Hantu Ruang UKS

Posted: Agustus 5, 2011 in cerpen horor

Malam Kamis di kota Western Valley sangatlah mencekam. Apalagi di sekitar ruang UKS SMP Western Valley yang katanya di sana ada setan yang suka berkeliaran setiap malamnya. Banyak sebagian anak yang bersekolah di sana percaya dengan cerita tersebut, tetapi ada juga yang tidak percaya.
Dan pada malam itu juga, Aria terpaksa pulang malam karena ia barusan menyelesaikan hukuman dari Mr. Hibeard. Ia dihukum karena tidak menyimak pelajaran, tetapi ia justru asyik ngobrol bareng dengan sahabatnya, Cerli. “Huh, gara-gara Mr. Hibeard, jadinya hari ini aku pulang kemaleman deh!” Gerutunya seraya melirik jam tangannya. “Sial!! Udah jam 21.30 lagi!!” tanpa disadarinya, sesosok tubuh wanita melayang ke arahnya. Seluruh kulit wanita itu berlumuran darah dan berwarna hitam kebiru-biruan. Wajahnya tertutup oleh rambutnya yang panjang dan kumel. Tangan kanan wanita itu menepuk salah satu pundak Aria. DEG! Si, siapa yang menepuk pundakku? Pikir Aria, takut bercampur bingung. Perlahan ia menoleh ke belakang dan………… “AAAA!!!!! ADA HANTU!!!!” Setelah puas menjerit Aria langsung berlari meninggalkan tempat tersebut, namun ternyata wanita itu melayang dan mengejar Aria tepat di atasnya. Aria mendongak sambil berlari, pikirannya meracau karena takut bercampur bingung. Sampai-sampai ia tidak sadar kalau di depannya ada tembok dan…. DUAK!! Wajahnya membentur tembok itu dengan keras. Aksihani mimisan, sempoyang lalu ambruk tidak sadarkan diri. Keesokan paginya, Aria masih membayangkan kejadian yang menimpanya semalam. Cerli dan Kiersha yang dari tadi duduk di hadapannya hanya memandang wajah depresi sahabatnya itu. Hiburan dari Cerli dan Kiersha tidak banyak membantu. Aria malah tambah depresi setelah Kiersha tanpa sengaja berkata, “Eh, hati-hati lho! Aku denger, hantu UKS itu suka ngebunuh korbannya!!” Cerli langsung nyumpel mulut Kiersha make’ sikat toilet karena kata-katanya itu. Tiba-tiba seorang gadis berkepang dua dan berkacamata bulat besar datang menghampiri mereka. “Eh, kalian kenapa sih, dari tadi kok bengong melulu! Biasanya paling ribut di kelas!” Kata gadis berkepang dua itu. “Rumi, kita tuh lagi ada problem! Big problem!” Balas Cerli sambil menatap gadis berkepang dua yang bernama Rumi itu. “Mm…. gitu…,” Rumi manggut-manggut mengerti. Tiba-tiba Aria yang dari tadi diam mendadak bangkit dari bangkunya dan menatap Rumi dengan tatapan penuh harap. “Rumi, kamu bisa nolongin aku gak?” Tanyanya, serius. “Minta tolong apa?” Tanya Rumi balik. “Sebenernya… kemaren…..,” Begitulah, Aria menceritakan semua kejadian yang menimpanya semalam. Rumi mendengarkan dengan seksama, sepertinya ia tertarik sekali dengan topik pembicaraan. “Jadi, kamu mau gak nolongin aku berantas tuh setan!” Pinta Aria setelah selesai bercerita. Tanpa banyak berpikir Rumi langsung menjawab dengan anggukan setuju “Sipp!! Serahkan padaku! Akan kutolong!!” Jawabnya semangat sambil mengacungka ibu jarinya. Aria, Cerli, dan Kiersha tersenyum lega. Sayangnya, tanpa sepengetahuan