdebar apakah Sandra bermaksud membuka aib perselingkuhannya padaku.

“aku tahu hari itu kamu datang ke sini dan melihat apa yang aku lakukan dengan si Alfi”

“a..aa..pa kamu tahu Sand?” aku terkejut bagaimana mungkin ia mengetahui jika kehadiranku kala itu. Seingatku aku tak membuat mereka terganggu.

“Iya Sand, maaf saat itu aku tak sengaja memergoki kalian”

“Ngga pa pa, aku pikir suatu saat cepat atau lambat kamu akan tahu juga. Aku sempat mendengar suara langkahmu saat menaiki tangga, mungkin kamu lupa tangga rumahku terbuat dari kayu”

“Jadi kamu sengaja membiarkan aku menyaksikan semua. Kenapa kamu tak cegah aku saat itu? Apa kamu ngga kuatir aku mengatakannya pada Didit?”

“Aku percaya kamu tak akan melakukan hal itu apa lagi terhadap aku. Aku tahu kamu menyayangi aku seperti halnya diriku terhadap dirimu.”

“Tentu saja Sand kamu tahu itu”

“Untuk itulah aku ingin mengatakan semuanya sekarang kepadamu”

Sandra lalu menceritakan suatu kisah yang sungguh luar biasa buat kudengar. Tak pernah terbayangkan olehku sahabatku Sandra telah menyerahkan kegadisannya untuk direngut Alfi yang kala itu belum genap berusia 17 tahun. Lebih gilanya lagi hal itu dilakukan atas permintaan sang calon suaminya, Didit. Bahkan hal itu berlangsung di hadapannya!

Jadi meleset dugaanku selama ini, Sandra ternyata tidaklah menghianati cinta Didit. Malahan Alfi merupakan penentu utuhnya rumah tangga mereka. Sebab Didit kerap harus meninggalkan Sandra demi kariernya. Dengan adanya Alfi memungkinan Sandra tidak berpikir berselingkuh dengan pria lain. Anak itu sungguh perkasa Sandra tidak harus kehilangan akan nafkah batin dari Didit. Malam-malam Sandra selalu diisi dengan persetubuhan panas dengan sang Alfi kecil. Kondisi ini mereka lakukan nyaris hampir setiap hari sejak mereka menikah. Sedangkan Didit ketimbang bersetubuh langsung dengan Sandra istrinya, ternyata ia mencapai kepuasan lebih dasyat hanya bermasturbasi di sofa menonton persetubuhan istrinya dengan anak itu.

Aku mendengarkan sambil melongo dengan takjub dan sulit dipercaya apabila aku tak mendengarkan langsung dari mulut Sandra. Birahiku menjalar naik keseluruh tubuhku sepanjang mendengarkan ceritanya

“bener-benar tak pernah kusangka apa yang terjadi pada rumah tanggamu Sand. Anak itu bahkan yang merengut kegadisanmu bukan Didit, sungguh aneh Sand jika suamimu tidak sampai cemburu” ujarku masih termagu-magu

“Bukan hanya aku saja yang sudah ia perawani”

“Emang ada gadis lain? Ten..tentunya kamu tidak bermaksud mengatakan ….” aku tak dapat menyelesaikan kalimatku. Tidak mungkin… mustahil…. Dian!

“iya si Dian, Nadine sayang, malah Dian sendiri yang mau suka rela diperawani Alfi.”

Ternyata penis berkulup itu sudah menambah satu korban lagi dan lagi-lagi korbannya juga sahabat baikku. Begitu banyak kejadian yang tak ku duga selama ini Dian aku tahu sekali sifatnya ia yang paling sering mencampakan pria, jika ada cowo yang berani menyentuhnya walau itu hanya merangkul pasti akan didepaknya jadi jangan harap bisa berhasil mendapatkan cintanya. Ia mengenal hubungan seks untuk pertama kali dari Alfi . Awalnya hanya melihat anak itu masturbasi malah keterusan. Sejak Alfi berhasil merengut keperawanan Sandra dan Dian, keduanya menjadi begitu tergila-gila bahkan ketagihan berhubungan seks dengan Alfi. Anak itupun demikian, ia tak pernah seharipun melewati hari-harinya tanpa ngentot kedua sahabatku yang cantik itu. Semakin lama hubungan batin yang aneh diantara mereka bertiga semakin kuat dan tak terpisahkan lagi.

“Alfi itu begitu jantan meski ia masih di bawah umur, kemampuannya di atas ranjang melebihi pria dewasa sekalipun.” ujar Sandra memuji anak itu

Aku hanya termagu mendengar cerita Sandra. Ini bukanlah hanya angan-angan seorang istri yang kesepian namun hal ini sebuah realita yang sudah terjadi meski terdengar sangat aneh.

“Apa kalian tidak takut atau jangan-jangan sudah pernah hamil,”

“aku malah berharap Alfi bisa membuahi rahimku begitu juga dengan Dian, namun sampai saat ini tak satupun dari kami berdua berhasil ia buahi. Sebetulnya aneh juga padahal kami sudah berhubungan ratusan kali selama enam bulan ini dan kami tak pernah mempergunakan kondom atau pengaman lainnya”

Geli juga aku membayangkan kehamilan mereka diperoleh dari seorang ABG kurus seperti Alfi. Kupikir benih anak seusia Alfi belumlah matang betul untuk membuat kehamilan pada seorang wanita dewasa. Kalaupun itu terjadi itu merupakan satu kebetulan.

“Nad..”

Suara Sandra memecah keheningan barusan

“Ya..”

“Alfi bilang ia menginginkan kamu Nad”

Aku kaget sekali mendengar ucapan Sandra

“maksuddd..mu ….anak itu mempunyai…. hasrat padaku?”

Sandra mengangguk

“Kupikir kamu juga menginginkan anak itu gituin kamu kan?”

“Ng…gak lah”

“ngaku saja ..aku yakin kamu mau kan?”

“Ngaco akh”

“Lihat ni kalau kau tak percaya,” Sandra menyerahkan satu benda kepadaku.

Aku meneliti benda yang diserahkan Alfi. Itu celana dalam wanita. Aku terkejut begitu mengenali celana dalam satin lembut warna krem itu adalah milikku.

“Itu milikku Sand”

“kutemukan di bawah bantalnya pagi ini”

“Untuk apa anak itu menyimpan celana dalam kotorku?”

“Biasanya ia bermasturbasi sambil membayangkan sedang bersetubuh dengan pemilik celana dalam tersebut.” jelas Sandra lagi

Aku agak jengah mendengar penuturan Sandra yang demikian vulgar.

“Tapi aku tetap ngga mau begituan sama anak bau kencur gitu Sand,” akal sehatku masih berusaha bertahan meski desakan didalam dadaku menggelora ditambah lagi bagian kewanitaanku berdenyut-denyut simultan tak kumengerti.

“Terserah kamu kalau tak mau. Tapi kalaupun kamu melakukannya kamu tak akan menyesal lo.” tambah Sandra sambil tersenyum menggodaku, sepertinya ia tahu kegelisahanku,

“Sand…”

“Mmm?”

“Engg…”ada sesuatu pada kerongkongan yang megganjal suaraku

“Kenapa Nad?”

“Ah..ngga jadi”

“Loh.. kamu malu mengatakan padaku. Hmmm..Aku tahu kamu sebenarnya juga kepingin digituin sama dia, khan?”

“Sudah…sini ikut aku, kamu ngga boleh nolak sekarang” Sandra dengan cepat mengalahkan reaksiku sadari mengamit lenganku dan menarikku menuju kamarnya. Aku tahu apa maksud sahabatku itu.

“Aaargg Sandraaaa kamu mau apaa?”

“Aku mau kamu dikawinin si Alfi sekarang..”

“Sannnd….Argg..akuu ngga mauuu!”

Mulutku mengatakan tidak mau namun langkahku tetap mengikuti tarikan Sandra menuju ke kamarnya. Benar saja dugaanku di dalam kamar Sandra nampak Alfi tanpa busana sedang duduk di kasur. Meski sepertinya ia terkejut namun di wajahnya terpancar kegirangan. Mungkin ia tadinya berharap Sandra masuk untuk kembali bercinta dengannya namun tak diduganya ia malah mendapatkan bonus.

“kak Sandra…..?”

“Fi ..kakak mau pergi ke mall sebentar. Kakak ingin kamu nerusin yang kita lakuin tadi pagi tapi kali ini kamu sama kak Nadine”

“Sanddd.. kamu udah gilaaa… masa aku haruss..” aku protes, spontan rasa maluku muncul

Perkataanku tak sempat selasai karena Sandra menyergap bibirku dengan ciuman panas. Aku tak sempat menghindar, ciuman itu demikian bernafsu. Lidah Sandra menerobos rongga mulutku dan menari-nari disana. Aku serasa melayang ke awan di buatnya. Belum pernah Sandra dan aku melakukan ini juga terhadap Dian. Dua menit kami bercumbu dengan panas hingga akhirnya Sandra melepaskan ciumannya. Sandra tahu aku sudah menyerah pasrah

“Kamu maukan manis?” ia kembali meminta kesediaanku secara suka rela.

“Sandd… aku masih perawan”

“Biar Alfi membuatmu tidak perawan lagi” ujarnya sambil membelai rambutku.

Aku tak dapat berkata-kata lagi sepertinya aku memang harus menuruti apa kata hatiku sendiri. Memang aku sudah terlalu terangsang akibat menonton langsung ataupun mendengarkan cerita tentang hubungan mereka. Hasrat liar dalam diriku memang menginginkannya, hanya saja tadinya aku ragu untuk melakukannya dengan anak sekecil itu. Kini keraguan itu sirna, yang tertinggal hanyalah gejolak birahi yang menggebu untuk disalurkan. Tak ada waktu untuk mencari-cari pria lain yang macho ataupun tampan, saat ini hanya ada Alfi yang sudah siap menggauli aku di ranjang Sandra. Ia mendorong tubuhku ke sofa perlahan kancing blusku di lepasinya satu demi satu hingga nampak bra yang kupakai lau rokkupun dilucutinya hingga hanya tersisa celana dalamku, lalu jemarinya memberi kode ke Alfi untuk mendekat. Anak itu melompat dari kasur ternyata Sandra sengaja tidak melepas penutup terakhir diriku ia ingin Alfi sendiri yang membuka hadiah utamanya

“Nad..aku tinggal kalian berdua ya biar kali pertama ini bisa kalian nikmati berdua saja tanpa gangguan orang lain.”

Sandra pergi setelah membuka jalan bagi aku sahabatnya untuk merasakan pula apa yang pernah ia dan Dian rasakan dulu.