mereka, sesosok mata tengah mengamati keempat anak itu dengan senyum seringai yang sangat menyeramkan. Malamnya, Aria, Cerli, Kiersha, dan Rumi berkumpul di depan gerbang sekolah. Semuanya pun sudah membawa perlengkapan penangkal setan masing-masing. Aria membawa kalung yang terbuat dari bawang putih, buku penangkal setan, bahkan benda-benda yang terbuat dari perak, Cerli dan Kiersha pun membawa barang-barang yang sama dengan Aria. Sedangkan Rumi, ia membawa buku-buku tentang hal-hal mistis dan cara penangkalannya, juga tidak ketinggalan dengan senter, korek api, kawat, tali tambang, dan masih banyak lagi. Setelah itu, mereka berempat menyelinap masuk ke dalam melewati pagar sekolah yang sudah renggang. Rumi menyarankan agar mereka dibagi menjadi 2 kelompok, ia dengan Aria, lalu Cerli dengan Kiersha. Mulanya Cerli dan Kiersha menolak karena tidak ada satu pun dari mereka berdua yang mengerti soal menangkal setan, ditambah lagi baik Cerli mau pun Kiersha keduanya sama saja penakut, tidak ada yang berani bertindak. Tetapi, akhirnya setelah di bujuk dengan beberapa lembar uang oleh Aria, mereka berdua mau (dasar matre!). “Eh, Rumi, bener gak apa-apa nih kalo hantunya muncul?” tanya Aria pada Rumi saat mereka berempat sudah berpencar. “Hmm… tenang aja, kitakan sudah bawa peralatan-peralatan penangkal setan!” Jawab Rumi, membuat hati Aria menjadi agak lega. Sementara itu, Cerli dan Kiersha sedang menyelidiki sekitar ruang UKS. “Hii…. sekolah ini nyeremin banget kalo udah malem!” Cerli bergidik ngeri. “Alah…. cuman kayak ginian aja udah takut, gimana kita mau di juluki preman, hah?!” balas Kiersha sok berani, padahal asli, dia ketakutan setengah mampus! Matilah aku… pokoknya, malem ini gak boleh apes!! Batinnya. Tanpa keduanya sadari, sesosok mata tengah mengamati mereka dari langit-langit lorong. PLUK…! Tiba-tiba Cerli merasakan ada sebuah benda yang jatuh tepat di atas kepalanya. Mendadak wajahnya memucat dan kedua kakinya gemetaran hebat. Kiersha yang melihat tingkah Cerli berhenti berjalan dan segera menanyainya. “Woi, ngapa berhenti?” tanyanya heran. Cerli hanya menunjuk-nunjuk ke atas kepalanya sambil berkata dengan gemetaran. “Ad, ada suatu benda yang jatuh di atas kepalaku…..,” katanya. Kiersha berjalan mendekati Cerli lalu berjinjit untuk melihat benda yang ada di atas kepala temannya itu. Seketika wajah Kiersha menjadi ikut pucat, 5 detik kemudian…….. “WUAAA!!! POTONGAN JARI MANUSIA!!!” jeritnya sambil mengambil langkah seribu, meninggalkan Cerli sendirian yang masih gemetar ketakutan. “Eh, eh, jangan tinggalin aku sendirian dong…,” rintih gadis berambut pendek sebahu itu, “ma, mana tadi dia bilang, potongan jari manusia lagi… apa jangan-jangan…,” Cerli berhenti bicara, tangan kanannya berusaha meraih benda yang ada di atas kepalanya itu. Sedetik kemudian, ia merasa memegang benda yang tidak asing baginya lagi, diraihnya benda itu dan dilihatnya. Dan tidak lama kemudian…… “UWAAA!!! JARI MANUSIA!!! TOLONG!!!!” jeritnya histeris. Ia membuang jari itu lalu segera mengambil langkah seribu juga. Sementara itu, Aria dan Rumi sedang menyelidiki TKP (Tempat Kejadian Penampakan), tepatnya tempat di mana Aria melihat penampakan hantu tersebut. “Hmm…. kamu yakin kemaren malam hantu itu benar-benar terbang mengejarmu, Aria?” tanya Rumi kurang yakin. Aria mengangguk mantap sambil berkata, “Yakin! Hantunya itu ngejer aku! Mana terbang lagi!” “Aneh….,” gumam Rumi. “Aneh apanya?” Aria mengerutkan dahinya, tidak mengerti. “Ya aneh! Kalo misalnya ini perbuatan orang iseng, gimana caranya terbang? Apa menggunakan balon gas?” Rumi meracau tidak jelas sendirian. Tiba-tiba Aria melihat sekelebat bayangan lewat tepat di belakang Rumi. “RUMI, BELAKANGMU!!!” teriak Aria, membuat gadis berkaca mata itu terkejut. Rumi cepat-cepat berbalik, tetapi ternyata ia tidak melihat apa-apa. “Enggak ada apa-apa tuh!” katanya sambil berbalik ke arah Aria lagi. “Tapi… tapi…,” Aria berusaha menjelaskan, tetapi keburu di potong oleh Rumi, “Udah deh, kamu jangan khayal yang macem-macem!” Aria menghela napas, berusaha menenangkan pikirannya yang memang semakin tidak waras. “RUMI, ARIA!!!” seru Kiersha dari kejauhan memanggil mereka berdua. Aria dan Rumi hanya memandang kedatangan Kiersha dengan heran. “Ada apa?” tanya Aria ketika gadis berambut metal itu sampai di tempat mereka. “Hh… hh… tadi…hh.. ada…hh… SETAN….!!!” jawab Kiersha dengan napas memburu. Aria dan Kiersha saling pandang heran. “Dijalan tadi pas kita lagi ngeliat-liat, ada potongan jari manusia jatuh di atas kepala Cerli, aku langsung lari aja, entah gimana nasib Cerli!” Jelas Kiersha setelah berhasil mengatur napasnya kembali. “Gila lu, masa Cerli ditinggal sendirian?!” Aria panik. “Sudahlah, sekarang kita harus menemukan Cerli dulu!” Sela Rumi, cepat. Kemudian ketiganya segera kembali ke tempat Kiersha dan Cerli tadi. Dilain tempat, Cerli berlari sendirian bagaikan anak ayam kesasar yang sedang mencari induknya. Karena gelap, Cerli tidak melihat bagian lantai yang retak dan tersandung. BRUK! “Aduh!” Rintihnya. Kaca matanya pun jatuh entah kemana. Cerli meraba-raba sekitarnya. “Kacamata, dimanakah engkau berada?” Tiba-tiba sesosok mahluk bergaun putih berlumuran darah mendarat di depannya. Cerli sangat senang karena sudah mendapatkan kaca matanya kembali, sesaat setelah ia mengenakan kacamatanya, ia tertegun melihat sosok yang berdiri tepat didepannya. Ia mengadah keatas untuk melihat pemilik wajah sosok tersebut. Yang ia lihat ada wajah penuh darah dan rusak. Kontan saja ia berteriak. “AAAAAAAAAA!!! HANTU!!!!!! ADA HANTU!!!!!!!” Jeritan Cerli yang super nyaring nyaris membuat kaca-kaca yang ada di sekitarnya pecah (lebay). Kiersha, Aria, dan Rumi yang mendengar jeritan Cerli tanpa buang-buang waktu langsung berlari ke arah sumber suara. Ketika mereka sampai ditempat, yang mereka lihat hanyalah Cerli yang sedang teriak-teriak sendiri persis kayak orang gila. Segera ketiganya menghampiri Cerli. “Cerli, kamu tidak apa-apa?” tanya Aria khawatir. “Enggak! Aku emang enggak apa-apa! Tapi aku STRESS!!!” jawabnya emosi sambil menjambak-jambak rambutnya