Sepeninggal Sandra, Alfi mulai agresif menggauliku. Meski belum dewasa namun Alfi sangat berpengalaman ia seolah tahu apa yang aku butuhkan. Tanpa bicara ia mulai membelai belai pipiku yang halus dan memberikan hawa nafasnya ke tengkukku. Rasa geli dan hangat mulai menjalariku. Aku semakin membiarkannya melakukan itu dan suatu kesempatan dengan keberaniannya ia pun mencium bibirku. Aku terkejut dan melepaskan kulumannya pada bibirku. Kulumannya terlepas, namun anehnya aku tidak berusaha menjauh dari pelukannya. Aku kemudian melengoskan wajahku ke arah lain padahal aku melakukan itu semua adalah untuk menghindarkan kesan aku amat butuh saat itu. Tampak Alfi bukanlah bocah laki laki kemaren sore yang bisa aku bikin semaunya. Tanpa di suruh dia lalu meraih wajahku dan kembali mengulum bibirku beberapa saat.

“Sudah ahhh Fii, aku gak bisa bernafas nih” kataku berusaha melepaskan kulumannya.

Namun apalah dayaku untuk menahan setiap tindakannya. Dia lalu melepaskan kulumannya dari bibirku, namun sebelah tangannya sudah memasuki blus piyamaku. Dengan perlahan dan pasti jari-jarinya memasuki belahan dadaku dan berhenti di puting susuku. Rasa geli, juga nafsu mulai melandaku. Aku tak kuat diperlakukan begitu olehnya. Tanganku berusaha menahan gerakan jari-jarinya yang sudah berada di dalam bhku saat itu, bagaimanapun aku merasa malu. Dengan sebisaku aku berusaha menahan setiap gerakan jari-jarinya di permukaan puting susuku. sekuat aku menahannya sekuat itu pula ia berusaha memilinnya sehingga usahaku menahannya semakin melemah karena deraan nafsu yang sudah mulai mempengaruhi setiap sendi tubuhku. Diperlakukan seperti itu, aku semakin terjerat oleh percikan birahi yang di kobarkan Alfi. Perlahan dan pasti ia berhasil melepas atasan piyama tidurku dan kini hanya tinggal bh yang hanya menutupi sebagian kecil di dadaku. Aku semakin terjebak ke jurang gairah yang mulai menampakkan wujudnya. Aku pun kini seolah ikut menerima perlakuannya saat itu. Rasa hangat yang di pancarkan jari jari Alfi di permukaan kulitku sanggup membuatku merelakan dia melepas pengait bh yang aku kenakan saat itu.

Bibir anak itu mulai merayap dan menggigit kecil puting susuku secara perlahan dan mampu membuatku seolah melayang. Kulit dadaku seakan rela menerima semua perlakuannya saat itu. Berulang ulang ia ekspos kedua bukit dadaku dengan intensitas yang meninggi. Aku serasa di perlakukan utuh sebagai wanita. Dengan kedua tanganku aku raih kepala Alfi, seakan tak rela ia menyudahi tindakannya itu. Saat ini aku tak peduli lagi siapa Alfi dan apa statusnya, yang penting saat ini bagiku bagaimana dahagaku terpuaskan. Merasa aku sudah menerima semua perlakuannya, Alfi membisikkan sesuatu padaku.

“Kak…Nadin, di kasur kakak aja kita gituan ya? Alfi pengen perawani di tempat tidur seperti kak Sandra sama kak Dian”

Anak ini secara terang-terangan menyatakan hasratnya. Ia seakan yakin aku akan mau melakukan hubungan yang lebih lagi denganku malam itu. Aku juga sadar Alfi, hal ini akan terjadi juga tanpa dapat kuhindari lagi. Saat ia meminta pindah ke kamarku, aku terbayang sedikit tentang kejadian yang akan terjadi. Apalagi status ku yang masih gadis. Masih ada harapan bagiku untuk membatalkan keinginan Alfi saat itu. Akupun bangun dari rebahan di sofa berjalan ke arah kasur Sandra dan duduk di atas ranjang. Alfi saat itu menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia lalu duduk di sampingku, diraihnya tanganku dan dibawanya ke bibirnya dan diciuminya. Melihat tingkahnya itu, aku seakan terenyuh akan sikapnya yang terlihat sabar. Aku yakin tanpa dapat kucegah pasti malam ini ia akan melakukan hal yang belum pernah aku lakukan dan ia bakal mengambil sesuatu yang berharga yang seharusnya kupersembahkan bagi pria yang bakal menjadi suamiku kelak. Aku tahu ini amat bertentangan dengan norma agama dan adat ketimuran yang kuanut, apalagi aku termasuk wanita dari keluarga yang amat menjunjung tinggi tata krama, namun saat ini seakan hilang semua. Perbuatan dan penyelewengan Sandra seakan menjerat diriku untuk melakukan perbuatan itu, meski saat itu aku menyadari tidaklah benar tindakanku saat ini. Anak itu tentu saja tak pernah menyadari perbuatannya saat itu menyalahi hukum dan amat tercela, hanya saja ia tak ingin memaksaku melakukan hal itu.

Dengan suara lirih seolah menahan sesuatu dia masih sempat bertanya padaku.

“Kakak mau..Alfi entot kan?” sambil menatap bola mataku dalam dalam.

Aku pun memandangnya dengan tatapan yang sayu seolah mengiyakan keinginannya, namun hanya beberapa saat.Aku kembali menundukkan mukaku ada rasa malu jika aku memintanya melakukan itu. Alfi adalah anak laki laki yang terlanjur cepat mengalami kedewasaan, ia sudah amat banyak pengalaman seolah tahu apa yang harus ia perbuat. Sikap diamku saat itu seakan persetujuan untuk perbuatannya selanjutnya. Sambil meraih kedua tanganku lalu tubuhku dibawanya ke pelukannya. Kini tubuh kami amat dekat, meski saat itu kami masih mengenakan pakaian. Namun karena aku tak memakai bra saat itu, seolah mampu membuatnya semakin bernafsu padaku. Ketika aku dalam pelukannya, aku merasakan ada rasa damai dan hangat yang sudah lama tidak aku rasakan lagi. Ada rasa nyaman dalam pelukan tubuh Alfi yang kurus itu, meski aku akui ada juga takut dan sedikit keraguan aku rasakan saat itu. Namun hasrat dan gairah seolah mampu mengalahkan semua rasa yang ada dalam diriku itu. Aku semakin tenggelam dalam sosok tubuh Alfi. Masih dalam pelukan ketat Alfi, akupun kembali terpaksa menerima kuluman panasnya di bibirku. Rasa geli karena lidahnya yang menjelajah dalam rongga mulutku mampu membuatku terlena dan susah untuk bernafas. Dipancing seperti itu, aku mau tidak mau membalas kuluman Alfi, hingga membuat lidah kami seakan saling berkait dan ludah kami bercampur satu sama lainnya. Dengan lincah tangan Alfipun melepas kancing atasan piyamaku hingga terlepas ke lantai. Jari-jarinya itu pun memilin dan memutar putingku hingga aku semakin terlonjak nafsuku. Puas memainkan lidahnya di bibirku mulutnya turun melata di kulit dadaku.

“Kak, tetek kakak lebih gede dari punya kak Sandra, Alfi suka banget, mmhh!” celotehnya sambil melumat payudaraku gemas, ya di banding Sandra atau Dian, payudaraku memang yang paling besar, 34B.

Kembali aku merasakan geli yang amat sangat diperlakukan begitu. Aku hanya bisa meraih kepalanya yang saat itu berada di belahan dadaku. Kalung yang kukenakan seolah mengganggu aktifitas mulutnya di dadaku. Dengan tangan kirinya ia singkirkan kalungku kearah tengkukku lalu kembali ia menyedot bukit dadaku bergantian kiri kanan.

Berbagai rasa kembali menderaku. Aku masih meraih kepalanya seakan tak ingin cepat berlalu.aku merasakan rasa basah di organ vitalku saat itu. Selama beberapa menit Alfi menggigit gigit dadaku dengan lembut dan meninggalkan tanda kemerahan di dadaku yang putih. Aku hanya mampu memicingkan mataku dan menuruti perbuatan bocah itu. Tiba tiba ia menghentikan aktifitasnya pada dadaku. Aku pun membuka mataku ingin tahu apa yang menyebabkan ia menghentikan perbuatannya itu. Ternyata anak itu menaiki tubuhku menempatkan tubuhnya di antara ke dua pahaku, kupikir sudah saatnya ia akan melakukan eksekusi. Aku memang pernah melihat kemaluan Alfi yang aneh itu saat ia dan Sandra bersenggama tempo hari. Namun baru kali ini kulihat kedahsyatannya dari dekat. Inilah benda yang telah merengut kegadisan kedua sahabatku sekaligus memberikan kenikmatan hingga keduanya ketagihan akan seks. Dan sebentar lagi adalah giliranku, daging itu sudah sedemikian tegang siap untuk melaksanakan tugasnya, yaitu memerawaniku. Batangnya panjang dan besar. Rasanya mungkin lebih enam inci panjangnya yang tentunya akan membuatku bakal kesakitan untuk pertama kali. Yang menjadi fokus perhatianku ialah kepala zakar Alfi karena yang tidak disunat itu. Aneh bila melihat penis anak seusia Alfi yang tak disunat. Apalagi daging kepalanya tidak muncul keluar daripada kulit kulup sungguhpun dalam keadaan tegang. Hanya sepertiga saja kepala zakarnya yang berwarna merah kelihatan bila dalam keadaan keras. Bila dia menarik kulit kulup kepala pelirnya berkilat hitam kemerahan macam yang seperti tomat itu terpacak di ujung batangnya. Kulit kulupnya seperti mencekik di bagian belakang leher takoknya. Kulit kulup yang ditarik itu berkedut-kedut macam simpul melingkari batang zakar. Bentuk kepalanya yang heboh dan aneh digilai Sandra dan Dian. Pertama kepala pelir Alfi sungguh terlalu besar. Kepala yang lebih besar itu berbanding batangnya kelihatan aneh. Kini benda itu mengacung tegak diarahkan Alfi tepat di mulut kewanitaanku.

“akh Fi…perih….akh..pelan-pelannn!!!” erang ku saat kepala penis Alfi mendesak pelan ke dalam liang vagina ku.

Anak ini sungguh tidak sabaran. Ia main eksekusi saja. Aku menahan perutnya dengan kedua telapak tanganku hingga gerakannya terhenti.

Mungkin takut aku akan mengurungkan persetubuhan kami, ia kini berlaku lebih sabar . Alfi menahan laju penisnya sejenaknya lalu dengan pelan dan lembut ia coba lagi masukan benda itu ke dalam vaginaku. Rasa perih makin menjadi dan terasa sakit meski penisnya terus maju pelan.

“Fi….akh…” pekikku, Alfi menahan lagi, mendiamkan otot vagina aku merekah dan relax supaya ngga tegang. aku memejamkan mata sambil tanganku meremas sprey menahan perih. Beberapa saat kemudian ia mulai memajukan lagi pantatnya dan mendorong penisnya lagi makin dalam dan rupanya vagina aku mulai terbiasa. Perih yang tadi aku rasakan berkurang

“Fi…sakit….” erangku tertahan.