sendiri. “Terus kenapa kamu teriak-teriak kayak gitu?” tanya Rumi penasaran. “Tadi aku ngeliat hantu!! Serem banget!!!” Cerli menjawab sambil menyapu beberapa butir air mata yang sudah jatuh di pipinya. “Hantu katamu?! Kayak mana sosoknya?!” tanya Rumi lagi dengan antusias. “Aku gak mau cerita!! Terlalu nyeremin!!!” tolak Cerli. “Baiklah kalau begitu,” kata Rumi, mengalah. “Sekarang kita ke UKS!” “Gi, gimana kalo ketemu setan lagi?” tanya Aria, kedua kakinya gemetaran. “Ya tinggal lari, gitu aja koq repot!” balas Rumi agak sedikit cuek. Akhirnya mau tidak mau, Aria, Kiersha, dan Cerli mengikuti Rumi ke UKS. Ditengah jalan, lagi-lagi ada sesosok mata yang mengamati mereka dari atas dinding. Saat sampai di UKS, mereka berempat melihat sesosok setan tanpa kepala melayang di depan pintu ruangan tersebut. Tanpa dikomando, mereka berempat lari kocar-kacir dan berpencar meninggalkan setan tanpa kepala itu. Rumi tanpa sadar berlari menuju kafetaria dan langsung membuka pintu kafetaria dengan kawat yang ia bawa dan segera bersembunyi didalam sana. “Hah… hah… hah… mengerikan sekali,” gumamnya pelan sambil berusaha mengatur kembali napasnya. Sementara itu, Cerli dan Aria berlari ke arah toilet dan bersembunyi didalam sana. Seketika mereka berdua mencium bau busuk dari arah kloset. “Wuih!! Bau banget sih, ini kloset!!!” Kata Aria sambil menutup hidungnya. Sedangkan Kiersha, dialah kali ini yang kedapetan bagian dikejar setan. “TIDAK!!! KENAPA MESTI AKU YANG DIKEJAR?!!!!” teriaknya sambil terus berlari. Rumi keluar dari persembunyiannya setelah yakin keadaan disekitarnya aman. Kemudian ia segera beranjak dari tempat tersebut, namun tidak lama, ia melihat Kiersha berlari-lari disepanjang lorong sekolah dengan setan tanpa kepala mengejarnya. “I’ve good idea!!” seru Rumi penuh kemenangan. Kemudia dirogohnya ransel miliknya yang berisi alat-alat dan buku penangkal setan. Lalu dikeluarkannya seutas tali tambang dengan pengait seperti kail di ujungnya. Setelah itu ia buru-buru mengejar setan tanpa kepala itu, dan ketika jarak mereka semakin dekat, Rumi tiba-tiba melemparkan ujung tali tambang yang ada pengaitnya itu ke arah si setan. BREKK!!! Pengait di ujung tambang itu berhasil mengenai dan mengait gaun berlapis yang dikenakan oleh setan tanpa kepala. Dengan sekuat tenaga, Rumi berusaha menarik mundur sang setan, namun rupanya setan itu lebih kuat, Rumi bahkan tidak bisa menariknya mundur sesenti pun. Kiersha yang melihat Rumi kesusahan demi menolongnya, memutuskan untuk membantunya. Ia berbalik dan berlari ketempat Rumi, lalu ia ikut membantu menarik setan tersebut. Karena mendapat bantuan, setan tanpa kepala itu juga tidak bisa menahan lebih lama lagi, sedikit demi sedikit ia mulai tertarik mundur ke belakang. Aria dan Cerli keluar dari toilet karena tidak tahan dengan bau tempat tersebut. Namun rupanya disaat bersamaan mereka keluar, hantu yang kemarin mengejar Aria yang juga rupanya menakuti Cerli tadi sudah menyambut mereka. Kontan saja keduanya berteriak histeris lalu berlari meninggalkan hantu tersebut. Sayangnya