Alfi berhenti lagi, rupaya belum setengah dari penis Alfi yang masuk, setelah diam sebentar Alfi mulai masuk lagi, kali ini perih dan sakit semakin berkurang. Ia lalu mencium bibirku memenangkanku, kubalas ciumannya dengan lembut. Begitulah ia melakukan tarik ulur hingga akhirnya ujung penisnya menumbuk dan tertahan sesuatu dalam liang senggamaku, aku tahu itu selaput daraku, lambang kesucianku sebagai seorang gadis perawan yang akan segera hilang.

“Kak Nadin.. Alfi tak kuat lagiii..” erangnya sembari memeluk pinggangku erat

Dengan sekali dorongan kuat Alfi menekan habis sisa batang kemaluannya hingga akhirnya masuk penuh ke dalam vaginaku. Aku tersentak dan sedikit menjerit merasakan ada sesuatu yang robek

“Aduhhh!!Fiiii…sakiiiit!!” aku menjerit lirih.

Nafasku tak teratur merasakan vaginaku penuh oleh batang penis Alfi. Aku tahu aku kehilangan keperawananku namun saat itu kemaluan Alfi kurasakan berdenyut-denyut lalu cretttt….creettt..creettttt! beriring setiap denyutnya sesuatu memancar deras menghantam dasar liang vaginaku.

Sungguh aneh, kegadisanku telah direngut oleh seorang ABG yang masih di bawah umur, bahkan aku tak berusaha mencegahnya. Setelah ejakulasi tadi batang penis anak ini tak kunjung mengecil, benda itu terus-terusan berdenyut dan kaku. Alfi mendiamkan beberapa saat, perih masih aku rasakan, namun perlahan rasa gatal nikmat mulai muncul dan seperti tahu akan itu Alfi mulai menggoyang dan memaju-mundurkan penisnya.

Vaginaku yang basah melicinkan gerakan masuk-keluar penisnya di vaginaku. Aku mulai merasa nikmat dengan perlakuan Alfi. aku buka mata dan melihat Alfi tersenyum. Alfi mengecup bibirku lalu bilang

“Kakak sayang vaginanya sempit banget…..kakak ngerasa kan?”

“iya Fi….” sahut ku pelan

”udah ga sakit kan kak?” tanya Alfi, aku mengangguk.

Vaginaku semakin basah oleh lendir cintaku. Pantat Alfi maju-mundur dan gerakannya penisnya meluncur lancar dalam kekesatan liang vaginaku. Aku yang mulai meregang kegelian dan nikmat semakin menikmati persetubuhan pertamaku. Bibirku mulai dan merintih keenakan, desahan-desahan mulai keluar dari mulutku. Alfilah yang kini semakin intens bergerak memberinya kenikmatan mengocok penisnya di dalam vaginaku. Ia tetap telaten meski aku mulai terbiasa, kurasakan penuh di dalam vaginaku. Gatal dan nikmat, lebih nikmat dibanding saat Alfi menjilat vaginaku tadi. Ia mencium bibir sambil meremas dadaku, kami mulai liar, goyangan Alfi mulai bisa kuimbangi. Kadang ia menggoyang keras, namun kembali lembut payudaraku bergoyang seirama dengan goyangannya.

Alfi mulai mengoceh “Kak….eeuukkk…uuh…nikmat…banget vagina……nya….eekk!”

“Fi….kakak juga….akh….oh….eeemmm…..penis……akh….aohk….” ocehku keenakan.

Bocah ini memang amat pintar mengatur tempo persenggamaan. Hujamannya amat penuh dengan ketelatenan dan pengalaman. Kuakui Alfi memang perkasa meskipun masih di bawah umur.

Pejantan kecil ini melebihi kemampuan laki laki dewasa dalam hal bersetubuh. Betapa aku sudah pernah menyaksikan ia membuat Sandra sahabatku menggelepar takluk dalam pelukannya. Dan kini aku merasakan sendiri bagaimana perkasanya anak ini dalam menaklukan perempuan di atas ranjang. Namun rasa nikmat menyengat memutus pikiranku saat itu. Hingga kenikmatan itu tak tertahankan lagi menghantarkanku kepada orgasme.

”Fi…Fi…akh….kakak…akh…ooo…eemmppppp…mau…kelu…keluar…Fi…akh!!” aku merasakan ada cairan yang menyembur deras dari dalam vaginaku.

Orgasme itu terasa begitu kuat seakan menarik lepas jiwa dari ragaku aku mendekap tubuh Alfi dengan keras sambil menutupkan mataku rapat. Aku menggigit bibir bawahku merasakan kenikmatan saat itu. Alfi tahu aku orgasme dan ia sendiri dapat merasakan cengkraman bagian kewanitaanku pada penisnya. Alfi menjerit keras dan panjang saat mencapai orgasme.

“kakkk!!..enakkk!!!!”

Anak itu membalas dekapanku sambil menghujamkan kemaluannya sedalam mungkin ke liang rahimku sambil melepaskan spermanya di dalamnya.

Crettttt!!!!…creettttt!!!! Crettttt….Crutttttt!! pancutan demi pancutan deras dan hangat menerjang bagian terdalam kemaluanku. Alfi bisa kembali orgasme setelah hampir beberapa menit menggauliku. Tiada rasa ngilu lagi. malah kurasakan amat nyaman berada di dekapan Alfi. Tubuh kecil Alfi masih berada di atas tubuhku tanpa melepaskan kemaluannya. Alfipun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus bahu, dada, dan leherku yang jenjang yang basah oleh keringat dikecupinya dengan mesra. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, mataku yang terpejam dengan penuh cinta, seraya memberikan kecupan hangat. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan.

“Kak Nadin maafin Alfi ya kak”

“Ngga pa pa Fi..kakak juga sudah bisa menikmati tadi.”

Aku merasakan kepuasan bersebadan dengan Alfi meski harus kehilangan kesucianku. Aku memandang wajahnya dari bawah dengan pandangkan sendu .kami sama-nama sudah letih dan kehabisan tenaga. Seiring waktu kemaluan Alfi kembali ke ukuran semula dan terlepas dari jepitan liangku. Saat itu barulah Alfi rebah tertidur sambil mendekap tubuhku. Kepalanya terkulai di dadaku

Diperkosa Tapi Enak

Posted: Mei 31, 2011 in pemerkosaan

Waktu itu aku bersama teman-teman kantor berlibur ke Pangandaran, kami pergi berempat.. Aku, Lina, Mita dan cowoknya Mita.. Edy namanya. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 5 jam, akhirnya kami tiba di Pangandaran.. Dan kami langsung menyewa satu bungalow yang terdiri 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 dapur.

Karena kami tiba sudah larut malam, maka setelah menurunkan barang-barang.. Kami pun langsung masuk ke kamar masing-masing, aku satu kamar bersama Lina, sedangkan Mita satu kamar bersama cowoknya, kamar yang aku tempati terdiri atas dua ranjang yang terpisah, sebuah lemari pakaian dan meja rias dengan kacanya yang besar dan jendela yang menghadap ke laut.

Karena capek, lelah dan ngantuk.. Kami pun langsung tidur tanpa ganti baju lagi. Keesokan harinya aku bangun jam 10 pagi dan aku melihat Lina sudah tidak ada ditempat tidurnya, aku pun langsung bangun dan menyisir rambutku yang panjang (sebahu lebih) dan keluar kamar, ternyata tidak ada siapa-siapa..

“Wah pada kemana mereka..” pikirku, tetapi tiba-tiba HP ku berbunyi, ternyata Lina menelphon.
“Sudah bangun non..” serunya.
“Kalian lagi dimana sih?” seruku.
“Oh iya.. Sorry, kita lagi pergi cari film nih.. Tadi enggak tega bangunin kamu..” seru Lina.
“Yaa.. sudah.. Titip makanan yaa..” sahutku
“Okey non” lalu hubungan terputus.

Kini aku sendirian di bungalow itu, lalu aku pun segera mandi.. Dan menikmati segarnya guyuran air dari shower, setelah mandi akupun memakai CD dan BH warna pink (aku suka yang satu warna) dan memakai kimono, setelah itu aku duduk-duduk disofa tamu sembari mengeringkan rambutku dengan handuk, tiba-tiba aku melihat secarik kertas diatas meja, disitu tertulis ‘menyediakan jasa pijat, urut dan lulur’ dan dibawahnya ada nomor teleponnya.

“Ah betapa enaknya dipijat.. Kebetulan badan lagi pegel..” pikirku sembari membayangkan dipijat oleh si mbok dirumah, lalu aku menelphon nomor itu dan diterima oleh seorang wanita disana, setelah mengutarakan maksudku, akhirnya wanita itu bilang.. Tidak lama lagi akan datang pemijat ke kamar aku, setelah itu akupun duduk menanti..

Tak lama kemudian pintu diketuk dari luar, segera aku bangkit dan membuka pintu.. Dan.. Terkejutlah aku, karena tampak seorang pria dengan baju putih berdiri diambang pintu, lalu.

“Selamat siang neng.. Anu.. Tadi manggil tukang pijat yaa?” seru pria itu.

Tampak pria itu berumur kira-kira 45-an, tidak terlalu tinggi tapi kekar dan berkulit coklat.

“Eh.. nggak.. Anu.. Iya pak..” sahut aku, “Anu.. Bapak tukang pijatnya..?” tanyaku.
Pria itu tersenyum lalu, “Iya neng”.

Wah.. Kini aku rada sedikit panik, tidak menduga kalau tukang pijatnya seorang pria, tapi tanpa aku sadari aku malah mempersilahkan bapak itu masuk, setelah masuk.

“Mau dipijat dimana Neng?” tanyanya.
“Ngk.. Di.. Kamar aja pak” sahutku, lalu aku membiarkan bapak itu mengikutiku menuju kamar, tiba didalam kamar, bapak itu segera dengan cekatan membereskan ranjang tidurku, lalu menyuruhku untuk tengkurep diatas ranjang.

Aku mengikutinya, dan berbaring tengkurep diatas ranjang.. Lalu terasa tangan si bapak itu yang kasar itu mulai memijat-mijat telapak kaki dan kedua betisku, aku benar-benar merasakan nikmatnya pijatan bapak itu, kemudian.

“Maaf neng.. Kimononya dibuka yaa” serunya,

Aku hanya diam saja ketika kimonoku dibuka dan diletak diranjang satunya lagi, kini hanya tinggal CD dan bra saja, setelah memijat betis dan bagian paha.. Si bapak beralih ke punggungku, memang terasa enak pijatan si bapak ini, setelah itu aku merasakan si bapak menuangkan oil ke atas punggungku dan mulai mengosoknya, lalu.

“Maaf yaa Neng” serunya sembari melepas tali BHku, aku hanya diam saja, kedua tanganku aku taruh dibawa bantal sementara kepalaku menoleh ke arah tembok, terasa geli juga ketika si bapak mulai mengurut bagian samping tubuhku.

Lalu terasa tangan si bapak mulai mengurut kebagian bawah dan menyentuh CD ku, lalu “Maaf yaa neng..” serunya sembari tangannya menarik CDku kebawah, aku terkejut tapi anehnya aku membiarkan si bapak itu melorotkan CD ku hingga lepas, kini si bapak dengan leluasa mengurut tubuhku bagian belakang yang sudah telanjang itu, lalu si bapak mengosokan oil ke seluruh tubuhku bagian belakang dari pundak sampai ketelapak kaki dan dibawah sinar lampu kamar, aku yakin tubuhku akan tampak mengkilap karena oil itu.

Aku hanya berdiam diri saja.. Dan membiarkan si bapak mengurut bagian dalam pahaku, kedua kaki ku direnggangkan.. Oouhh.. Pasti sekarang dibapak dapat melihat kemaluanku dari belakang.. Pikirku, tapi aku hanya diam saja.. Dan diam-diam merasakan nikmat ketika tangan dibapak menyentuh-nyentuh bibir vaginaku, lalu dibapak naik ke atas tempat tidur dan duduk berlutut diantara kedua paha ku, aku hanya bisa pasrah saja ketika si bapak merenggangkan kedua pahaku lebih lebar lagi dan membiarkan kedua tangan si bapak mengurut-urut bagian pinggir vaginaku..

Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Dan setiap jari-jari si bapak menyentuh bibir vagina ku.. Akupun mengelinjang.. Setelah cukup lama, akhirnya si bapak menuangkan oil ke atas pantatku.. Terasa cairan oil itu merambat melewati anus dan terus sampai ke vaginaku, kemudian dengan kedua tangannya.. si bapak mulai mengurut bongkah pantatku, dan aku benar-benar merasakan nikmat dan membiarkan si bapak membuka bongkah pantatku dan pasti dia dapat melihat bentuk kemaluanku dengan jelas dari belakang berikut anus ku.. Oohh

Tiba-tiba terasa jari-jari si bapak mengusap-usap anus ku.. Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Apalagi terasa sedikit demi dikit jari telunjuk dibapak itu dicolok-colok ke dalam anus ku.. Bergetar hebat tubuhku.. Dan tanpa aku sadari aku mengangkat pantatku hingga setengah menungging, tiba-tiba kedua tangan si bapak memegang pangkal paha ku dan mengangkat pantatku ke atas, aku menurut saja.. Hingga akhirnya aku menungging dihadapan si bapak itu, kepala ku.. kubenamkan ke atas bantal.. Dan membiarkan si bapak mempermainkan vaginaku dengan jari-jarinya..

Tiba-tiba.. Ooouuhh.. Aku mengeluh panjang ketika terasa jari si bapak menyusup masuk ke dalam anusku.. Terasa sedikit mules ketika jari telunjuk si bapak itu di sodok-sodok keluar masuk lobang pantatku, oohh.. Aku hanya bisa meringis saja dan akupun mengelinjang hebat ketika tangan si bapak yang satunya menyusupkan jarinya ke dalam liang vaginaku..

Gilaa.. Aku merasakan nikmat luar biasa.. Aku hanya pasrah saja dan membiarkan si bapak mengocok-ngocok vagina dan anusku dengan jari-jarinya,

Tanpa sadar aku meluruskan kedua tanganku untuk menopang tubuhku.. Hingga kini posisiku seperti orang merangkak, sementara si bapak tetap duduk berlutut dibelakang. Cukup lama juga jari-jari si bapak menyodok-nyodok liang vaginaku dan lobang pantatku.. Dan aku benar-benar menikmati.. Sehingga tanpa sadar vaginaku sudah basah bercampur dengan oil.. Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menempel dimulut vaginaku, ternyata si bapak telah mengarahkan batang kemaluannya ke bibir vaginaku, aku hanya pasrah dan membiarkan ketika secara pelan-pelan batang kemaluan si bapak mulai ditekan masuk ke dalam vaginaku.. Oohh.. Nikmat.. Tanpa disadari.. Aku mengerak-gerakan pinggulku juga, tubuhku terguncang-guncang ketika si bapak mulai menyodok-nyodok vaginaku dengan batang kemaluannya..

Aahh.. Nggkk.. Ohh.. Aku benar-benar merasakan nikmat.. Dan diam-diam aku mencapai klimaks tanpa sepengetahuan si bapak itu, tiba-tiba si bapak mencabut batang kemaluannya dari vaginaku.. Lalu oohh.. Gilaa.. Terasa ujung batang kemaluan si bapak ditempelkan ke anusku.. Wah dia mau menyodomi aku.. Pikirku memang aku pernah melakukan anal sex.. Tapi ini..

Lalu si bapak menarik kedua tanganku kebelakang dan menyuruh aku membuka belahan pantatku dengan kedua tanganku sendiri.. Kemudian terasa jari-jari si bapak mengolesi anusku dengan oil.. Dan kadang-kadang menyusupkan satu dua jari nya ke dalam.. Kemudian terasa pelan-pelan batang kemaluan si bapak menerobos masuk ke dalam anus ku.. Aakk.. Nggkk.. Aku mengeluh.. Rada sakit dikit.. Tapi setelah semua batang kemaluan si bapak amblas.. Dan ketika si bapak mulai menyodok-nyodok keluar masuk.. Ahh.. Nikmatnya.. Terasa sedikit mules tapi aku benar-benar enjoy anal sex ini..

Tetapi kini aku merasakan kenikmatan yang.. Tidak klimaks-klimaks.. Sampai basah tubuh ku dengan peluh.. Tetapi si bapak tidak kunjung klimaks juga, rasa nikmat.. Mules.. Campur aduk.. Aku hanya bisa meringis-ringis sembari memejamkan mata saja, tetapi akupun tidak tinggal diam.. Jika si bapak menghentikan gerakannya, maka aku langsung mengerakan pinggulku maju-mundur sehingga batang kemaluan si bapak tetap keluar masuk lobang pantatku hingga akhirnya lama kelamaan gerakan si bapak semakin cepat.. Dan terdengar nafasnya yang semakin memburu, rupanya si bapak sudah mau klimaks.. Dan

Akupun membuka belahan pantatku semakin lebar dengan kedua tanganku, lalu terdengar si bapak mengerang aahh.. Nggkk.. Lalu ia menjabut batang kemaluannya dari lobang pantatku lalu disemburnya airmaninya kepunggungku crot.. crot.. Terasa ada cairan kental dan hangat membasahi punggungku.. Sampai kerambutku dan akupun seketika rebah telungkup.. Dengan nafas masih memburu.. Dan masih merasakan nyeri di duburku.

Setelah itu si bapak.. Pergi ke kamar mandi.. Akupun segera mengambil CD ku dan mengelap air mani si bapak yang belepotan dipunggung ku.. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu dibuka.. Akupun segera mengenakan kimonoku dan berjalan keluar kamar.. Ternyata si bapak itu sudah tidak ada.. Loh gimana sih ini orang.. Pikirku.. Ah.. Biar aja kalau enggak mau dibayar..

Lalu akupun menuju kamar mandi.. Terasa lengket punggung ku karena oil tadi, tetapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.. Akupun segera merapihkan kimonoku dan berpikir.. Pasti si Lina dan kawan-kawan sudah pulang, ketika pintu aku buka tampak seorang ibu-ibu dengan kebaya berdiri diluar.. Lalu.

“Selamat siang neng.. Neng yang.. Mau dipijet kan?” seru ibu itu.
“Iya.. Ibu siapa” tanyaku
“Saya tukang pijatnya neng” sahutnya..

Gilaa.. Siapa dong bapak tadi.. Walaupun aku terkejut.. Tetapi jujur.. Aku enjoy sekali dengan permainan si bapak itu.. Tapi.. Andaikan tunangan kutahu.. Ah.. Jangan sampailah.

Ibu Diperkosa Anak Kandungnya

Posted: Mei 31, 2011 in sedarah

Namaku Tini, usia 49 tahun, saat ini aku tinggal di kota Cirebon. Tetangga kiri kananku mengenalku dengan sebutan bu Haji. Ya, di blok komplek rumahku ini, hanya aku dan suami yang sudah naik Haji. Suamiku sudah pensiun dari Departemen Luar Negeri. Kini ia aktif berkegiatan di masjid Al Baroq dekat rumah. Aku pun aktif sebagai ketua pengajian di komplek rumahku ini. Tetangga kami melihat keluargaku adalah keluarga harmonis. Namun mereka bertanya-tanya, mengapa anakku masih kecil, masih berusia satu tahun, padahal aku sudah berusia hampir 50 tahun. Aku bilang saja, yah, maklum, rejeki datang lagi pas usia saya senja begini, mau diapakan lagi, tidak boleh kita tolak, harus kita syukuri.

Sebenarnya aku punya anak lagi, anakku yang sulung, laki-laki, dan saat ini mungkin ia sudah berusia 26 tahun. Namanya Roni. Sebelum kelahiran anakku yang masih bayi ini, Roni adalah anak tunggal. Sampai akhirnya aku usir dia dari rumah ini dua tahun yang lalu. Dan sampai detik ini, suamiku, Beny, atau orang akrab memanggil dia Pak Haji Beny atau Pak Ustad, ia belum tahu alasan mengapa Roni meninggalkan rumah sejak dua tahun yang lalu itu, jika suamiku bertanya padaku, aku terpaksa berbohong, bilang tidak tahu dan pura-pura kebingungan. Walaupun aku tahu, karena akulah yang mengusir Roni dari rumah tanpa sepengetahuan suamiku.

Cerita sedih ini berawal ketika Roni yang selama 15 tahun kami tinggalkan hidup dengan Neneknya di Cirebon, akhirnya kumpul bersama dengan kami layaknya keluarga. Bisa aku tinggalkan selama 15 tahun karena aku dan suami harus tinggal di Belanda. Saat aku dan suami ke Belanda, Roni baru berusia delepan tahun, ibuku (nenek Roni) tidak ingin jauh dari Roni, beliau mungkin takut Roni akan terbawa arus kehidupan eropa dan lupa adat indonesia. Jadilah Roni tinggal di Cirebon bersama ibuku, lalu aku dan suami tinggal di Eropa.

Lima belas tahun kemudian, aku dan suami pulang ke tanah air, sebelum pulang aku dan suami menyempatkan diri untuk naik haji. Setelah pulang menunaikan haji, aku dan suami pulang ke tanah air dan pergi ke Cirebon. Tak kusangka anakku sudah besar, ya Roni telah berusia 23 tahun. Kami lihat ia tumbuh menjadi anak yang sangat soleh, santun dan lemah lembut.

Aku sangat berterima kasih dengan ibu waktu itu, telah membuat Roni tetap menjadi anak yang baik dan rajin beribadah. Beberapa bulan setelah kami berkumpul bersama, ibuku (nenek Roni) meninggal. Kami sedih sekali waktu itu.Setelah itu kami hidup sekeluarga bertiga.

Kehidupan keluarga kami sangat sakinah mawadah dan rohmah. Aku bangga sekali punya anak Roni. Ia rajin ke mesjid dan mengaji. Hal itu membuat aku dan suami selalu merasa bahagia. Seakan-akan kami awet muda rasanya.