hantu tersebut mengejar mereka bahkan nyaris menyusul mereka. Cerli dan Aria mempercepat lari masing-masing, dan disaat itu juga mereka mendengar keributan dari arah aula besar. Keduanya bersamaan berbelok ke tempat tersebut dan si hantu masih tetap setia membuntuti keduanya. Sesampai disana mereka melihat Kiersha dan Rumi mati-matian menyeret hantu tanpa kepala ke tengah aula, dan seketika muncul ide di benak Aria, buru-buru ia membisiki rencanaya pada Cerli, walau ragu, tapi Cerli tetap setuju untuk melakukannya. Ketika hantu yang mengejar Cerli dan Aria semakin dekat, keduanya segera loncat dari lantai dua dan kemudian……… GUBRAKKK!!!! Pastinya kedua cewek itu jatoh. Namun si hantu yang mengejar mereka berdua tidak dapat mengatur kecepatan dan arah terbangnya dengan benar karena terkejut dengan aksi Cerli dan Aria barusan, akhirnya hantu itu ikut terjatuh dan menimpa si setan tanpa kepala. BRUKK!! Keduanya terjatuh dan dan tergeletak di tengah aula. Rumi langsung buru-buru mengikat keduanya dengan tambangnya. Sedangkan Kiersha membantu Aria dan Cerli berdiri. “Ternyata dugaanku benar, hantu yang semalem ngejer-ngejer Aria itu palsu! Begitu juga dengan mereka!” kata Rumi setelah mengikat kedua hantu tersebut. “Kalo begitu, siapa sebenarnya kedua hantu bloon ini?” sahut Cerli sambil berjalan teratih-atih ke tempat Rumi bersama dengan Kiersha yang memapahnya dan Aria. “Heh, siapa lo berdua sebenernya! Ngaku!” Kiersha bertanya kepada kedua setan jadi-jadian itu dengan logat premannya. Rumi menyibak poni hantu yang mengejar Aria dan Cerli. Wajahnya ternyata dimake-up habis-habisan, jadi mirip kayak setan beneran. Aria yang kondisinya lebih baik dari Cerli mencipratkan air botol minumnya ke wajah hantu tersebut agar make-upnya luntur, dan ternyata, hantu yang dari kemarin mengejarnya adalah Deashya, teman sekelasnya! “Aneh, kok make-upnya gak hilang-hilang ya?” ujar Rumi bingung sambil mengoyak-koyak wajah Deashya yang sebenarnya make-upnya udah luntur, Cuma wajahnya yang memang mirip kayak setan beneran sih. “WOI! STOP! STOP!” seru Deashya marah karena mukanya yang ancur diobok-obok jadi tambah ancur sama Rumi. “Oh… udah luntur toh…,” Rumi baru sadar. “Terus, setan yang satunya siapa?” kali ini Cerli yang bertanya sambil menatap setan tanpa kepala yang ada didepannya. TUING, tiba-tiba Nerd, teman sekelas mereka juga, memunculkan kepalanya dari balik leher gaun tanpa kepala tersebut. “Oh… si cebol ini toh….,” Cerli manggut-manggut mengerti. “Siapa yang kau sebut cebol hah?!” Nerd langsung naik pitam. “Ya kamu dong, emank siapa lagi????” balas Cerli sambil melirik bagian kaki setan tanpa kepala yang ternyata disagak dengan kaki buatan agar membuat setan tanpa kepala itu terlihat tinggi. Nerd cuma diam menahan malu dan kependekannya. “Kenapa kalian menakuti Aria?” tanya Rumi to the point pada Deashya dan Nerd. Kedua anak itu memandang Aria dengan pandangan sebal. Lalu keduanya menjawab bersamaan. “KARENA DIA TELAH MENCURI UANG IURAN KELAS!” Aria kaget, seingatnya ia tidak pernah mencuri