Kebahagiaan ini juga mempengaruhi kemesraan aku dan suami sebagai suami istri. Walaupun kami sudah tua, tapi kami masih rutin melakukan hubungan pasutri meski hanya satu minggu sekali. Sampai suatu hari, suamiku mendapat tugas dari untuk dinas selama tiga bulan di Qatar. Suamiku mengajak kami berdua (aku dan Roni anakku) namun Roni yang sudah kerasan tinggal di Cirebon menolak ikut, akupun karena tidak mau lagi jauh dengan anakku menolak ikut. Akhirnya hanya suamiku sendiri saja yang pergi.

Hari-hari tanpa suamiku, hanya aku dan anakku tinggal di rumah kami. Aku sibuk sebagai ketua pengajian ibu-ibu dan memberikan ceramah kecil-kecilan setiap ada arisan di komplek rumahku ini. Roni aktif sebagai remaja masjid di masji Baroq dekat rumah. Terkadang karena aku sudah berusia hampir 50, aku mudah merasa capek setelah berkegiatan.

Suatu siang aku merasa sangat capek, sehabis pulang memberikan ceramah ibu-ibu di masjid. Aku pun langsung tertidur. Saat aku tengah-tengah enaknya merasa nyaman dengan kasurku, aku seperti merasa ada sesuatu yang membuat paha, pinggang dan daerah dadaku geli dan gatal. Setengah sadar dan tidak sadar, aku lihat Roni sedang berada di dekatku. Sambil setengah ngantuk aku berkata, “Kenapa Ron? Mama capek nih…”
“Ga, ma, Roni tahu, makanya Roni pijetin, udah mama tidur aja”, balas Roni.
Aku senang mendengarnya, senang pula punya anak yang tumbuh dewasa dan baik seperti Roni. Oh terima kasih Tuhan.

Lama kelamaan, aku mengalami hari yang sangat aneh, terutama setiap malam saat aku tidur. Aku merasa, ada sesuatu yang menggelitik daerah sensitifku, terutama daerah selangkanganku. Enak sekali rasanya, oh apakah ini setengah mimpi yang timbul akibat hasratku sebagai seorang istri yang butuh kehangatan suami. Ya, aku yakin karena aku ditinggal suami saat aku lagi merasa kembali muda dan penuh gairah, makanya aku sering sekali mimpi basah setiap malam. Mimpi yang rasanya sadar tidak sadar, kenikmatannya seperti nyata. Ya, aku menjadi senang tidur malam, karena ingin cepat-cepat mimpi basah lagi. Aku menduga ini adalah rejeki dari Tuhan, agar gairahku sebagai istri tetap terjaga, dan kebutuhan biologisku tetap tersalurkan walaupun hanya diberi mimpi basah sama Tuhan. Oh… nikmat sekali. Aku membayangkan suamiku, Beny, yang berhubungan denganku, oh nikmat sekali. Dan karena seringnya dikasih mimpi basah oleh Tuhan, setiap pagi aku bangun aku merasa kemaluanku selalu basah kuyup sampai celana dalamku basah total. Yah, jadinya aku punya kebiasaan baru selalu mandi wajib setiap pagi. Yang aku takuntukan hanya satu, takut saat aku mimpi basah, aku mengigau dan takut suara mendesahku terdengar anakku Roni. Tapi saat aku liat dari gelagatnya sehari-hari, nampaknya ia tidak tahu.

Sampai tiga bulan lamanya, hampir tiap malam aku selalu mimpi basah, aku jadi heran. Apa penyebabnya dari nutrisi yang kumakan atau kuminum sehari-hari ya? Hmm, mungkin saja. Soalnya aku punya kebiasaan minum teh hijau sebelum tidu. Kata dokterku itu baik untuk orang setua aku, apalagi biar selalu sehat menjelang usia setengah abad. Akhirnya aku coba meminum teh hijau, saat pagi hari, malamnya kucoba tidak minum.

Malam harinya, saat aku tidur, ditengah asyiknya tidurku, dan gelapnya lampu kamarku. Aku merasa perasaan mimpi basah mulai datang kembali, yah, mmh, rasanya ada yang menggelitik kemaluanku, sesuatu yang lembut, oh, bergerak-gerak. Selangkanganku pun ikut tergelitik hingga aku merasa ada sesuatu yang membuat basah kemaluan dan selangkanganku. Lalu berbarengan dengan rasa sensasi pada daerah kemaluanku, sesuatu yang lebut bergerak-gerak menyentuh buah dadaku, bergantian, pertama yang kiri lalu yang kanan, kemudian.. Aw!.. Ada rasa hisapan yang lembut hangat namun kuat pada puting buah dadaku yang sebelah kanan. Oh enak sekali, terima kasih Tuhan, jantungku mulai berdegup kencang, ini rasanya seperi nyata, yah! Tiba-tiba aku merasa tertindih oleh seuatu, hisapan kenikmatan juga tidak berhenti. Lalu ada sesuatu yang menusuk masuk ke liang kemaluanku saat itu aku setengah sadar terbangun, dan aneh, rasa ini masih kurasakan, setengah sadar aku jelas sekali ternyata memang ada sesuatu yang menindihku, sekilas aku masih membayangkan ini suamiku, berikut terdengar dari sesuatu itu suara perlahan yang serak, “ooohgh… Oogghh…”

Siapa ini?! Astaghfirullah!! Saat aku tersadar penuh dan mataku terbelalak. Dalam keremangan gelapnya kamar aku sadar bahwa seseorang telah menindihku dan menyetubuhiku!! Lebih kaget lagi saat aku mendengar suara seseorang yang menindihku itu berkata, “Maaah… Ayo ma… oughhgh… Uhhh… mamahhh…”

Langsung kudorong dia kuat-kuat!
“Roni!! Kurang ajar!!! ASTAGHFIRULLAAH!!”

Roni langsung berlari keluar kamar, aku pun langsung mengejar sambil menangis penuh amarah.
“Roni!!”, bentakku.
“Maafin Roni Ma! Roni ga tahan!”, Roni pun menangis takut.
Aku tak kuasa bingung menghadapi perasaan ini, antara kalut, marah, benci, jijik, sedih dan takut. Hingga terucap kata-kata yang langsung keluar dari muluntuku, “Keluar dari rumah ini!!! Kamu bukan anak mama!!! Setan kamu! Binatang kamu ya!”

Roni keluar rumah berlari. Aku duduk lemas menangis. Jadi, selama tiga bulan ini, baru aku sadari, mimpi basah itu bukan hanya sekedar mimpi.
Semua mimpi itu nyata. Anakku!? Anakku sendiri yang melakukan ini padaku?!!

Selama dua, tiga minggu aku tidak keluar rumah, bahkan semenjak kejadian itu aku jatuh sakit. Sampai saat itu aku masih tidak habis pikir dan belum lupa kejadian itu, dalam benakku terbesit, ya Tuhan, selama ini anakku telah menodai aku, aku ibunya, selama ini anakku yang selalu rajin beribadah ternyata adalah setan yang mengumbar nafsunya pada tubuhku yang mulai renta ini… Dosa apa hamba, ya Tuhan!?

Saat aku menerima sepucuk surat yang dikirim oleh Roni, tanpa alamat jelas, ia berkata meminta maaf pada ku, ia mengakui bahwa ia sudah mulai tertarik secara seksual denganku sejak aku bertemu lagi dengannya, ia bilang aku cantik dan menarik, ia mengaku telah memberi obat tidur pada teh hijau yang selalu aku minum tiap malam agar aku teler dan tidak sadar saat ia memperkosaku… Pantas saja! Pantas ia selalu bermuka manis menyiapkan teh hijau tanpa kuminta terlebih dahulu. Ternyata selama ini anakku adalah Iblis laknat yang merusak semuanya. Roni pun berkata pada akhir suratnya, bahwa ia tidak lagi akan pulang ke rumah, ia malu dan merasa bersalah.

Membaca surat itu, aku merasa benci sekali! Ya, “Kamu bukan anakku!”, Kurobek dan kubakar surat itu.

Sebulan kemudian, tepat saat dua minggu sebelum suamiku pulang, aku merasa pusing dan mual. Ya Tuhan, masa sih aku hamil!? Tidak! Ini tidak mungkin!! Aku pun memastikan dengan membeli dan menggunakan tes kehamilan, berdebar-debar aku melihat hasilnya. ASTAGHFIRULLAH! Aku positif hamil! Tidak! Aku menggandung anak dari anakku sendiri!

Aku pun lemas dan sempat sedikit pingsan. Aku menangis tiada henti-hentinya. Apa yang harus kukatakan pada suamiku nanti? Apa yang akan tetangga bilang jika tahu aku ini seorang bu Haji yang hamil hasil hubunganku dengan anak kandungku sendiri? Apa yang akan terjadi! Apa lebih baik aku mati saja!! Tidak aku tidak mau mati! Itu dosa!

Lalu, saat suamiku pulang, aku tutupi semuanya yang telah terjadi selama tiga bulan ini. Aku pura-pura menangis karena Roni belum pulang-pulang sudah dua minggu. Lalu aku dan suami sempat lapor ke polisi. Di tengah-tengah itu, aku juga pura-pura merasa kangen dengan kedatangan suamiku dan mengajaknya melakukan hubungan suami istri sesering dari biasanya. Suamiku heran, namun ia maklum, ya yang pikirnya, biasanya aku dan dia berhubungan seminggu sekali, ini tidak melakukannya dalam tiga bulan lamanya. Sudah pasti wajar jika aku selalu minta berhubungan terus.

Dua minggu setelahnya, aku mengaku hamil. Suamiku kaget, loh, khan menggunakan kondom? Kok bisa. Aku bilang saja, mungkin saja jebol. Khan wajar karena kondom tidak akurat 100%. Suamiku pun mengangguk setuju. Cuma ia hanya khawatir apakah aku tidak apa-apa umur segini hamil lagi. Akupun meyakinkan dia tidak apa-apa, walaupun hatiku meringis dan menangis karena mengingat bayi ini hasil hubunganku dengan anakku. Tidak! Anakku yang memperkosa aku!!!

“Ma”, sapaan suamiku menyadarkan aku dari lamunanku tentang masa lalu. Aku lihat suamiku sudah siap berangkat ke masjid.
“Ma, aku pergi ke masjid dulu ya, mama biar jaga si kecil yah”, pamitnya.
“Iya pa”, jawabku.

Ya, si kecil ini telah lahir ke dunia. Saat ini ia berada di pangkuanku. Kuperhatikan wajahnya. Mirip sekali dengan Roni, anakku… Oh bukan… Ayah dari anakku.

Ibuku Istriku

Posted: Mei 31, 2011 in sedarah

Matahari sudah tinggi saat aku bangun dari tidur. Aku baru masuk siang hari nanti, oleh karenanya aku sengaja bangun agak siang. Rumah sudah kelihatan sepi, Mbak Mona sudah berangkat sekolah dan ayah sudah ke kantor, tinggal aku dan ibu yang ada dirumah, setiap harinya Aku menuju keruang makan untuk sarapan, tapi hari in tidak ada nasi atau roti yang biasanya disediakan oleh ibuku. Kemana ibu ini, padahal perutku sudah sangat lapar sekali. Aku pergi ke dapur, tapi lagi-lagi ibu tak ada di sana, akhirnya kuputuskan untuk mencarinya di kamar.

Pintu kamar sedikit terbuka saat aku sampai disana. Dan.., deg! Jantungku tiba-tiba berdebar-debar saat dari sela-sela pintu kulihat sosok tubuh mulus, tanpa sehelai baju sedang berdiri di depan cermin. Ibuku sedang asyik mengamati tubuhnya, sesekali ibu memutar badannya, Kedua tangannya sesekali meremas kedua payudaranya -yang dulu sering kuisap saat masih kecil- dan meraba pinggangnya yang kecil. Umur ibuku yang baru 34 tahun tak menghalangi kekagumanku pada kemulusan dan keseksian tubuh Ibu. Lama-lama kelamaan aku jadi terangsang melihat tubuh telanjang Ibuku tersebut, Berkali-kali aku meneguk ludah melihat pantat Ibu yang kelihatan masih padat dan bulat, atau ketika tangan Ibu mengusap kemaluannya dengan lembut, aku seperti menyaksikan striptease yang menggairahkan, dan tanpa sadar tubuhku mennyenggol pintu kamar sehingga bunyi pintu yang terbuka mengagetkan Ibu maupun aku sendiri.

Ibu memandangku sambil melotot karena merasa malu melihat anaknya sedang memergokinya bertelanjang bulat, tapi anehnya aku tak merasa takut atau malu, aku malah menikmati pemandangan di depanku, tubuh putih mulus dengan buah dada yang bulat dan kemaluan yang penuh dengan rambut hitam, “Ryan, sejak kapan.. kamu di situ?!” tanya Ibuku sambil menahan amarah, aku hanya tersenyum kecil, karena melihat Ibuku malah bertolak pinggang dan tidak menutupi kemaluan maupun buah dadanya. “Salah Ibu sendiri tidak menutup pintu..”, kataku sambil mendekati Ibu, “..atau Ibu sengaja supaya Ryan mengintip..”

Tiba-tiba tangan kanan Ibu melayang hendak menampar pipiku, tapi aku lebih cepat dan menangkap tangan Ibu. Dengan gerakan cepat tubuh Ibu sudah berada dalam pelukanku, kini aku dapat merasakan harum dan mulusnya tubuh Ibuku sendiri, mendapat perlakuan seperti itu tentu saja Ibuku meronta dan mencoba melepaskan diri. Namun kedua tanganku cukup kuat untuk menahan tubuh Ibuku dalam pelukanku, “Ryan.., lepaskan!! Aku Ibumu ..jangan lakukan ini kepada Ibu, nak..!” aku tak peduli lagi, leher Ibu yang jenjang jadi sasaran mulutku. Pipinya juga tak luput dari ciuman bertubi-tubi dan penuh nafsu dari mulutku. Ibuku terus meronta tiada henti dan membuat kami terjatuh ke tempat tidur, kesempatan ini kugunakan untuk menindih tubuh Ibuku dan melepas kaos yang kupakai, tapi akibatnya fatal, Ibu dapat mendorong tubuhku dan mencoba melarikan diri.

Dengan sigap, aku menangkap kedua kaki Ibu dan kembali menindih tubuh mulus Ibuku, kali ini posisi Ibuku telungkup dengan badanku di atasnya. Sementara tangan kananku memegangi kedua tangannya, tangan kiriku mencoba melepas celana pendekku. Untung aku tidak memakai celana dalam, hingga dalam sekejap aku sudah telanjang bulat seperti Ibuku. Tanpa pemanasan lebih lanjut aku mencoba mencari lubang kemaluan Ibu dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya, tapi posisi Ibu yang telungkup menyulitkanku untuk dapat memasukkan kontolku ke lubang vagina Ibu. Apalagi Ibu tak henti-hentinya meronta dan mencoba mendorong tubuhku, akhirnya tubuh Ibu sedikit kumiringkan dan dengan bantuan tangan kiriku yang bebas, kontolku dapat menemukan kemaluan Ibuku, aku kembali kesulitan menerobos kemaluan Ibu yang seret karena tidak begitu basah dan kontolku sendiri lumayan besar. Tapi aku tidak putus asa, dengan sedikit usaha dan terus memaksa akhirnya kontolku bisa masuk seluruhnya ke memek Ibuku. “..Aghh..!!” Ibu berseru sedikit sakit karena kontolku yang memaksa masuk. “..Ryan.. tolong.. berhenti.. aku Ibumu..!!” Aku diam saja karena sibuk memasukkan dan mengeluarkan kontolku dari lubang vagina Ibu.

Tubuh Ibu yang terus meronta sedikit membantuku dalam menggoyang tubuhnya, kemaluanku keluar masuk dengan agak mulus dan cepat, rupanya Ibu lelah meronta terus dan kelihatan pasrah karena mendadak tubuhnya berhenti meronta. Aku langsung membalikan tubuh Ibuku sehingga posisinya kini telentang, sementara kontolku masih bersemayam di memek Ibuku, kembali aku menggenjot tubuhku dan kontolku semakin cepat keluar masuk dari lubang kemaluan Ibuku itu. Mulusnya gerakan kontolku terbantu karena vagina Ibu mulai mengeluarkan cairan kewanitaannya, dan Ibu pun banyak diam serta sesekali mendesah kecil. Mata Ibu sedikit tertutup dan kelihatan sayu sekali. Aku yang mengira Ibu sudah bergairah menjadi bersemangat dalam bergerak maju dan mundur, payudara Ibu yang basah oleh keringatnya kuciumi dengan panuh nafsu, putingnya kuisap-isap lembut, dan sesekali kugigit.

Ibu sedikit menggelinjang saat kuperlakukan seperti itu. Kedua kaki Ibuku kuangkat keatas sehingga lubang kemaluannya sedikit menyempit. Aku menggerakan pantatku sedikit lambat dan saat memajukan kudorong pantatku agak keras. Ibu rupanya suka dengan gerakan ini karena desahan Ibu semakin keras, bahkan kini aku dapat merasakan pantat Ibu bergoyang untuk mengimbangi gerakanku, aku jadi bertambah bernafsu untuk dapat mengentoti Ibuku lebih lama lagi, tubuh Ibuku kembali kubalik dan kini posisi tubuh Ibuku sedikit kutekuk menyerupai gaya anjing. Ibu yang sudah pasrah menuruti keinginanku, lewat gaya anjing ngentot ini aku terus memasukkan dan mengeluarkan kontolku dengan cepat, kemaluan Ibu yang kini benar-benar basah memudahkan gerakan kontolku menelusuri liang vagina tempat aku dulu lahir, akhirnya aku tak tahan lagi dengan cepat aku menghujamkan kontolku dalam-dalam ke lubang kemaluan Ibuku saat kepuasan itu datang, dan air maniku pun muncrat begitu deras dan banyak, membasahi memek Ibu.

Aku tergeletak kesamping, sementara Ibuku masih dalam posisi telungkup membelakangiku, tanganku menyentuh pinggang Ibu dan mencoba membalikkan tubuhnya, tapi Ibu malah menolak dan bangkit dari tempat tidurnya, Ibu berdiri dan menatapku dengan mata yang sembab, “Keluar Ryan.. tinggalkan Ibu sendiri, tolong?!”, tangan Ibu menunjuk ke arah pintu kamar, aku hanya angkat bahu dan meraih pakaianku serta pergi dari situ. Sebelum pergi aku menatap wajah Ibuku, tapi dia membuang muka. Akupun keluar dari kamar orang tuaku, di kamarku aku baru merenungi perbuatanku sendiri barusan, tapi entah kenapa aku malah benar-benar merasa sangat puas setelah mengentoti Ibuku sendiri.

Hampir satu setengah jam aku diam di kamar, semakin lama aku berpikir aku malah menikmati bayangan saat aku dan Ibu bercinta tadi, dan gairahku kembali bangkit membayangkan harum tubuh Ibuku dan permainan yang baru kujalani. Kemaluanku kembali mengeras, saat ini aku benar-benar kembali butuh memek Ibuku lagi, tanpa pikir panjang lagi aku segera keluar kamar dan mencari Ibuku di kamarnya, tapi Ibu sudah tidak ada di kamarnya, aku pun mencarinya di ruang tengah, ternyata tidak ada juga. Saat itu kulihat Ibu sedang di dapur dan sedang memasak air, Ibu memakai daster tanpa lengan, dan lekuk tubuhnya yang ramping semakin membuatku bernafsu untuk segera bercinta dengan Ibuku. Ibu melihat kedatanganku, Ibu sedikit mundur kebelakang saat aku mendekatinya. “Kamu mau ngapain lagi ..?” suara Ibu sedikit bergetar, Aku tak menjawab, tangan kananku merengkuh pinggang Ibu yang kecil, dalam sekejap tubuh Ibu sudah dalam pelukanku, tapi aneh Ibu tidak meronta atau mendorong tubuhku, Ibu hanya diam dan saat lehernya kuciumi Ibu masih diam tak bereaksi, “Ryan.. kalau kamu menginginkan tubuh Ibu, tolong jangan pernah mengeluarkan air mani kamu di dalam..” suara Ibu terdengar tertekan di kupingku, “..Ibu nggak mau kamu hamilin atau aborsi..”

Aku yang mendapat ‘angin’, bertambah nafsu lagi, dengan sedikit terburu-buru aku melepas daster Ibu, dan aku sedikit kaget melihat Ibu tidak memakai celana dalam maupun BH, Aku mencari mulut Ibu, dan bibir Ibu kulumat dengan penuh gairah, Ibu yang sudah pasrah membalasnya dengan hangat, dan dapat kurasakan lidah Ibu bermain di rongga mulutku dengan liar, kami berciuman lama sekali sehingga hampir membuatku kehabisan nafas, dan Ibu sendiri terengah-engah saat kulepas bibirku dari bibirnya, aku lalu meminta Ibu untuk telentang di meja makan, tubuh Ibu menjadi sasaran mulutku saat Ibu tiduran di meja, payudaranya kuremas dan kujilati, putingnya yang mengeras kuisap-isap seperti waktu aku bayi, Ibu mendesah-desah tak henti-hentinya mendapat perlakuan tersebut. Mulutku kembali mencari sasaran berikutnya, perut Ibu kuciumi sebentar dan berikutnya selangkangan Ibu sudah di depan mukaku, kemaluan Ibu yang hitam karena penuh dengan bulu jembut, kuusap-usap dengan lembut, mulutku kubenamkan di kemaluan yang melahirkanku 16 tahun yang lalu, liang vagina Ibu yang basah memancarkan aroma yang menggairahkan, lidahku menjilati bibir vagina Ibu yang agak menggelambir di kedua sisinya, dinding-dinding vagina Ibu tak luput dari lidahku, kelentit Ibuku yang sebesar kacang juga ikut kujilati dengan penuh nafsu, suara Ibu yang mendesah dan melenguh mengiringi jilatan lidahku pada kemaluan Ibuku, tampaknya Ibu benar-benar menyukai oral sex yang kuberikan.