uang sepeser pun, apalagi uang iuran kelas, mana berani ia melakukan hal macam itu! Kiersha, Cerli, dan Rumi menatap Aria tidak percaya, namun cepat-cepat Rumi meminta penjelasan kepada Nerd dan Deashya. “Kok bisa? Memang apa buktinya dia yang mencuri uang itu hah?” “Menurut Allen, orang terakhir yang memegang uang tersebut adalah Aria, saat itu ia melihat Aria sedang membuka loker Dennies tanpa sepengetahuan yang lain, termasuk Dennies, dan setelah itu Dennies melapor bahwa uang iuran kelas yang ia simpan telah hilang! Berarti positif pelakunya adalah kamu!!!” jelas Deashya panjang lebar sambil menatap Aria dengan tatapan penuh kebencian. “Kok kalian yang repot kalo misalnya Aria yang mencuri uang tersebut? Bukannya seharusnya guru yang turun tangan, bukan kalian?!” tanya Kiersha. “Sebenarnya masalah ini belom kami sampaikan pada guru mana pun, tapi pengurus kelas, dan beberapa teman-teman lainnya yang merencanakan semua ini untuk mengerjai Aria,” jawab Nerd. “Tapi kalian tidak bisa tetap asal tuduh begitu! Memang kalian sudah menemukan uang tersebut di Aria?? Belumkan?! Baiklah, besok pagi kita akan buktikan, apakah Aria yang benar mencuri uang itu atau tidak!” kata Rumi. “Baiklah jika itu maumu,” Deashya setuju. Keesokan paginya, semua anak kelas 1-2 berkumpul untuk mendengar kesaksian Allen. “Waktu itu aku mau ke toilet, eh, pas mau belok, aku ngeliat Aria menggeledah loker Dennies!” “Kau salah paham! Waktu itu sebenarnya aku tidak berniat menggeledah loker Dennies, tetapi aku disuruh Mrs. Tuffle untuk mengambil laporan iurannya!! Bukan uangnya!!!” Sela Aria. “Terus, kalo bukan kamu yang ngambil, kok uangnya hilang?” tanya Vennara pada Aria. Yang ditanya hanya bisa menggeleng. “Dennies, apa yang kau lakukan sebelum uang itu hilang di loker?” tanya Rumi serius. Dennies berpikir sebentar dan kemudian menjawab, “Aku menyuruh Allen untuk meletakkannya dilokerku.” DEG! Tiba-tiba Allen teringat akan sesuatu. “Eh… anu… anu…. aku permisi sebentar ya!” katanya sambil berlari meninggalkan kelas. Anak-anak yang lain merasa ada sesuatu yang aneh pada Allen, jadi diam-diam mereka mengikutinya. Ternyata Allen memeriksa lokernya, ia tersentak kaget dan berteriak cukup histeris, “YA AMPUN! AKU LUPA MASUKIN UANGNYA KE LOKER DENNIES!!!!” Tiba-tiba ia merasakan hawa membunuh dibelakangnya, dengan tubuh sedikit gemetar ia berbalik ke belakang dan mendapati teman-temannya sudah berdiri dibelakangnya dengan tatapan membunuh, termasuk Aria, Cerli, dan Kiersha. “Oh….. jadi begitu ya?” kata Aria sambil melangkah mendekatinya. Allen hanya bisa menelan ludah. “Hebat juga mental lo, pengen cepet mati nieh ceritanya??!!!” Wajah Kiersha berubah menjadi 100% preman. Allen tidak tahan lagi, ia cengengesan sebentar, lalu sedetik kemudian ia sudah lari meninggalkan teman-temannya. “HEY, KETUA ABNORMAL, MAU LARI KEMANA KAU, HAH??!!!” Aria langsung berlari mengejarnya, diikuti oleh anak-anak yang lainnya. Tidak jauh, Rumi hanya memandangi aksi kejar-kejaran tersebut sambil tertawa kecil. THE END

Tinggalkan komentar