Puas menjilati kemaluan Ibu aku naik ke atas meja, kusodorkan kontolku pada mulut Ibu yang langsung melahap kontolku dengan ganasnya, kontolku tenggelam dalam mulut Ibu yang kecil, Ibu hampir gelagapan saat mencoba menelan kontolku seluruhnya, mulut Ibu terus melahap kemaluanku dengan cepat dan liar, hingga kemaluanku berkilat akibat ludah Ibu yang menempel di kemaluanku, Ibu benar-benar ganas saat mempermainkan kontolku dengan mulutnya, hampir saja air maniku muncrat karena kenikmatan yang diberikan mulut Ibuku pada kontolku. Segera saja aku menyuruh Ibu melepaskan kontolku dan aku pun turun ke bawah, dengan posisi berdiri aku memasukkan kontolku kedalam lubang kemaluan Ibuku yang sudah basah kuyup. Kali ini aku tidak mengalami kesulitan, dan dengan mulusnya kontolku tenggelam dalam memek Ibu, Aku pun bergerak maju muindur dengan cepat, sementara Ibu langsung menggoyangkan pantatnya dengan lambat, aku dapat merasakan nikmat vagina Ibu yang mencengkeram erat kontolku saat Ibu menggoyangkan pantatnya, kadang Ibu mengangkat pantatnya untuk menyambut hunjaman kontolku yang akan masuk kedalam memek Ibu, permainan berlangsung cukup lama dan Ibu kelihatan begitu menikmatinya.

Mata Ibu terus merem melek, mulutnya yang kecil mendesah, makin lama desahan Ibu semakin keras, dan kedua tangan Ibu mencengkeram bahuku, rupanya Ibu hampir mencapai puncak kenikmatannya. Aku semakin mempercepat gerakanku, dan Ibu pun mempercepat goyangan pantatnya, Dan saat Ibu mencapai orgasmenya, tubuhnya menegang dan memeknya kurasakan semakin basah. Aku lalu berhenti bergerak dan memeluk tubuh mulus Ibu untuk memberinya kesempatan menikmati orgasmenya. Aku kemudian mengangkat tubuh Ibuku dari meja sementara kontolku masih menempel di kemaluan Ibuku, Kududukkan tubuh Ibuku di kursi, dan kembali aku memajukan dan memundurkan pantatku, Ibu yang sudah lemas, pasrah dengan aksiku. Tubuhnya terguncang-guncang menerima gerakanku yang cepat, tangan Ibu melingkar di pinggangku dan ikut memajukan badanku saat kuhunjamkan kontolku kedalam memek Ibuku, posisi ini tak juga membuatku mencapai puncak kenikmatan, padahal Ibu sudah kelihatan capek dan sedikit mengimbangi dengan goyangan pantatnya.

Aku lalu melepas kontolku dari memek Ibuku dan berdiri, aku menyuruh Ibuku menungging di lantai, Ibu menurut dan turun ke lantai dengan posisi menungging, Ibu tentu menyangka aku mau memasukkan kontolku ke memeknya dari belakang, tapi bukan itu maksudku, aku ikut menungging dan mulutku menjilati anus Ibu, sesekali Ibu jariku menusuk anusnya agar lubangnya membesar, Ibu tentu saja kaget dengan kelakuanku, “Ryan.. jangan, jangan dari anus ..”, Ibu menoleh ke arahku dan memohon, “itu sakit sekali..” Aku cuman tersenyum kecil dan terus menjilati anus Ibuku sampai basah. Setelah kurasa cukup, kedua tanganku memegangi pantat Ibu dan melebarkannya sehingga lubang anus Ibu kelihatan. Saat kepala kontolku mencoba masuk, Ibu menjerit kecil dan terjatuh, Posisi tubuhnya kini menelungkup, aku terus berusaha melebarkan lubang anus Ibuku agar dapat cukup dimasuki kontolku, Ibu semakin menjerit tertahan, begitu batang kontolku masuk kedalam lubang anus Ibu, dan saat kontolku masuk seluruhnya kedalam lubang anus Ibuku, Ibu mencengkeram kaki kursi kuat-kuat.

Lubang anus Ibuku yang seret membuat kontolku susah payah untuk bisa masuk keluar, Tapi hal itu malah membuatku semakin merasakan kenikmatan yang tiada tara, sementara Ibu hanya bisa menahan sakit dan perih di sekitar anusnya, kenikmatan mengentoti anus Ibu membuat ku cepat mencapai ejakulasi, begitu aku merasakan air maniku mau keluar aku segera melepas kontolku dari anus Ibu, tubuhnya dengan cepat kubalikkan sehingga posisi Ibu terlentang, Dan belum sempat Ibu mencegah aku sudah menghujamkan kontolku kedalam lubang kemaluan Ibu dan berejakulasi dengan kepuasan yang tiada tara, seluruh batang kontolku kubenamkan dalam-dalam dan memuncratkan cairan panas yang banyak kedalam lubang vagina Ibu, Aku tergeletak disamping tubuh Ibuku yang penuh keringat dan masih sedikit kesakitan akibat anusnya yang kutembus tadi, “Ryan.. kenapa kamu keluarkan didalam..? Dan kamu masuk.. dari anus lagi..” Aku cuman tersenyum dan mencium bibir Ibu dengan lembut, “Nggak ‘pa-‘pa kan? Anus Ibu juga entar lama-lama dapat nikmat seperti memek Ibu kok.. udah ah Ryan capek mau mandi, Kapan-kapan kita bercinta lagi OK, Ibu tersayang?” Aku bangkit dan meraih pakaianku dan menuju kamarku untuk mandi sementara Ibu masih tidur terlentang di lantai dapur.

Semenjak aku bebas untuk bercinta dengan Ibuku sendiri, Ibu tidak menolak kalau kuajak bercinta di mana saja, dan dari Ibu baru kuketahui kalau ayah terkena penyakit impotensi sehingga tidak mampu bercinta dengan Ibu semenjak dua bulan yang lalu, dan aku satu-satunya orang yang bercinta dengan Ibu setelah ayah tak mampu lagi bercinta. Setiap hari kami bebas untuk bercinta karena di rumah sangat sepi, bahkan kalau malam, aku sering meminta Ibu datang ke kamarku untuk melayaniku, Ibu yang memang masih bergairah tak pernah menolakku, dan Ibu termasuk wanita dengan gairah sex yang besar. Pernah saat aku mandi, Ibu tiba-tiba masuk kedalam dan langsung mengajakku bercinta padahal saat itu ayah dan Mbak Mona lagi nonton TV di ruang tengah dengan ditemani keluarga adik ayahku, atau saat aku menemani Ibu belanja di supermaket, dan saat pulang tanpa disangka Ibu mengajakku bercinta di mobil saat berada di garasi, padahal aku takut ayah tiba-tiba muncul atau Mbak Mona karena mendengar mobil masuk garasi.

Tak heran satu setengah bulan kemudian Ibu positif hamil, tapi anehnya Ibu tidak menggugurkan kandungannya itu, dan saat ayah mengetahui hal itu, beliau marah besar dan menceraikan Ibu karena Ibu tidak mau mengatakan siapa yang menghamilinya. Selepas ayah pergi dari rumah aku semakin bebas bercinta dengan Ibuku, apalagi Mbak Mona kadang-kadang semakin sering pergi bermain, keadaan Ibu yang sedang hamil tak menghalangi nafsu kami untuk tetap bercinta, aku bahkan semakin bergairah bercinta dengan Ibu saat perutnya semakin besar, dan tak habis-habisnya memek dan anus Ibu menjadi sasaran kontolku, hanya saja begitu kehamilan Ibu mencapai 7 bulan, aku dan Ibu lebih banyak beroral sex untuk mencegah sesuatu yang fatal bagi bayi kami.

Aku benar-benar tak dapat membayangkan saat Ibu melahirkan karena aku yang dulu dilahirkan oleh Ibu kini punya anak yang juga dilahirkan oleh wanita yang sama dengan yang melahirkanku, dan anak laki-laki yang kuberi nama Aldo itu tumbuh sehat seperti anak lainnya, dibawah bimbinganku dan Ibuku. Mbak Mona sendiri selepas SMA pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliah, sehingga keadaan ini membuatku dan Ibu seperti sepasang suami istri di rumah.

Oral Sex Tips

Posted: Mei 31, 2011 in kamasutra

Tidak peduli siapa yang akan turun pada siapa, tujuannya adalah untuk menjadikannya sebagai kesenangan diisi mungkin. Tapi karena tidak berbicara siapa pun tentang hal itu, sulit untuk mendapatkan, tips juicy Anda perlu membuat pikiran-bertiup. Nah, di Cosmo kita belum pernah takut melakukan pekerjaan kotor untuk Anda. Jadi di sini adalah trik-trik terbaik untuk memberikan pria bibir Anda lovin ‘. Oh, dan beberapa bagi Anda untuk menyampaikan kepadanya, sehingga ia memberikan sebagus ia mendapat.

“Oral Invisible” dapat meningkatkan kesenangan Anda.
Sejumlah mengejutkan perempuan mengalami masalah mental membiarkan pergi dan menikmati oral. Terdengar seperti Anda? Cobalah menjaga lampu sehingga Anda tidak bisa melihatnya. Anda akan memiliki lebih sedikit gangguan dan bisa fokus.

Ada-bukti gag cara untuk pergi dalam.
Berikut ini adalah trik yang memberinya ilusi bahwa Anda mengambil dia sepanjang jalan di: Tempatkan ujung lidah Anda pada langit-langit mulut Anda. Lalu membiarkan anggotanya menghantam bawah lidah Anda.

Anda harus memiliki dia di halo.
Sebuah jajak pendapat Cosmo menemukan bahwa 34 persen pria mengatakan bahwa mereka berharap gadis itu akan mengejutkan mereka dengan lisan ketika mereka berjalan di pintu. Katakan padanya untuk teks Anda ketika dia hampir pulang, kemudian menyergapnya.

Suction bukan hanya untuk hickies.
Banyak wanita mengeluh kepada ahli kami bahwa mereka memiliki kesulitan untuk off sementara dia di selatan karena pria mereka tidak menggunakan tekanan yang cukup. Mintalah dia untuk beralih ke bergerak dan mencoba mengisap klitoris anda, bukan-itu memberikan tekanan yang lebih intens.

Dia tidak selalu ingin menyelesaikan.
Banyak orang tidak benar-benar ingin turun menjadi acara utama. Menurut jajak pendapat Cosmo, 54 persen orang-orang seperti tindakan oral sebagai foreplay.

Nya “anak laki-laki” ingin bergabung dengan partai.
Lima puluh satu persen pria mengeluh bahwa pacar mereka mengabaikan bola mereka selama oral. Cobalah trik ini: sementara tangan Anda stroke poros nya, mengambil satu testis pada waktu ke dalam mulut Anda dan ringan menghisap.

Ada cara dia tidak pernah menjilat.
Meatus-lubang di ujung penisnya-yang peka. Stick ujung lidah Anda pada tempat itu dan menerapkan tekanan menengah. Ini seperti tempat tertentu, ia mungkin bahkan tidak menyadari memiliki potensi merasa-baik, jadi dia akan senang karena Anda telah menemukannya.

Lube bisa mencicipi yang baik.
Jika Anda akan di sana untuk sementara waktu, Anda mungkin mendapatkan kasus mulut kapas, yang dapat menyebabkan radang pada penisnya. Lube dapat memperbaikinya. Banyak perusahaan yang membuat formula rasa yang rasanya hanya sedikit buah atau mint, tidak seperti limbah beracun permen berlapis. Anda dapat membeli secara online paket sampel di babeland.com.

Jika Anda ke dalamnya, dia ke dalamnya.
Satu hal yang ternyata orang ini antusiasme. Bahkan, banyak dari mereka memiliki kesulitan sepenuhnya menikmati diri mereka sendiri karena mereka khawatir bahwa pasangan mereka benci di sana. Biarkan dia tahu Anda seperti itu dengan lembut merintih saat Anda membawanya ke dalam mulut Anda

ML Dengan Nenek

Posted: Mei 31, 2011 in sedarah

Cerita Sedarah : NENEK.. OH NENEKKUUsiaku menginjak 16 tahun ketika nenek tinggal di rumahku. Semenjak kakek meninggal beberapa tahun yang lalu nenek tinggal sendirian di rumah besarnya ditemani beberapa pembantu dan pengurus rumah. Namun setelah nenek mengalami gangguan pada daya ingatnya (pikun), orang tuaku memutuskan untuk membawa nenek ke rumah karena selalu khawatir kalau ditunggui oleh orang lain di tempat terpisah. Karena pikunnya sudah berat, orang tuaku berpesan kepada kami agar menjaga nenek ekstra hati-hati, meskipun kita sudah menyediakan seorang suster.

Usia nenek kira-kira 60 tahun, tapi kondisinya tidak seperti kebanyakan manula, nenek pandai merawat diri karena beliau dulunya isteri seorang pejabat tinggi. Badannya langsing dan masih kelihatan segar, meskipun tidak mirip, boleh dikatakan tipenya Titiek Puspa lah. Sudah tentu waktu mudanya nenek cantik sekali, seperti yang saya lihat di foto-fotonya.

Penyakit nenek yang paling parah adalah kondisinya yang pikun, sampai-sampai tidak mengenali kita semuanya. Kesenangannya, setiap hari cerita tentang masa-masa lalu seolah-olah dia sedang terlibat pembicaraan dengan orang dulu yang dikenalnya. Untungnya secara fisik masih sehat walafiat. Dia masih bisa mengurusi dirinya sehari-hari. Masalah paling berat adalah harus mengawasi dia sepanjang waktu, seperti mengawasi balita.

Nenek adalah orang yang perfeksionis dalam hal penampilanya. Kelihatanya sebagian besar waktunya habis untuk mematut/merias dirinya. Tiap pagi dia turun dari kamarnya di lantai atas untuk sarapan, terus mandi kemudian mulai me-make up dirinya. Menurut alam pikirannya dia berada pada masa 25 tahun ke belakang ketika sedang tour bersama suaminya. Rumahku dianggapnya hotel yang dia tinggali selagi tour. Berkali-kali kita harus mencegatnya di pintu depan, yang katanya mau keluar hotel dulu keliling kota.

Cerita selanjutnya, kita sudah terbiasa dengan segala kerepotan mengurusi nenek pikun. Sampai suatu hari segala tanggung jawab menjaga nenek tertumpah semuanya kepadaku. Aku baru saja pulang dari rumah Yanti, pacarku. Lama-lama kepingin juga merasakan vagina perawan. Usiaku saat itu 19 tahun. Yanti sudah mau saat kuajak ke pangandaran liburan ini. Wah.. pokoknya pikiranku sudah penuh dengan vagina perawannya yanti.

Baru saja aku masuk rumah, ayah sudah memanggilku lalu ngomong, seperti sudah direncanakan ayah dan ibuku akan menghadiri pernikahan anak kliennya di Singapora selama seminggu, tapi Mbak Wien suster nenekku mendadak pulang kampung karena ibunya meninggal. jadinya sebagai orang satu-satunya di rumah aku yang harus menjaga nenek sendirian.

Kesel sekali hatiku, hancur deh liburanku tapi mau gimana lagi, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena keadaanya mendesak. Meskipun di depan ayahku manggut-manggut tapi hatiku gondok sekali. Gagal total bulan maduku bersama Yanti, padahal sudah kurencanakan masak-masak.

Untuk persiapan menjaga nenek 24 jam setiap hari dalam seminggu, aku beli makanan dan minumana secukupnya, dan tidak lupa aku sewa VCD porno banyak sekali. Ayah dan ibuku berangkat setelah makan siang sementara Mbak Wien sudah berangkat sejak kemaren sore.

Aku cek nenek di kamarnya, kemudian aku ke ruang tengah nonton VDC sambil makan makanan kecil. Tak terasa waktu sudah sore dan hampir gelap, karena kebanyakan nonton VCD porno, aku jadi horny sekali, apalagi ingat Yanti, wah.. kapalaku serasa mau pecah karena menahan nafsu. Akhirnya aku kocok-kocok sendiri penisku. Aku masih duduk di depan TV sambil mengocok penisku ketika kulihat nenek turun dari kamarnya. Wow..!, cantiknya… Dia memakai gaun malam warna biru yang ketat sehingga tampak semakin seksi, rambutnya tertata rapi, sepertinya butuh waktu yang cukup lama untuk merias dirinya seperti itu. Kulihat penampilan nenek malam itu sangat istimewa.

“Saya akan pergi makan malam bersama suami saya”, katanya, sambil ngeloyor menuju pintu depan.
Tadinya akan kubiarkan saja dia pergi. Tapi kuurungkan niatku itu, kiamat tuh kalau sampai nenek hilang, cepat kuhampiri dan kupegang tangannya.
“Lepaskan aku anak muda”, katanya marah.
“Akan kulaporkan kamu kepada pimpinan hotel ini.”
Sambil berkata begitu, dia menepiskan tangannya sambil tetap mencoba melangkah ke pintu depan. Untung tangannya kupegang kuat sekali. Kucoba memberikan penjelasan, seperti yang sudah-sudah tapi tidak berhasil. Alam pikirannya masih tentang dunia masa lalunya dan tak pernah mengenali lagi alam nyata sekarang ini.

Secara tiba-tiba dia meronta kuat sekali dan terlepas dari peganganku. Kemudian berlari ke arah pintu depan. Secepat kilat aku mengejarnya. Kukunci pintu depan. Setengah kuseret kutarik nenek kembali ke kamarnya. Sambil menaiki tangga dia ngomel-ngomel sambil mukuli punggungku. Biasanya kubujuk dia sambil meladeni ocehannya tentunya sambil berpura-pura jadi orang pikun juga. Tapi kali ini lagi nggak mood, berhubung aku masih dongkol dan nggerundel.

Begitu sampai di kamarnya, dengan agak keras kudorong dia ke tempat tidurnya. Karena kudorong tiba-tiba dia agak terjengkang kemudian terguling di ranjangnya sambil kedua kakinya terangkat ke atas. Ketika itulah gaun bawahnya melorot sampai pinggangnya. Ketika itu kulihat celana dalam nenek berwarna hitam, kakinya masih padat dan putih mulus, para pembaca juga nggak bakalan nyangka kalau itu paha manula.

“Keterlaluan”, tangisnya. “Aku akan laporkan kamu sama manajemen hotel ini”, katanya lagi sambil merapikan bajunya. Aku tidak tahu apa yang terjadi, mungkin karena sedang horny berat. Kutarik lagi bajunya sambil kucoba melepaskan ke atas melalui kepalanya. Setelah itu tanganku merayap ke bawah lagi, Kutarik celana dalamnya perlahan-lahan sampai akhirnya lepas di ujung kakinya.

Nenek kelihatannya shock beberapa saat dan hanya diam terbaring di ranjangnya. Aku berdiri sambil terus perhatikan vaginanya. Penisku sudah keras sekali, apalagi bayanganku tentang rencana liburan bersama Yanti berkecamuk lagi. Cepat-cepat kubuka seluruh pakaianku, kemudian naik ke atas ranjang. Aku berlutut diantara kedua kakinya. Tanganku mulai mengelus-elus pahanya, kemudian perlahan-lahan kuelus vaginanya. Ooohh.. tubuhku bagaikan dialiri strum ratusan watt, menggelepar-gelepar sambil leherku tercekat menelan ludah.

Meskipun sudah pikun, sepertinya dia mulai menyadari apa yang sedang terjadi. Dia berusaha melepaskan diri. Kudekap dia erat-erat. Dia meronta-ronta minta dilepaskan ketika kutindih tubuhnya. Sambil tangan kananku mendekapnya, kupegang penisku dengan tangan kiri, lalu kuarahkan dan kutempelkan di bibir vaginanya lalu perlahan-lahan mulai kutekan.

Dia mengerang. Mula-mula kugenjot pelan sekali. Kudorong semakin dalam setiap kali kutekan. “Ooohh.. eeenak sekali”. Vaginanya semakin basah. Tiba-tiba tangannya terlepas kemudian menarik kepalaku, dan menciumku dengan sangat dalam sekali.
“Oh Mas Satro..! Aku selalu mencintaimu”, diantara desahannya sambil menangis.
Dalam fikiranya dia sedang bersetubuh dengan suaminya (kakekku).
“Aku minta dari belakang seperti yang biasa kita lakukan”, dia memohon.

Kulonggarkan dekapanku dan kubiarkan dia berbalik kemudian nungging. Kuarahkan penisku ke vaginanya.
“Ooohh.. ssshhh”, semakin nikmat, sepertinya semakin sempit dan menjepit. Kita bersenggama dengan doggy style. Setiap kali kugenjot dan kudorong dia mengerang dan mendesah serta tubuhnya mengejang-ngejang.
“Oh Mas Sastroo..! aku mau kellluarhhh.. shhh..”

Kita orgasme secara bersamaan. Kutekan dalam sekali dan kusemprtokan seluruh air maniku sampai ke dasar-dasarnya. Kita berbaring kelelahan beberapa saat. Tiba-tiba tangannya mengelus-elus penisku. “Oh.. shhh” aku tegang lagi. Kuraba dan kuelus seluruh lekuk tubuhnya BH-nya yang berwarna hitam kulepaskan dan kini semua pakaianya teronggok di lantai, kita betul-betul bugil saat itu. Kamipun bersetubuh lagi. Bermacam-macam gaya kami praktekkan hari itu hingga aku merasa puas menyetubuhi nenekku sendiri. Kejadian itu berlangsung hingga seminggu sampai orang tuaku kembali dari Singapura. Setelah kedua orang tuaku kembali dari Singapura saya tidak pernah lagi menyetubuhi nenekku tapi sebagai gantinya aku setubuhi Yanti, pacarku.